Fatwa MUI tentang Syi'ah
6/11/2015
KEPUTUSAN FATWA
MAJELIS ULAMA
INDONESIA (MUI)
PROP. JAWA TIMUR
No.
Kep-01/SKF-MUI/JTM/I/2012
Tentang:
KESESATAN AJARAN
SYI’AH
Majelis Ulama Indonesia Propinsi Jawa Timur
pada sidang hari Sabtu, Tanggal 21 Januari 2012
Membaca:
1.
Surat Dewan Pimpinan MUI Kabupaten
Bangkalan No. 26/26-XV/DP-MUI/BKL/XII/2011 tertangal 17 Desember 2011 tentang
Permohonan Ketetapan Aliran Syi’ah.
2.
Surat Dewan Pimpinan MUI Kabupaten
Sampang No.A-034/MUI/Spg/XII/2011 tertanggal 30 Desember 2011 tentang Laporan
Peristiwa di Desa Karang Gayam.
3.
Surat Keputusan Rapat Koordinasi MUI
Kabupaten/Kota Se Koordinatoriat Wilayah (Korwil) Surabaya No.
01/Korwil/Sby/I/2012 tertanggal 12 Januari 2012 tentang Aliran Syi’ah yang
isinya meminta kepada MUI Provinsi Jawa Timur untuk melakukan kajian dan
penetapan fatwa Syi’ah.
4.
Surat Keputusan Rapat Koordinasi MUI
Kabupaten/Kota Se Koordinatoriat Wilayah (Korwil) Besuki No.
01/MUI/Besuki/I/2012 tertanggal 13 Januari 2012 tentang Aliran Syi’ah yang
isinya meminta kepada MUI Provinsi Jawa Timur untuk melakukan kajian dan
penetapan fatwa Syi’ah.
5.
Rekomendasi Hasil Musyawarah Badan
Shilaturrahmi Ulama Pesantren Madura (BASSRA) Selasa, 03 Januari 2012 yang
salah satu isinya meminta agar MUI Provinsi Jawa Timur mengeluarkan fatwa
tentang ajaran Syi’ah.
6.
Surat dari Jam’iyah Ahlussunnah wal
Jama’ah Bangil Pasuruan No. 025/ASWAJA/I/2012 tertanggal 10 Januari 2012
tentang Permohonan Fatwa Sesat Ajaran Syi’ah.
7.
Surat Dewan Pimpinan MUI Kabupaten
Gresik No. 003/MUI/KAB.G/I/2012 tertangal 19 Januari 2012 tentang Laporan
Keberadaan Syi’ah di Gresik.
8.
Pernyataan Sikap Gerakan Umat Islam
Bersatu (GUIB) Jatim tanggal 17 Januari 2012 menyikapi kasus Sampang dan ajaran
Tajul Muluk.
9.
Pernyataan Sikap 83 ulama Pondok
Pesantren menyikapi aliran yang dibawa oleh saudara Tajul Muluk tangal 10
Januari 2012.
10. Pernyataan Sikap PCNU Sampang No. 255/PC/A.2/L-36/I/2012
menyikapi ajaran yang dibawa oleh saudara Ali Murtadlo/Tajul Muluk.
11. Laporan Hasil Investigasi Kasus Aliran Syi’ah di Kabupaten
Sampang Propinsi Jawa Timur tanggal 9 April 2011
12. Buku-buku kajian tentang faham Syi’ah antara lain:
a.
Al-Milal wa al-Nihal karya
al-Syahratstani (hal. 198-203)
b.
Al-Fishal fi al-Milal wa al-Ahwa wa
al-Nihal karya Ibn Hazm
c.
Export Revolusi Syi’ah ke Indonesia karya Achmad
Zein Alkaf (al-Bayyinat)
d.
Dialog Apa dan Siapa Syi’ah karya Achmad
Zein Alkaf (al-Bayyinat)
e.
Mengenal Syi’ah Karya Achmad
Zein Alkaf (al-Bayyinat)
f.
Syi’ah Bukan Islam? Karya Lajnah
Ilmiyah HASMI
g.
Tulisan Abdurrahman Aziz “Siapakah
Pendiri Syi’ah”.
Menimbang:
1.
Bahwa berdasarkan laporan dari
masyarakat dan para ulama di beberapa daerah di Jawa Timur dinyatakan bahwa
faham Syi’ah Imamiyah Itsna Asyariyah (menggunakan nama samaran Madzhab Ahlul
Bait dan semisalnya) telah tersebar di beberapa daerah di Jawa Timur.
2.
Bahwa adanya indikasi penyebaran
faham Syi’ah Imamiyah Itsna Asyariyah (menggunakan nama samaran Madzhab Ahlul
Bait dan semisalnya) dilakukan secara masif kepada warga yang menganut faham
ahlu al-sunnah wa al-jama’ah.
3.
Bahwa telah ditemukan indikasi di
beberapa daerah penyebaran faham Syi’ah Imamiyah Itsna Asyariyah (menggunakan
nama samaran Madzhab Ahlul Bait dan semisalnya) dilakukan kepada warga yang
menganut faham ahlu al-sunnah wa al-jama’ah dari kalangan tidak mampu disertai
dengan pemberian dalam bentuk santunan.
4.
Bahwa praktik-praktik penyebaran
faham Syi’ah Imamiyah Itsna Asyariyah (menggunakan nama samaran Madzhab Ahlul
Bait dan semisalnya) yang dilakukan secara masif terhadap masyarakat yang
berfaham ahlu al-sunnah wa al-jama’ah, jelas-jelas berpotensi menyulut
keresahan dan konflik horisontal.
5.
Bahwa berdasarkan penelitan saat ini
tidak kurang dari 63 lembaga berbentuk Yayasan, 8 lembaga Majelis Taklim, 9
organisasi kemasyarakatan, dan 8 Sekolah, atau pesantren yang ditengarai
mengajarkan/menyebarkan faham Syi’ah.
6.
