Selawat dalam Sorotan (Keselamatan Nabi dan Problema Selawat Gairu Ma'tsur)
5/27/2015
Salah satu tanda orang yang beriman adalah
dia mencintai Rasulullah saw.. Banyak cara seseorang mengekspresikan rasa
cintanya kepada Rasulullah saw.. Diantara cara itu adalah menjalankan sunah
beliau, mengerjakan seluruh perintahnya dan menjauhi larangannya, menjaga
kehormatan beliau, mencintai keluarga dan keturunan beliau, dan juga bisa
diekspresikan dengan rajin membaca selawat kepada beliau.
Semua cara-cara di atas adalah sudah
menjadi kelaziman bagi seluruh umat Islam. Namun pada kesempatan ini, Pustaka
Madrasah sebagai media belajar bersama akan mencoba meneropong tentang selawat
untuk Rasulullah saw..
A. Selawat dan Keselamatan Rasulullah saw.
Secara bahasa, selawat berarti kemuliaan atau
kesejahteraan. Perintah selawat terpampang dengan jelas dalam firman Allah:
إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ
عَلَى النَّبِىِّ يَاأَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا
تَسْلِيْمًا
"Sesungguhnya Allah dan
malaikat-malaikat-Nya berselawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, berselawatlah
kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya." (Q.S.
Al-Ahzab' 33:56)
Jika dilihat, selawat itu
memang hampir mirip seperti doa, tapi sesungguhnya tidak bermakna seperti doa
kita pada umumnya. Berselawat dari Allah berarti memberi rahmat. Maksud
malaikat berselawat kepada Nabi yaitu malaikat turut memohon ampunan kepada
Allah. Sedangkan selawat orang-orang beriman kepada Nabi maksudnya ucapan salam
dan penghormatan atas rahmat dan kesejahteraan diberikan kepada Nabi Muhammad saw..
Jadi ayat di atas menegaskan bahwa selawat
itu adalah perintah dari Allah, lantas apakah itu berarti Nabi Muhammad belum
selamat, sebagaimana persangkaan orang yang 'belum tahu' dan dugaan 'orang hasud'?
Seperti nabi-nabi sebelumnya, Rasulullah
saw. juga telah mendapatkan jaminan masuk surga, sebagaimana dijelaskan dalam
surah al-Fath berikut secara implisit.
إِنَّا
فَتَحْنَا لَكَ فَتْحًا مُبِينًا لِيَغْفِرَ لَكَ اللَّهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ
ذَنْبِكَ وَمَا تَأَخَّرَ وَيُتِمَّ نِعْمَتَهُ عَلَيْكَ وَيَهْدِيَكَ صِرَاطًا
مُسْتَقِيمًا
"Sesungguhnya Kami telah memberikan
kepadamu kemenangan yang nyata, supaya Allah memberi ampunan kepadamu
(Muhammad) terhadap dosamu yang telah lalu dan yang akan datang serta
menyempurnakan nikmat-Nya atasmu dan memimpin kamu kepada jalan yang
lurus," (QS. Al-Fath' 48:1-2)
Walau Rasulullah saw. telah mendapatkan
jaminan masuk Surga, beliau justru menambah ibadahnya sebagai rasa syukur
beliau, sebagaimana diceritakan oleh istri beliau:
Sungguh Nabi Muhammad saw salat malam
hingga merekah kedua telapak kakinya. Aisyah berkata kepada beliau, ”Mengapa
engkau melakukan hal ini, wahai Rasulullah, padahal Allah telah mengampuni
dosa-dosamu yang telah lalu dan yang akan datang?”, Beliau menjawab, “Apa aku
tidak ingin menjadi hamba yang bersyukur?” (H.R. Bukhari dan Muslim)
Lalu untuk apakah umat Islam berselawat
kepada Rasulullah saw.?
Tujuan Allah menyuruh manusia berselawat
kepada Nabi Muhammad selain untuk kebaikan dirinya juga agar umat Islam
seluruhnya menaruh rasa hormat kepada beliau. Sebab beliau adalah pilihan-Nya
untuk menjadi Nabi terakhir dan penutup para Nabi, yang membebaskan manusia
dari kehidupan jahiliyah. Beliaulah yang mengantarkan umat manusia dari
kehidupan hewani menjadi kehidupan yang manusiawi. Jika tidak ada beliau, entah
kebejatan moral apa yang dilakukan oleh umat manusia.
Oleh sebab itu, sebagai orang yang tahu
diri, umat manusia sangat wajib untuk mensyukuri jasa beliau. Untuk
mengabadikan rasa syukur dan jasa beliau inilah maka 'selawat serta salam'
dijadikan sebagai salah satu rukun zikri, yaitu suatu bacaan rukun bagi umatnya
setiap mengerjakan salat. Begitu juga dikatakan oleh para ulama dalam kitab Minhaj as-Sunnah an-Nabawiyah dan Raudhah al-Muhibbin "Barangsiapa yang mencintai sesuatu maka dia akan sering menyebutnya."
