Parade Akbar Aceh; Intelektual Muda NU ini tidak Ingin ‘Kelompok itu’ Diberangus
9/11/2015
Tidak seperti parade-parade yang dilakukan
umat Islam di wilayah lain, parade Akbar di Aceh ini lebih bersifat eksklusif. Jika
parade-parade sebelumnya seperti di Solo dan Jakarta, hampir mayoritas ormas
Islam seperti NU, Muhammadiyah, Persis, FUI, MMI, FPI dan lainnya mengikuti acara
dengan kompak dan penuh ukhuwah Islamiyah walau memiliki ‘pegangan’ yang
berbeda. Selain itu, isu yang diusung pun tidak hanya permasalahan daerah
semata, tetapi skala Nasional. Contohnya adalah permasalahan Tolikara yang
diusung di parade Jakarta.
Berbeda dengan parade di Aceh. Parade Akbar di Aceh lebih tertuju pada umat Islam yang terhimpun dalam Asya’irah-Syafi’iyah saja. Isu yang diusung pun lebih tertuju pada ‘permasalahan’ internal daerah Aceh sendiri. Jika ditelisik, sepertinya parade ini adalah tindak lanjut dari fatwa MPU Aceh sebelumnya.
Berbeda dengan parade di Aceh. Parade Akbar di Aceh lebih tertuju pada umat Islam yang terhimpun dalam Asya’irah-Syafi’iyah saja. Isu yang diusung pun lebih tertuju pada ‘permasalahan’ internal daerah Aceh sendiri. Jika ditelisik, sepertinya parade ini adalah tindak lanjut dari fatwa MPU Aceh sebelumnya.
(lihat: MPU Aceh dan MUI Jakut Berbeda Sikap terhadap 'Salafi' -- Ini Klarifikasi 'Salafi' atas Fatwa MPU -- MPU Aceh Larang Pengajian 'Salafi')
Sebagaimana diberitakan di berbagai media,
inti dari tuntutan Parade Akbar di Aceh adalah menolak faham wahabi, syi’ah dan
komunis. Ketiga kelompok ini dianggal menyimpang dari ajaran ‘ahlus sunnah wal
jama’ah’ sehingga mereka perlu dilarang dan tidak diberi izin dalam kegiatannya.
(lihat: Pengamat: Semoga Parade ini Tidak Bermuatan Politik -- Wahabi di Mata Orang Aceh)
(lihat: Pengamat: Semoga Parade ini Tidak Bermuatan Politik -- Wahabi di Mata Orang Aceh)
Terhadap tuntutan ini, intelektual muda NU
memiliki pandangan tersendiri. Seperti Akhmad Sahal dalam twitternya berseloroh
bahwa memang siapapun berhak tidak setuju paham apapun, namun tidak boleh memberangusnya.
Bagi saya, siapapun berhak utk tidak setuju paham apapun, asal menghormati hak hidupnya, ga punya hak utk memberangusnya :) – tulis @Sahal_AS saat diminta pendapatnya.
Seakan menyetujui pendapat Muhammad Guntut
Romli, Akhmad Sahal pun meretwit pendapat sahabatnya itu bahwa parade seperti
itu salah, bukanlah cara yang tepat dalam menolak sebuah paham.
Menolak Wahabi bukan dengan cara seperti ini, tapi dgn menolak ideologi pengakafiran mrk, wahabi punya hak hidup - tulis @GunRomli
Hal yang sama pun demikian disampaikan
Zuhairi Misrawi. Intelektual muda NU ini pun menimpali, “Kita hargai keragaman
dan tolak kekerasan.”
“Sejauh disampaikan dengan cara-cara baik dan beradab tidak masalah. Kita hargai keragaman dan tolak kekerasan.” – tulis @zuhairimisrawi
Jika kesulitan untuk mendownload, silahkan baca petunjuk disini: Cara Mendownload