Bahwa konflik-konflik yang melibatkan
pengikut faham Syi’ah Imamiyah Itsna Asyariyah (menggunakan nama samaran
Madzhab Ahlul Bait dan semisalnya) sudah sering terjadi dan telah berjalan
cukup lama sehingga dibutuhkan adanya upaya pemecahan yang mendasar dengan
memotong sumber masalahnya. Tanpa upaya pemecahan yang mendasar sangat
dimungkinkan konflik akan muncul kembali di kemudian hari dan bahkan berpotensi
menjadi lebih besar.
7.
Bahwa diantara ajaran yang
dikembangkan oleh faham Syi’ah Imamiyah Itsna Asyariyah (menggunakan nama
samaran Madzhab Ahlul Bait dan semisalnya) adalah membolehkan bahkan
menganjurkan praktik nikah mut’ah (kawin kontrak) yang sangat berpotensi
digunakan untuk melegetimasi praktik perzinaan, seks bebas, dan prostitusi
serta merupakan bentuk pelecehan terhadap kaum wanita sehingga bila tidak
dicegah akan bertolak belakang dengan upaya pemerintah Provinsi Jawa Timur yang
telah mencanangkan program menata kota bersih asusila dengan menutup
tempat-tempat prostitusi.
8.
Bahwa penyebaran faham Syi’ah yang
ditujukan kepada pengikut ahlu al-sunnah wa al-jama’ah patut diwaspadai adanya
agenda-agenda tersembunyi, mengingat penduduk Indonesia yang berfaham pengikut
ahlu al-sunnah wa al-jama’ah tidak cocok apabila syi’ah dikembangkan di
Indonesia.
9.
Bahwa diperlukan adanya pedoman untuk
membentengi aqidah umat dari aliran yang menyimpang dari faham ahlu al-sunnah
wa al-jama’ah (dalam pengertian yang luas).
Memperhatikan:
1.
Keputusan Fatwa MUI tanggal 7 Maret
1984 tentang Faham Syi’ah yang menyatakan bahwa faham Syi’ah mempunyai
perbedaan pokok dengan Ahlu al-sunnah wa al-jama’ah yang dianut oleh umat Islam
di Indonesia.
2.
Keputusan Ijtima Ulama Komisi Fatwa
MUI se-Indonesia II 26 Mei 2006 tentang Taswiyat al-Manhaj (Penyamaan
Pola Pikir Dalam Masalah-masalah Keagamaan) khususnya butir (4) dan butir (6)
yang menyatakan bahwa perbedaan yang dapat ditolerir adalah perbedaan yang
berada di dalam majal al-ikhtilaf (wilayah perbedaan) yaitu wilayah pemikiran
yang masih berada dalam koridor ma ana alaihi wa ashhaby yakni
faham keagamaan Ahlu al-Sunnah wa al-Jama’ah (dalam pengertian luas), sedangkan
di luar majal al-ikhtilaf tidak dikategorikan sebagai
perbedaan, melainkan penyimpangan.
3.
Keputusan Ijtima Ulama Komisi Fatwa
MUI se-Indonesia II 26 Mei 2006 tentang Peneguhan Bentuk dan Eksistensi NKRI.
4.
Keputusan MUI tertanggal 6 Nopember
2007 tentang 10 kriteria aliran sesat/menyimpang.
5.
Telaah terhadap kitab yang menjadi
rujukan dari faham Syi’ah antara lain:
a.
al-Kafi
b.
Tahdzib al-Ahkam
c.
al-Istibshar
d.
Man La Yahdluru al-Faqih
e.
Buku-buku Syi’ah yang lain
seperti: Bihar al-Anwar, Tafsir al-Qummi, Fashl al-khithab fi itsbati
tahrifi kitabi rabbi al-Arbab, Kasyfu al-Asrar li al-Musawi.
f.
Buku-buku Syi’ah berbahasa Indonesia
antara lain: Saqifah Awal Perselisihan Umattulisan O. Hashem; Shalat
Dalam Madzhab Ahlul Bait tulisan Hiayatullah Husein al Habsyi;Keluarga
Suci Nabi Tulisan Ali Umar al-Habsyi.
Berdasarkan
kitab-kitab tersebut dapat diketahui adanya perbedaan yang mendasar dengan ahlu
al-sunnah wa al-jama’ah (dalam pengertian luas) tidak saja pada masalah
furu’iyah tetapi juga pada masalah ushuliyah (masalah pokok dalam ajaran Islam)
diantaranya:
a.
Hadits menurut faham Syi’ah berbeda
dengan pengertian ahlu al-sunnah. Menurut Syi’ah hadits meliputi af’al,
aqwal, dan taqrir yang disandarkan tidak hanya kepada
Nabi Muhammad Saw tetapi juga para imam-imam Syi’ah.
b.
Faham syi’ah meyakini bahwa imam-imam
adalah ma’shum seperti para nabi.
c.
Faham Syi’ah memandang bahwa
menegakkan kepemimpinan Imamah) termasuk masalah aqidah dalam agama.
d.
Faham Syi’ah mengingkari Otentisitas
Al-Qur’an dengan mengimani adanya tahrif al-Qur’an
أ. عن جابر قال : سمعت ابا جعفر عليه السلام يقول: ما ادعي أحد من الناس أنه جمع القران كله كما أنزل إلا كذاب, وما جمعه وحفظه كما نزل
الله تعالي إلا علي بن ابي طالب عليه السلام و الائمة من بعده عليهم السلام (اصول الكافي ج1/ص 284)
ب. عن ابي جعفر عليه السلام انه قال: ما يستطيع احد ان يدعّي أن عنده جميع القران كله ظاهره وباطنه غير
الاوصياء (اصول الكافي ج1/ص 284-285)
ت. عن ابي عبد الله عليه السلام قال: ان القران الذي جاء به جبريل عليه السلام إلى محمد صلى الله عليه
وسلم سبعة عشر ألف آية (اصول الكافي ج2/باب النوادر, رقم 28)
e.