Di masyarakat modern inipun kita melihat
mereka mempunyai cara tersendiri untuk mengenang jasa orang yang menurut mereka
pahlawan, contohnya membuat patungnya, gambarnya, atau seperti para pahlawan
Indonesia yang wajah mereka diabadikan dalam uang kertas. Sedangkan Allah
memberi petunjuk kepada kita untuk mengenang jasa Nabi terakhir; pahlawan
terbesar dan terpuji umat manusia dengan mengucapkan selawat kepada beliau Nabi
Muhammad saw..
Seandainya Allah tidak memberikan contoh
dan petunjuk tentang tata cara mensyukuri karunia-Nya yang telah diberikan
melalui baginda Nabi, tentu akan terjadi bermacam-macam cara dalam mensyukuri
nikmat tersebut. Misalnya, dengan memberikan sesajian, tumbal, korban hewan dan
lain-lain menurut selera dan keinginan masing-masing dan akhirnya mengarah pada
pengkhultusan kemusyrikan.
Lalu, apakah perintah berselawat hanya ditujukan
kepada Rasulullah semata? Ternyata tidak. Allah swt. menjelaskan di dalam al-Qur’an bahwa para rasul juga diselawatkan.
1.
Selawat untuk para
Rasul Allah (Q.S. ash-Shaffat: 180-183)
2.
Selawat untuk nabi
Ibrahim as. (Q.S. ash-Shaffat: 108-109)
3.
Selawat untuk nabi
Musa as. (Q.S. ash-Shaffat: 119-120)
4.
Selawat untuk nabi
Nuh as. (Q.S. ash-Shaffat: 78-79)
5.
Selawat untuk nabi
Ilyas as. (Q.S. ash-Shaffat: 129-130)
6.
Selawat untuk nabi
Isa as. (Q.S. Maryam: 30-33)
7.
Selawat untuk nabi
Yahya as. (Q.S. Maryam: 12-15)
B. Selawat Ma’tsur dan Selawat Gairu Ma’tsur
Bagi semua orang Islam, membaca selawat
kepada Rasulullah adalah sesuatu yang masyru’, bahkan sangat dianjurkan.
Namun tata caranya saja yang membedakan satu dengan lainnya.
Sebagian umat Islam mencukupkan diri dengan
selawat yang diajarkan oleh Rasulullah saw. saja atau biasa disebut dengan
selawat ma’tsur. Sebagian lagi mereka tidak hanya menggunakan selawat ma’tsur,
tetapi juga selawat gairu ma’tsur. Perbedaan ini tidak terjadi kecuali
karena perbedaan cara menyikapi selawat itu sendiri.
Bagi yang mencukupkan diri dengan selawat ma’tsur,
mereka sangat hati-hati agar tidak terjerembab pada sesuatu yang baru (baca:
bid’ah). Sedangkan orang Islam yang menggunakan selawat gairu ma’tsur
(selain yang ma’tsur) berpijak bahwa lafal selawat yang diajarkan
Rasulullah adalah sebagai lafal yang bukan paten, sehingga tidak menghalanginya
untuk menggunakan ‘pujian’ lainnya untuk beliau selama masih dalam
koridor syariat. Oleh karena itu, kita mengenal selawat munjiyat,
selawat nariyah, selawat fatih, selawat thibbul qulub, dan
lain sebagainya. Selawat-selawat tersebut adalah contoh dari selawat ghairu
ma’tsur. Tentu, redaksi dari selawat-selawat tersebut tidak akan ditemukan
dalam lembaran-lembaran hadis. Namun redaksi tersebut tertata di buku-buku para
ulama.
Pembaca Pustama semua, berikut akan sedikit
diuraikan tentang dalil yang digunakan oleh umat Islam yang mencukupkan diri
dengan selawat ma’tsur dan juga yang membolehkan menggunakan selawat gairu ma’tsur.
Bagi umat Islam yang mencukupkan diri
dengan selawat ma’tsur, mereka menguatkan dasarnya pada hadis berikut.
عَنْ
كَعْبِ بْنِ عَجْرَةَ قَالَ: لَمَّا نَزَلَتْ هَذِهِ الآيَةُ (اِنَّ اللهَ وَ
مَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِىِّ يَاأَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا
صَلُّوْا عَلَيْهِ وَ سَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا) قُلْنَا: يَا رَسُوْلَ اللهِ قَدْ
عَلِمْنَا السَّلاَمَ عَلَيْكَ، فَكَيْفَ الصَّلاَةَ؟ قَالَ: قُوْلُوْا
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ، وَ عَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا صَلَّيْتَ
عَلَى اِبْرَاهِيْمَ، وَ آلِ اِبْرَاهِيْمَ، اِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ، وَ
بَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ، وَ عَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا بَارَكْتَ وَ صَلَّيْتَ
عَلَى اِبْرَاهِيْمَ، وَ آلِ اِبْرَاهِيْمَ، اِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.
