Kritik Kyai NU terhadap Pencampuradukan Ajaran Agama yang Mengatasnamakan Toleransi
7/14/2015
Akhir-akhir ini banyak sekali fenomena pembacaan
al-Qur’an atau tradisi keagamaan Islam semisal selawat atau lainnya di
rumah-rumah ibadah non muslim. Fenomena ini didorong atas sikap toleransi dari
pihak muslim ataupun sebaliknya. Semakin maraknya fenomena ini mendapat
kritikan tajam dari seorang tokoh NU terkemuka. Salah satunya adalah Kyai
Cholil Nafis.
Kyai yang menjabat sebagai wakil ketua
Lembaga Bahtsul Masail PBNU dan sekretaris MUI DKI serta anggota Forum
Kerukunan Umat Beragama (FKUB) DKI ini dengan keras mengkritik di dalam
facebook beliau bahwa fenomena itu justru telah menciderai rasa keberagamaan
dan kebinekaan Indonesia.
Beliau menulis, “Fenomena
mengkaburkan ajaran agama-agama menggejala. kita menyaksikan pembacaan al
Qur'an dan tradisi keagamaan Islam di rumah ibadah non muslim. hal ini telah
mencidrai rasa keberagamaan dan ke bhinnekaan Indonesia.”
Kyai Cholil menjelaskan lebih lanjut bahwa fenomena ini jika terus dilakukan,
tak menutup kemungkinan justru bisa berakibat pada penodaan dan penistaan
agama, serta mendangkalkan keberagamaan.
“Kerukunan beragama dan pengakuan agama-agama tidak berarti
boleh mencampur adukkan ajaran agama dalam ritual-ritual di rumah ibadah. saya
khawatir cara ibadah yang mencampur adukkan ajaran agama-agama akan berakibat
pada penodaan dan penistaan agama dan mendangkalkan keberagamaan,” jelas beliau.
Di akhir tulisan , kyai yang berasal dari Madura ini
menghimbau untuk menghentikan penggunaan simbol-simbol Islam dan ayat al-Qur’an
di rumah ibadah non muslim.
“Kalau itu mengatasnamakan toleransi, pada dasarnya toleransi
itu tetap menghormati kemurnian ajaran agama namun menghormati keyakinan agama
lain. Hentikan menggunakan simbol-simbol Islam dan ayat al Qur'an di rumah
ibadah non muslim demi kerukunan umat beragama,” tulis kyai Cholil dalam
facebooknya.
Jika kesulitan untuk mendownload, silahkan baca petunjuk disini: Cara Mendownload