Faham Syi’ah meyakini turunnya wahyu
setelah al-Qur’an yakni yang disebut mushaf Fatimah
أ. إن الله تعالى لما قبض نبيه صلى الله عليه وآله دخل على فاطمة
عليها السلام من وفاته من الحزن ما لا يعلمه إلا الله عزوجل فأرسل الله إليها ملكا
يسلي غمها ويحدثها، فشكت ذلك إلى أمير المؤمنين عليه السلام فقال: إذا أحسست بذلك وسمعت
الصوت قولي لي فأعلمته بذلك فجعل أمير المؤمنين عليه السلام يكتب كل ما سمع حتى
أثبت من ذلك مصحفا قال: ثم قال: أما إنه ليس فيه شئ من الحلال والحرام ولكن فيه علم ما يكون (اصول الكافي ج1/ص 296)
ب. وإن عندنا لمصحف فاطمة عليها السلام وما يدريهم ما مصحف فاطمة
عليها السلام؟ قال: قلت: وما مصحف فاطمة عليها السلام؟ قال: مصحف فيه مثل قرآنكم هذا ثلاث مرات، والله ما فيه من قرآنكم حرف (اصول الكافي ج1/ص290)
f.
Syi’ah banyak melakukan penafsiran
al-Qur’an yang mendukung faham mereka antara lain melecehkan sahabat Nabi Saw.
Misalnya penulis Tafsir al-Qummi menafsirkan kalimat dalam surat al-Hajj ayat
52:
أَلْقَى الشَّيْطَانُ فِي أُمْنِيَّتِهِ: يعني أبا بكر وعمر (تفسير القمي ص. 259)
g.
Syi’ah meyakini bahwa para sahabat
telah murtad sesudah wafatnya Rasulullah Saw, kecuali tiga orang.
عن أبي جعفر قال : كان الناس أهل ردة بعد النبي صلى الله عليه وآله إلا ثلاثة فقلت: ومن الثلاثة؟ فقال: المقداد بن الأسود وأبو
ذر الغفاري و سلمان الفارسي رحمة الله وبركاته عليهم (روضة الكافي ص 198 ر.
341, بحار الانوار ج 22/ ص333)
h.
Faham Syi’ah meyakini bahwa orang
yang tidak mengimani terhadap imam-imam Syi’ah adalah syirik dan kafir
إعلم أن إطلاق لفظ الشرك والكفر على من لم يعتقد بإمامة أمير
المؤمنين والائمة من ولده عليهم السلام وفضّل عليهم غيرهم يدل على أنهم كفار
مخلدون في النار ( بحار الانوار ج23/ ص390)
i.
Faham Syi’ah melecehkan sahabat Nabi
Saw. Termasuk Abu Bakar ra dan Umar ra.
أ. ومن الجبت أبو بكر ومن الطاغوت عمر والشياطين بني امية وبني العباس (شرح الزيارة الجامعة
الكبيرة ج 3/ص156) ب.وإن الشيخين (-أبا بكر وعمر-) فارقا الدنيا ولم يتوبا ولم يتذكرا ما صنعا بأمير المؤمنين فعليهما
لعنة الله والملائكة والناس أجمعين (روضة الكافي/ ص 198, رقم 343 ؛ كشف الأسرار وتبرئة
الأئمة الأطهار ص 84)
j.
Faham Syi’ah meyakini bahwa orang
yang selain Syi’ah adalah keturunan pelacur
والله يا أبا حمزة إن الناس كلهم أولاد بغايا ما خلا شيعتنا (روضة الكافي: ص 227 رقم 431)
k.
Faham Syi’ah membolehkan bahkan
menganjurkan praktik nikah mut’ah.
أ. عَنْ زُرَارَةَ قَالَ جَاءَ عَبْدُ اللَّهِ بْنُ عُمَيْرٍ
اللَّيْثِيُّ إِلَى أَبِي جَعْفَرٍ عليه السلام فَقَالَ لَهُ مَا تَقُولُ فِي
مُتْعَةِ النِّسَاءِ فَقَالَ أَحَلَّهَا اللَّهُ فِي كِتَابِهِ وَ عَلَى لِسَانِ
نَبِيِّهِ صلى الله عليه وآله فَهِيَ حَلَالٌ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ فَقَالَ
يَا أَبَا جَعْفَرٍ مِثْلُكَ يَقُولُ هَذَا وَ قَدْ حَرَّمَهَا عُمَرُ وَ نَهَى
عَنْهَا فَقَالَ وَ إِنْ كَانَ فَعَلَ قَالَ إِنِّي أُعِيذُكَ بِاللَّهِ مِنْ ذَلِكَ
أَنْ تُحِلَّ شَيْئاً حَرَّمَهُ عُمَرُ قَالَ فَقَالَ لَهُ فَأَنْتَ عَلَى قَوْلِ
صَاحِبِكَ وَ أَنَا عَلَى قَوْلِ رَسُولِ اللَّهِ صلى الله عليه وآله فَهَلُمَّ
أُلَاعِنْكَ أَنَّ الْقَوْلَ مَا قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وآله وَ
أَنَّ الْبَاطِلَ مَا قَالَ صَاحِبُكَ قَالَ فَأَقْبَلَ عَبْدُ اللَّهِ بْنُ
عُمَيْرٍ فَقَالَ يَسُرُّكَ أَنَّ نِسَاءَكَ وَ بَنَاتِكَ وَ أَخَوَاتِكَ وَ
بَنَاتِ عَمِّكَ يَفْعَلْنَ قَالَ فَأَعْرَضَ عَنْهُ أَبُو جَعْفَرٍ عليه السلام
حِينَ ذَكَرَ نِسَاءَهُ وَ بَنَاتِ عَمِّهِ (فروع الكافي ج 3/ص 455) ب. الْحُسَيْنُ بْنُ
مُحَمَّدٍ عَنْ أَحْمَدَ بْنِ إِسْحَاقَ عَنْ سَعْدَانَ بْنِ مُسْلِمٍ عَنْ
عُبَيْدِ بْنِ زُرَارَةَ عَنْ أَبِيهِ عَنْ أَبِي عَبْدِ اللَّهِ عليه السلام
قَالَ ذَكَرْتُ لَهُ الْمُتْعَةَ أَ هِيَ مِنَ الْأَرْبَعِ فَقَالَ تَزَوَّجْ
مِنْهُنَّ أَلْفاً فَإِنَّهُنَّ مُسْتَأْجَرَاتٌ (فروع الكافي ج 3/ص 458)
l.
