Sufi dan Syari'at
6/03/2015
Pembaca
Pustama
Banyak
sekali kabut yang menyelimuti dunia tasawuf, terlebih jika melihat tasawuf yang
bercorak falsafi. Oleh karena itu pada kesempatan ini, Pustaka Madrasah akan
mencoba meneropong perkataan-perkataan tokoh sufi legendaris, khususnya tentang
hubungan antara jalan tasawuf dengan syariat.
1.
Syeikh Abdul Qadir
al-Jilani berkata dalam kitabnya Fath ar-Rabbani halaman 29, “Setiap
hakikat yang tidak disaksikan oleh syariat adalah kezindikan. Terbanglah kepada
Allah dengan sayap Kitab dan Sunnah. Temuilah Dia, sedang tanganmu berada dalam
genggaman tangan Rasulullah saw..” Dia juga berkata, “Meninggalkan
ibadah yang wajib adalah kezindikan dan melakukan hal-hal yang dilarang adalah
maksiat. Yang wajib tidak akan berubah dalam kondisi bagaimanapun.”
2.
Sahal al-Tastari
sebagaimana dijelaskan dalam kitab Thabaqat ash-Shufiyyah karya
as-Sullami halaman 210 berkata, “Dasar kami ada tujuh perkara: berpegang
teguh pada Kitab Allah, mengikuti sunah Rasulullah saw., memakan makanan yang
halal, tidak menyakiti, menjauhi dosa, bertobat, dan menunaikan segala hak.”
3.
Syaikh Abu Hasan
asy-Syadzili dalam Iqadz al-Himam fi Syarh al-Hikam karya Ahmad Ibn
Ujaibah vol II halaman 302-303 berkata, “Jika kasyfmu bertentangan dengan
Kitab dan Sunnah, maka lakukanlah apa yang ada pada Kitab dan Sunnah,
tinggalkanlah kasyf dan katakanlah pada dirimu, ‘Sesungguhnya Allah telah
menjamin bahwa tidak ada kesalahan dalam al-Qur’an dan Sunnah, dan tidak
menjamin bahwa tidak ada kesalahan dalam kasyf dan ilham’.”
4.
Abu Said al-Kharraz
sebagaimana dijelaskan dalam Risalah Qusyairiyah halaman 27 berkata, “Setiap
batin yang bertentangan dengan zahir adalah batil.”
5.
Abu Hasan al-Warraq
sebagaimana dijelaskan dalam Thabaqat ash-Shufiyyah halaman 300 berkata,
“Seorang hamba tidak akan sampai kepada Allah kecuali dengan Allah dan
dengan mengikuti Rasulullah saw. dalam syariatnya. Barangsiapa mengabaikan
apa-apa yang telah diajarkan oleh RasulNya, maka dia akan sesat, walau ia
mengira bahwa dirinya mendapat petunjuk.”
6.
Syaikh Abdul Wahhab
asy-Sya’rani dalam kitabnya Latha’if al-Minan wa al-Akhlaq vol I halaman
2 berkata, “Sesungguhnya jalan kaum sufi itu merupakan sari dari Kitab dan
Sunnah, seperti mendapatkan emas dan permata dari dalam kubangan lumpur. Orang
yang menempuh jalan tersebut membutuhkan timbangan syariat dalam setiap gerak
dan diamnya.”
7.
Ketika Abu Yazid
al-Busthami ditanya tentang sufi, sebagaimana dijelaskan dalam Syathahat
ash-Shufiyyah karya Abdurrahman Badawi halaman 96, menjawab, “Sufi
adalah orang yang mengambil Kitab Allah dengan tangan kanannya dan mengambil
Sunnah Rasulullah dengan tangan kirinya. Dia melihat ke surge dengan sebelah
matanya dan melihat neraka dengan yang lain. Dia memakai pakaian dunia dan
akhirat. Dan di sela-sela keduanya, dia mengucapkan talbiyah kepada Allah:
Labbaikallaahumma labbaik (Aku datang memenuhi panggilanMu ya Allah).”
Demikian
pembaca Pustama, perkataan-perkataan toko sufi legendaris tentang hubungan
syariat dalam dunia tasawuf.
DAFTAR
PUSTAKA
Abdul
Qadir al-Jailani, Al-Fath ar-Rabbani, Mesir: Penerbit Bulaq, 1302 H
Ahmad
bin Ujaibah, Iqazh al-Himam fi Syarh al-Hikam, al-Jamaliah, 1331 H
Abu
Qasim al-Qusyairiyah, ar-Risalah al-Qusyairiyah, Mesir: Musthafa al-Babi
al-Halbi, 1384 H
Abu
Abdurrahman as-Sullami, thabaqat ash-Shuffiyyah, Mesir: Dar al-Kitab
al-‘Araby, 1372 H
Abdul
Wahhab as-Sya’rani, Lathaif al-Minan wa al-Akhlaq (al-Minan al-Kubra),
Mesir: al-Maimuniah, 1321 H
Abdul
Qadir Isa, Haqaiq at-Tashawwuf, Terj: Hakekat Tasawuf, Penerj:
Khairul Amru Harahap, dll, Jakarta: Qisthi Press, 2011
Jika kesulitan untuk mendownload, silahkan baca petunjuk disini: Cara Mendownload