Ajaran Syi’ah menghalalkan darah ahlu
al-sunah
ولهذا أباحوا دماء أهل السنة وأموالهم فعن داود بن فرقد قال: قلت لأبي عبد الله ما
تقول في قتل الناصب؟: قال: حلال الدم، ولكني أتقي عليك، فإن قدرت أن تقلب عليه حائطًا أو
تغرقه في ماء لكيلا يشهد عليك فافعل (كشف الأسرار وتبرئة الأئمة الأطهار ص85 ؛ بحار الأنوار ج27/ 231)
m. Ajaran Syi’ah melecehkan Nabi dan Ummul Mu’minin
إن النبي صلى الله عليه وآله لا بد أن يدخل فرجه النار، لأنه وطئ
بعض المشركات) يريد بذلك زواجه من
عائشة وحفصة، وهذا كما هو معلوم فيه إساءة إلى النبي صلى الله عليه وآله، لأنه لو
كان فرج رسول الله صلى الله عليه وآله يدخل النار فلن يدخل الجنة أحد أبدًا (كشف الأسرار وتبرئة
الأئمة الأطهار ص 24-25)
n.
Ajaran Syi’ah juga mempunyai doktrin
Thinah (thinat al-mu’min wa al-kafir) yaitu doktrin yang menyatakan bahwa dalam
penciptaan manusia ada unsur tanah putih dan tanah hitam. Pengikut Syi’ah
tercipta dari unsur tanah putih sedangkan Ahlu al-sunnah berasal dari tanah
hitam. Para pengikut Syi’ah yang tersusun dari tanah putih jika melakukan
perbuatan maksiat dosanya akan ditimpakan kepada pengikut ahlu al-sunnah (yang
tersusun dari tanah hitam) sebaliknya pahala yang dimiliki oleh pengikut Ahlu
al-sunnah akan diberikan kepada para pegikut Syi’ah. Doktrin ini merupakan
doktrin yang tersembunyi dalam ajaran Syi’ah. (al-Kafi Juz II / Kitab
al-Iman, bab thinat al-mu’min wa al-kafir)
o.
Dan masih banyak lagi keganjilan yang
lain.
6.
Adanya fakta para pengikut Syi’ah
menjadikan buku-buku sebagaimana tersebut pada butir 5 sebagai kitab
rujukannya.
7.
Keputusan Fatwa MUI Kabupaten Sampang
No. A-035/MUI/Spg/I/2012 tentang Ajaran Yang Disebarluaskan Sdr Tajul Muluk di
Kecamatan Omben, Kabupaten Sampang.
8.
Keputusan Rapat Koordinasi MUI
Kabupaten Se Koordinatoriat Wilayah (KORWIL) Madura No. 01/MUI/KD/MDR/I/2012
tentang Ajaran Syi’ah atau aliran Syi’ah Imamiyah Itsna Asyariyah
9.
Keputusan Rapat Koordinasi MUI
Kabupaten/Kota Se Koordinatoriat Wilayah (KORWIL) Malang No.
13/Korwil-IV/MLG/I/2012 tentang Pengukuhan Fatwa Kesesatan Ajaran Syi’ah;
10. Keputusan Rapat Koordinasi MUI Kabupaten/Kota Se Koordinatoriat
Wilayah (KORWIL) Besuki No. 01/MUI/Besuki/I/2012 tentang Ajaran Syi’ah atau
aliran Syi’ah Imamiyah Itsna Asyariyah.
11. Keputusan Rapat Koordinasi MUI Kabupaten/Kota Se Koordinatoriat
Wilayah (KORWIL) Surabaya tentang Ajaran Syi’ah atau aliran Syi’ah Imamiyah
Itsna Asyariyah.
12. Keputusan Rapat Koordinasi MUI Kabupaten/Kota Se Koordinatoriat
Wilayah (KORWIL) Bojonegoro No. Kep-01/MUI/KORDA-BJN/I/2012 tentang Ajaran
Syi’ah atau aliran Syi’ah Imamiyah Itsna Asyariyah.
13. Berbagai kajian yang dilakukan oleh para ahli dan para pengamat
terkait aliran Syi’ah Imamiyah Itsna Asyariyah, faham, pemikiran, dan
aktivitasnya di antaranya Pendapat Prof. Dr. Muhammad Baharun yang menyatakan
bahwa Syi’ah dan Ahlu al-Sunnah tidak mungkin disatukan.
14. Undang-Undang Dasar tahun 1945 pasal 28 huruf J.
15. Undang-undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia
Pasal 73
16. Undang-Undang No. 1/PNPS/1965 tentang Pencegahan Penyalahgunaan
dan/atau Penodaan Agama.
17. Berbagai pendapat yang berkembang dalam rapat tanggal 21 Januari
2012 yang dihadiri oleh beberapa wakil dari MUI Kabupaten/Kota di Jawa Timur
(MUI Kab. Jember, MUI Kab Pasuruan, MUI Kab. Malang, MUI Kab. Sampang, MUI Kota
Surabaya, MUI Kab. Tuban, MUI Kab. Bojonegoro, MUI Kab. Ponorogo, MUI Kab.
Blitar) dan beberapa ormas Islam.
18. Telaah terhadap dokumen-dokumen dalam bentuk VCD/CD antara lain
yang mengandung hujatan terhadap sahabat nabi, Perayaan Haul Arbain, Arbain
Imam Husain, dan Acara Syi’ah di Gereja Bergzicht Lawang.
19. Pedoman dan Prosedur Penetapan Fatwa MUI
Mengingat:
1.
Firman Allah dalam al-Qur’an:
a.
Firman Allah Surat al-Baqarah ayat
177
لَيْسَ الْبِرَّ أَنْ تُوَلُّوا وُجُوهَكُمْ قِبَلَ الْمَشْرِقِ
وَالْمَغْرِبِ وَلَكِنَّ الْبِرَّ مَنْ ءَامَنَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ
وَالْمَلَائِكَةِ وَالْكِتَابِ وَالنَّبِيِّينَ وَءَاتَى الْمَالَ عَلَى حُبِّهِ
ذَوِي الْقُرْبَى وَالْيَتَامَى وَالْمَسَاكِينَ وَابْنَ السَّبِيلِ
وَالسَّائِلِينَ وَفِي الرِّقَابِ وَأَقَامَ الصَّلَاةَ وَءَاتَى الزَّكَاةَ
وَالْمُوفُونَ بِعَهْدِهِمْ إِذَا عَاهَدُوا وَالصَّابِرِينَ فِي الْبَأْسَاءِ
وَالضَّرَّاءِ وَحِينَ الْبَأْسِ أُولَئِكَ الَّذِينَ صَدَقُوا وَأُولَئِكَ هُمُ
الْمُتَّقُونَ
Bukanlah
menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi
sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudian,
malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya
kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang
memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; dan (memerdekakan)
hamba sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang
menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam
kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. Mereka itulah orang-orang yang
benar (imannya); dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa.
b.
Firman Allah Surat al-Qamar ayat 49
إِنَّا كُلَّ شَيْءٍ خَلَقْنَاهُ بِقَدَرٍ
Sesungguhnya Kami
menciptakan segala sesuatu menurut ukuran.
c.
Firman Allah Surat al-Hijr ayat 9
إِنَّا نَحْنُ نَزَّلْنَا الذِّكْرَ وَإِنَّا لَهُ لَحَافِظُونَ
Sesungguhnya
Kami-lah yang menurunkan Al Qur’an, dan sesungguhnya Kami benar-benar
memeliharanya.
d.
Firman Allah Surat al-Fath ayat 29
مُحَمَّدٌ رَسُولُ اللَّهِ وَالَّذِينَ مَعَهُ أَشِدَّاءُ عَلَى
الْكُفَّارِ رُحَمَاءُ بَيْنَهُمْ تَرَاهُمْ رُكَّعًا سُجَّدًا يَبْتَغُونَ
فَضْلًا مِنَ اللَّهِ وَرِضْوَانًا سِيمَاهُمْ فِي وُجُوهِهِمْ مِنْ أَثَرِ
السُّجُودِ ذَلِكَ مَثَلُهُمْ فِي التَّوْرَاةِ وَمَثَلُهُمْ فِي الْإِنْجِيلِ
كَزَرْعٍ أَخْرَجَ شَطْأَهُ فَآزَرَهُ فَاسْتَغْلَظَ فَاسْتَوَى عَلَى سُوقِهِ
يُعْجِبُ الزُّرَّاعَ لِيَغِيظَ بِهِمُ الْكُفَّارَ وَعَدَ اللَّهُ الَّذِينَ
ءَامَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ مِنْهُمْ مَغْفِرَةً وَأَجْرًا عَظِيمًا
Muhammad itu adalah
utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap
orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka, kamu lihat mereka
ruku` dan sujud mencari karunia Allah dan keridhaan-Nya, tanda-tanda mereka
tampak pada muka mereka dari bekas sujud. Demikianlah sifat-sifat mereka dalam
Taurat dan sifat-sifat mereka dalam Injil, yaitu seperti tanaman yang
mengeluarkan tunasnya maka tunas itu menjadikan tanaman itu kuat lalu menjadi
besarlah dia dan tegak lurus di atas pokoknya; tanaman itu menyenangkan hati
penanam-penanamnya karena Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir
(dengan kekuatan orang-orang mu’min). Allah menjanjikan kepada orang-orang yang
beriman dan mengerjakan amal yang saleh di antara mereka ampunan dan pahala
yang besar.
e.
Firman Allah Surat al-Taubah ayat 100
وَالسَّابِقُونَ الْأَوَّلُونَ مِنَ الْمُهَاجِرِينَ
وَالْأَنْصَارِ وَالَّذِينَ اتَّبَعُوهُمْ بِإِحْسَانٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ
وَرَضُوا عَنْهُ وَأَعَدَّ لَهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي تَحْتَهَا الْأَنْهَارُ
خَالِدِينَ فِيهَا أَبَدًا ذَلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ
Orang-orang yang
terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) di antara orang-orang muhajirin
dan anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha
kepada mereka dan merekapun ridha kepada Allah dan Allah menyediakan bagi
mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya; mereka kekal di
dalamnya selama-lamanya. Itulah kemenangan yang besar.
2.
Hadits-hadits Marfu
أ. قَالَ فَأَخْبِرْنِي عَنِ الْإِيمَانِ قَالَ أَنْ تُؤْمِنَ
بِاللَّهِ وَمَلَائِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ وَتُؤْمِنَ
بِالْقَدَرِ خَيْرِهِ وَشَرِّهِ (رواه مسلم)
Bertanya Jibril as:
Beritahukan aku tentang Iman “. Lalu beliau bersabda: “ Engkau beriman kepada
Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya dan hari akhir
dan engkau beriman kepada takdir yang baik maupun yang buruk” (Shahih Muslim Jilid
I/hal 23)
ب. بُنِيَ الْإِسْلَامُ عَلَى خَمْسٍ شَهَادَةِ أَنْ لَا إِلَهَ
إِلَّا اللَّهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ وَإِقَامِ الصَّلَاةِ
وَإِيتَاءِ الزَّكَاةِ وَالْحَجِّ وَصَوْمِ رَمَضَانَ (رواه البخاري)
Islam Dibangun Di
atas Lima (Landasan); Persaksian Tidak Ada Ilah Melainkan Allah Dan
Sesungguhnya Muhammad Utusan Allah, Mendirikan Shalat, Menunaikan Zakat, Haji
Dan Puasa Ramadlan (Shahih al-Bukhari, Juz I/hal 54 hadits No.8)
ت. مَنْ قَالَ فِي الْقُرْآنِ بِغَيْرِ عِلْمٍ فَلْيَتَبَوَّأْ
مَقْعَدَهُ مِنَ النَّارِ
Barangsiapa
berbicara tentang al-Qur’an tanpa ilmu (yang memadai), maka hendaklah dia
mempersiapkan kedudukannya di neraka” (HR al-Tirmidzi/Sunan al-TirmidziV/1999
No. 2950)
ث. وَمَنْ قَالَ فِي الْقُرْآنِ بِرَأْيِهِ فَلْيَتَبَوَّأْ
مَقْعَدَهُ مِنَ النَّارِ
“Barang siapa
berbicara tentang al-Qur’an berdasarkan nalarnya saja, maka hendaklah dia
mempersiapkan kedudukannya di neraka” (HR al- Tirmidzi/Sunan al-Tirmidzi V/1999
hadits No. 2951)
ج. قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا
تَسُبُّوا أَصْحَابِي فَوَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ لَوْ أَنَّ أَحَدَكُمْ
أَنْفَقَ مِثْلَ أُحُدٍ ذَهَبًا مَا أَدْرَكَ مُدَّ أَحَدِهِمْ وَلَا نَصِيفَهُ
Telah bersabda
Rasulullah Saw: “Janganlah kalian mencerca para shahabatku. Demi Dzat yang
jiwaku ada di tangan-Nya, kalau seandainya salah seorang di antara kalian
berinfaq emas sebesar gunung Uhud maka tidak akan dapat menandingi satu mud
dari mereka bahkan tidak pula setengahnya” (HR. Al-Bukhari, dalam Shahih
al-Bukhari Juz II/hal 347 No. 3546; Muslim, dalam Shahih Muslim Jilid
II hal.1171; dan al-Tirmidzi dalam Sunan al-Tirmidzi Juz V/hal. 696 hadits No.
3761)
ح. قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اللَّهَ
اللَّهَ فِي أَصْحَابِي اللَّهَ اللَّهَ فِي أَصْحَابِي لَا تَتَّخِذُوهُمْ
غَرَضًا بَعْدِي فَمَنْ أَحَبَّهُمْ فَبِحُبِّي أَحَبَّهُمْ وَمَنْ أَبْغَضَهُمْ
فَبِبُغْضِي أَبْغَضَهُمْ وَمَنْ آذَاهُمْ فَقَدْ آذَانِي وَمَنْ آذَانِي فَقَدْ
آذَى اللَّهَ وَمَنْ آذَى اللَّهَ يُوشِكُ أَنْ يَأْخُذَهُ
Takutlah kepada
Allah, takutlah kepada Allah mengenai sahabat-sahabatku. Janganlah kamu
menjadikan mereka sebagai sasaran caci-maki sesudah aku tiada. Barangsiapa mencintai
mereka, maka semata-mata karena mencintaiku. Dan barang siapa membenci mereka,
maka berarti semata-mata karena membenciku. Dan barangsiapa menyakiti mereka
berarti dia telah menyakiti aku, dan barangsiapa menyakiti aku berarti dia
telah menyakiti Allah. Dan barangsiapa telah menyakiti Allah dikhawatirkan
Allah akan menghukumnya. (HR al-Tirmidzi dalam Sunan al-Tirmidzi Juz
V/hal. 696 hadits No. 3762)
خ. عن عُوَيْمِ بْنِ سَاعِدَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ قَالَ: “ إِنَّ اللَّهَ تَعَالَى
اخْتَارَنِي، وَاخْتَارَ لِي أَصْحَابًا، فَجَعَلَ لِي مِنْهُمْ وُزَرَاءَ
وَأَنْصَارًا وَأَصْهَارًا، فَمَنْ سَبَّهُمْ فَعَلَيْهِ لَعْنَةُ اللَّهِ،
وَالْمَلَائِكَةِ، وَالنَّاسِ أَجْمَعِينَ، لَا يقْبَلُ الله مِنْهُ يَوْمَ
الْقِيَامَةِ صَرْفا وَلَا عَدْلا( أخرجه ابو نعيم فى معرفة الصحابة ج3/ص 1745: رقم 4424 ؛ والطبراني في الأوسط
ج1
/ ص 272 رقم 456 ؛ والحاكم في المستدرك ج4/ص68رقم 2735)
Dari Uwaim bin
Sa’idah ra, sesunguhnya Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:
“Sesungguhnya Allah Ta’ala telah memilih diriku, lalu memilih untukku para
sahabat dan menjadikan mereka sebagai pendamping dan penolong. Maka siapa yang
mencela mereka, atasnya laknat dari Allah, para malaikat dan seluruh manusia.
Allah Ta’ala tidak akan menerima amal darinya pada hari kiamat, baik yang wajib
maupun yang sunnah”.
د. إِذَا كَفَّرَ الرَّجُلُ أَخَاهُ فَقَدْ بَاءَ بِهَا أَحَدُهُمَا
“Jika seseorang
mengkafirkan saudaranya, maka sesungguhnya kalimat itu kembali kepada salah
satu dari keduanya.” (HR Muslim, dalam Shahih Muslim Jilid I/hal 47
hadits No. 111, hadits senada diriwayatkan oleh al-Bukhari, Juz III/hal. 408
No.5883)
ذ. عَنْ أَبِي ذَرٍّ رَضِي اللَّه عَنْه أَنَّهُ سَمِعَ النَّبِيَّ
صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ لَا يَرْمِي رَجُلٌ رَجُلًا بِالْفُسُوقِ
وَلَا يَرْمِيهِ بِالْكُفْرِ إِلَّا ارْتَدَّتْ عَلَيْهِ إِنْ لَمْ يَكُنْ
صَاحِبُهُ كَذَلِكَ
Dari Abi Dzar ra
bahwa dia mendengan Rasulullah Saw bersabda: “Tidaklah seseorang melemparkan
tuduhan kepada yang lain dengan kefasikan, dan tidak pula melemparkan tuduhan
kepada yang lain dengan kekafiran, melainkan hal itu akan kembali kepadanya
apabila yang dituduh ternyata tidak demikian”.(HR al-Bukhari, Shahih
Bukhari Juz III/ hal. 396, No. 582)
ر. إِنَّ مِنْ أَمَنِّ النَّاسِ عَلَيَّ فِي صُحْبَتِهِ وَمَالِهِ
أَبَا بَكْرٍ وَلَوْ كُنْتُ مُتَّخِذًا خَلِيلًا غَيْرَ رَبِّي لَاتَّخَذْتُ أَبَا
بَكْرٍ وَلَكِنْ أُخُوَّةُ الْإِسْلَامِ وَمَوَدَّتُهُ ِ
Sesungguhnya
manusia yang paling terpercaya di sisiku dengan harta dan jiwanya adalah Abu
Bakar. Seandainya aku memilih kekasih, selain Tuhanku maka aku akan memilih Abu
Bakr, Akan tetapi yang ada adalah persaudaraan Islam dan berkasih sayang dalam
Islam. (HR al-Bukhari, Juz II/hal 344 No. 3529; hadits senada diriwayatkan oleh
Muslim, Shahih Muslim Jilid II/hal 1119)
ز. قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اقْتَدُوا
بِاللَّذَيْنِ مِنْ بَعْدِي أَبِي بَكْرٍ وَعُمَرَ
Rasulullah Saw
bersabda ikutilah teladan orang-orang setelahku yaitu Abu Bakar dan Umar (HR
al-Tirmidzi, Juz V/hal 609 No. 3662)
س. عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ عَوْفٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ –صلى الله عليه وسلم- « أَبُو بَكْرٍ فِى
الْجَنَّةِ وَعُمَرُ فِى الْجَنَّةِ وَعُثْمَانُ فِى الْجَنَّةِ وَعَلِىٌّ فِى
الْجَنَّةِ وَطَلْحَةُ فِى الْجَنَّةِ وَالزُّبَيْرُ فِى الْجَنَّةِ وَعَبْدُ
الرَّحْمَنِ بْنُ عَوْفٍ فِى الْجَنَّةِ وَسَعْدٌ فِى الْجَنَّةِ وَسَعِيدٌ فِى
الْجَنَّةِ وَأَبُو عُبَيْدَةَ بْنُ الْجَرَّاحِ فِى الْجَنَّةِ
Dari Abdurrahman
bin Auf dia berkata; Rasulullah Saw bersabda: “Abu Bakar di syurga, Umar di
syurga, Utsman di syurga, Ali di syurga, Thalhah di syurga, Zubair di syurga,
Abdurahman ibn Auf di syurga, Sa’ad (ibn Abi Waqqash) di syurga, Said (ibn Zaid
ibn Amru ibn Nufail) di syurga, Abu Ubaidah ibn al-Jarrah di syurga” (HR al-Tirmidzi,
Juz V/hal 647 hadits No. 3747)
ش. عن مُحَمَّدِ بْنِ عَلِيٍّ وَأَخُوهُ عَبْدُاللَّهِ بْنُ مُحَمَّدٍ
عَنْ أَبِيهِمَا أَنَّ عَلِيًّا رَضِي اللَّه عَنْهم قَالَ لِابْنِ عَبَّاسٍ إِنَّ
النَّبِيَّ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَهَى عَنِ الْمُتْعَةِ وَعَنْ
لُحُومِ الْحُمُرِ الْأَهْلِيَّةِ زَمَنَ خَيْبَرَ
Dari Muhammad bin
Ali dan saudaranya Abdullah bin Muhammad dari Bapak keduanya bahwasanya Ali Ra
berkata kepada Ibnu Abbas sesungguhnya Nabi saw melarang mut’ah dan makan
daging keledai jinak pada masa perang khaibar. (HR al-Bukhari, Juz III/hal 200,
hadits No. 4925)
ص. عَنْ إِيَاسِ بْنِ سَلَمَةَ عَنْ أَبِيهِ قَالَ رَخَّصَ رَسُولُ
اللَّهِ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَامَ أَوْطَاسٍ فِي الْمُتْعَةِ
ثَلَاثًا ثُمَّ نَهَى عَنْهَا
Dari Iyas bin Salamah
dari ayahnya berkata : Rasulullah memperbolehkan nikah mut’ah pada saat perang
autas selama tiga hari lalu melarangnya. (HR. Muslim, Shahih Muslim Jilid
II/hal. 633)
3.
Hadits Mauquf kepada Ali ra.
عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ الْحَنَفِيَّةِ قَالَ قُلْتُ لِأَبِي أَيُّ
النَّاسِ خَيْرٌ بَعْدَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ
أَبُو بَكْرٍ قُلْتُ ثُمَّ مَنْ قَالَ ثُمَّ عُمَرُ وَخَشِيتُ أَنْ يَقُولَ
عُثْمَانُ قُلْتُ ثُمَّ أَنْتَ قَالَ مَا أَنَا إِلَّا رَجُلٌ مِنَ الْمُسْلِمِينَ
Dari Muhammd bin
Hanafiyah dia berkata; Aku bertanya kepada bapakku (yakni Ali bin Abi Thalib
radhiallahu ‘anhu): Siapakah manusia yang terbaik setelah Rasulullah ? beliau
menjawab: “Abu Bakar”. Aku bertanya (lagi): “Kemudian siapa?”. Beliau menjawab:
“Umar”. Dan aku khawatir beliau akan berkata Utsman, maka aku mengatakan:
“Kemudian engkau?” Beliau menjawab: “Bukan aku kecuali seorang dari kalangan
muslimin”.(diriwayatkan oleh al-Bukhari dalam Shahih Bukhari Juz
II/hal 347 No.3544)
4.
Pendapat Para Ulama
a.
Pendapat Imam Malik
روى الخلال عن ابى بكر المروزى قال : وَسَمِعْتُ أَبَا عَبْدِ اللَّهِ يَقُولُ: قَالَ مَالِكٌ: الَّذِي يَشْتِمُ أَصْحَابَ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ لَيْسَ لَهُ سَهْمٌ، أَوْ قَالَ: نَصِيبٌ فِي الإِسْلامِ ( الخلال / السن: ۲،٥٥٧ )
Al Khalal
meriwayatkan dari Abu Bakar Al Marwazi, katanya: Saya mendengar Abu Abdulloh
berkata, bahwa Imam Malik berkata: “Orang yang mencela sahabat-sahabat Nabi,
maka ia tidak termasuk dalam golongan Islam” (Al Khalal / As Sunnah, 2-557)
b.
Pendapat Imam Ahmad
روى الخلال عن ابى بكر المروزى قال : سَأَلْتُ أَبَا عَبْدِ اللَّهِ: عَنْ مَنْ يَشْتِمُ أَبَا بَكْرٍ وَعُمَرَ وَعَائِشَةَ؟ قَالَ: مَا أُرَآهُ عَلَى
الإِسْلامِ (الخلال / السنة : ۲، ٥٥٧)
Al Khalal
meriwayatkan dari Abu Bakar Al Marwazi, ia berkata: “Saya bertanya kepada Abu
Abdullah tentang orang yang mencela Abu Bakar, Umar dan Aisyah? Jawabnya, saya
berpendapat bahwa dia bukan orang Islam”. (Al Khalal / As Sunnah, 2-557).
c.
Pendapat Ibnu Hazm
فإن الروافض ليسوا من المسلمين إنما هي فرق حدث أولها بعد موت
النبي صلى الله عليه و سلم بخمس وعشرين سنة وكان مبدؤها إجابة من خذله الله تعالى
لدعوة من كاد الإسلام وهي طائفة تجري مجرى اليهود والنصارى في الكذب والكفر
Sesungguhnya
Rafidhah bukanlah dari kalangan kaum Muslimin, kelompok ini mula-mula muncul 25
tahun setelah Nabi –shallallAhu ‘alaihi wa sallam - wafat. Dan asalnya bermula
dari mengikuti dakwah seorang yang Allah hinakan yang hendak memerangi Islam
kelompok ini berjalan di atas jalannya orang-orang Yahudi dan Nasrani dalam
kedustaan dan kekufuran. (Al-Fishal fil-Milal 2/213)
d.
Pendapat KH Hasyim Asyari (Rais Akbar
PBNU)
وَاصْدَعْ بِمَاتُؤْمَرُ لِتَنْقَمِعَ الْبِدَعُ عَنْ اَهْلِ
اْلمَدَرِوَالْحَجَرِ. قال رسول الله صلى الله عليه وسلم “اِذَاظَهَرَتِ الْفِتَنُ اَوِالْبِدَعُ وسُبَّ اَصْحَابِيْ
فَلْيُظْهِرِالْعَالِمُ عِلْمَهُ فَمَنْ لَمْ يَفْعَلْ ذَلِكَ فَعَلَيْهِ لَعْنَةُ
اللهِ وَالْمَلاَئِكَةِ وَالنَّاسِ اَجْمَعِيْنَ
Sampaikan secara
terang-terangan apa yang diperintahkan Allah kepadamu, agar bid’ah-bid’ah
terberantas dari semua orang. Rasulullah SAW bersabda: “Apabila fitnah-fitnah
dan bid’ah-bid’ah muncul dan sahabat-sahabatku di caci maki, maka hendaklah
orang-orang alim menampilkan ilmunya. Barang siapa tidak berbuat begitu, maka
dia akan terkena laknat Allah, laknat Malaikat dan semua orang.” (Muqadimah
Qanun Asasi Nahdlatul Ulama)
MEMUTUSKAN
1.
Mengukuhkan dan menetapkan keputusan
MUI-MUI daerah yang menyatakan bahwa ajaran Syi’ah (khususnya Imamiyah Itsna
Asyariyah atau yang menggunakan nama samaran Madzhab Ahlul Bait dan semisalnya)
serta ajaran-ajaran yang mempunyai kesamaan dengan faham Syi’ah Imamiyah Itsna
Asyariyah adalah SESAT DAN MENYESATKAN.
2.
Menyatakan bahwa penggunaan Istilah
Ahlul Bait untuk pengikut Syi’ah adalah bentuk pembajakan kepada ahlul bait
Rasulullah Saw.
3.
Merekomendasikan:
a.
Kepada Umat Islam diminta untuk
waspada agar tidak mudah terpengaruh dengan faham dan ajaran Syi’ah (khususnya
Imamiyah Itsna Asyariyah atau yang menggunakan nama samaran Madzhab Ahlul Bait
dan semisalnya)
b.
Kepada Umat Islam diminta untuk tidak
mudah terprovokasi melakukan tindakan kekerasan (anarkisme), karena hal
tersebut tidak dibenarkan dalam Islam serta bertolak belakang dengan upaya
membina suasana kondusif untuk kelancaran dakwah Islam
c.
Kepada Pemerintah baik Pusat maupun
Daerah dimohon agar tidak memberikan peluang penyebaran faham Syi’ah di
Indonesia, karena penyebaran faham Syi’ah di Indonesia yang penduduknya
berfaham ahlu al-sunnah wa al-jama’ah sangat berpeluang menimbulkan
ketidakstabilan yang dapat mengancam keutuhan NKRI.
d.
Kepada Pemerintah baik Pusat maupun
Daerah dimohon agar melakukan tindakan-tindakan sesuai dengan peraturan
perundangan yang berlaku antara lain membekukan/melarang aktivitas Syi’ah
beserta lembaga-lembaga yang terkait.
e.
Kepada Pemerintah baik Pusat maupun
Daerah dimohon agar bertindak tegas dalam menangani konflik yang terjadi, tidak
hanya pada kejadiannya saja, tetapi juga faktor yang menjadi penyulut
terjadinya konflik, karena penyulut konflik adalah provokator yang telah
melakukan teror dan kekerasan mental sehingga harus ada penanganan secara
komprehensif.
f.
Kepada Pemerintah baik Pusat maupun
Daerah dimohon agar bertindak tegas dalam menangani aliran menyimpang karena
hal ini bukan termasuk kebebasan beragama tetapi penodaan agama.
g.
Kepada Dewan Pimpinan MUI Pusat
dimohon agar mengukuhkan fatwa tentang kesesatan Faham Syi’ah (khususnya
Imamiyah Itsna Asyariyah atau yang menggunakan nama samaran Madzhab Ahlul Bait
dan semisalnya) serta ajaran-ajaran yang mempunyai kesamaan dengan faham Syi’ah
sebagai fatwa yang berlaku secara nasional.
Surabaya 27 Shofar 1433 H/21 Januari
2012 M
DEWAN PIMPINAN MUI PROPINSI JAWA
TIMUR
Ketua Umum
Sekretaris Umum
KH. Abdusshomad
Buchori
Drs. H Imam Tabroni, MM
Sumber:
mui rancah
Jika kesulitan untuk mendownload, silahkan baca petunjuk disini: Cara Mendownload