Ka’ab
ibn `Ajrah ra berkata, “Ketika turun firman Allah swt, ‘Sesungguhnya Allah dan
para malaikat-Nya membacakan selawat untuk Nabi. Wahai orang-orang yang beriman
bacakanlah selawat untuk dia dan ucapkanlah salam penghormatan.’ (al-Ahzab:
56). Para sahabat berkata: ‘Wahai Nabi, kami sudah mengetahui bacaan salam
untuk Tuan, maka bagaimana kami membaca selawat untuk Tuan?’ Nabi saw
membimbing mereka: ‘Ucapkanlah: ‘Allahumma shalli ‘ala Muhammad… (ya
Allah, limpahkanlah kesejahteraan kepada Muhammad dan keluarga Muhammad
sebagaimana Engkau melimpahkan kesejahteraan kepada Ibrahim dan
keluarganya…).’” (H.R. Ismail bin Ishaq al-Qadhi)
Hadis
ini diriwayatkan oleh Ismail bin Ishaq al-Qadhi dalam Fahdl ash-Shalat.
Sanad (mata rantai perawi) hadis ini adalah: Husyaim dari Yazid bin Abi Ziyad
dari Abdurrahman bin Abi Laila dari Ka`ab bin `Ajrah RA.
Adapun bagi umat Islam yang berpegangan
bahwa dibolehkannya menggunakan selawat ghairu ma’tsur, mereka
menguatkan dasarnya pada hal-hal berikut.
a.
Hadis
Anas bin Malik RA.
عنَ
أَنَسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
مَرَّ بِأَعْرَابِيٍّ وَهُوَ يَدْعُوْ فِىْ صَلاَتِهِ وَهُوَ يَقُوْلُ: يَا مَنْ
لاَ تَرَاهُ الْعُيُوْنُ وَلاَ تُخَالِطُهُ الظُّنُوْنُ وَلاَ يَصِفُهُ
الْوَاصِفُوْنَ وَلاَ تُغَيِّرُهُ الْحَوَادِثُ وَلاَ يَخْشَى الدَّوَائِرِ
يَعْلَمُ مَثَاقِيْلَ الْجِبَالِ وَمَكَابيْلَ الْبِحَارِ وَعَدَدَ قَطْرِ
الْأَمْطَارِ وَعَدَدَ وَرَقِ الْأَشْجَارِ وَعَدَدَ مَا أَظْلَمَ عَلَيْهِ
اللَّيْلُ وَأَشْرَقَ عَلَيْهِ النَّهَارُ لاَ تُوَارِىْ مِنْهُ سَمَاءٌ سَمَاءً
وَلاَ أَرْضٌ أَرْضًا وَلاَ بَحْرٌ مَا فِىْ قَعْرِهِ وَلاَ جَبَلٌ مَا فِىْ
وَعْرِهِ اِجْعَلْ مَا فِىْ عُمْرِىْ آخِرَهُ وَخَيْرَ عَمَلِىْ خَوَاتِمَهُ
وَخَيْرَ أَيَّامِىْ يَوْمَ أَلْقَاكَ فِيْهِ, فَلَمَّا انْصَرَفَ دَعَاهُ
النَّبِيُّ وَوَهَبَ لَهُ ذَهَبًا وَقَالَ لَهُ وَهَبْتُ لَكَ الذَّهَبَ لِحُسْنِ
ثَنَائِكَ عَلَى اللهِ عَزَّ وَجَلَّ (رواه الطبرانى فى المعجم الأوسط – 9448
– بسند جيد)
“Anas
bin Malik berkata: “Suatu ketika Rasulullah saw bertemu dengan laki-laki
a’rabi (pedalaman) yang sedang berdoa dalam shalatnya dan berkata: “Wahai Tuhan
yang tidak terlihat oleh mata, tidak dipengaruhi oleh keraguan, tidak dapat
diterangjkan oleh para pembicara, tidak diubah oleh perjalanan waktu dan tidak
oleh malapetaka; Tukan yang mengetahui timbangan gunung, takaran lautan, jumlah
tetesan air luijan, jumlah daun-daun pepohonan, jumlah segala apa yang ada di
bawah gelaapnya malam dan terangnya siang, satu langit dan satu bumi tidak
menghalanginya ke langit dan bumi yang lain, lautan tidak dapat menyembunyikan
dasarnya, gunung tidak dapat menyembunyikan isinya, jadikanlah umur terbaikku
akhimya, amal terbaikku pamungkasnya dan hari terbaikku hari aku bertemu
dengan-Mu.”
Setelah laki-laki a’rabi itu selesai
berdoa, Nabi SAW memanggilnya dan memberinya hadiah berupa emas dan beliau
berkata kepada laki-laki itu: “Aku memberimu emas itu karena pujianmu yang
bagus kepada Allah ‘azza wa jalla”.
Hadis ini diriwayatkan oleh al-Thabarani
dalam al-Mu’jam al- Ausath (9447) dengan sanad yang jayyid.
b.
Hadis
Abdullah bin Mas’ud
وَعَنِ
أَبِنِ مَسْعُوْدٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قاَلَ: اِذَا صَلَّيْتُمْ عَلَى رَسُوْلَ
اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَاَحْسِنُوْا الصَّلاَةَ عَلَيْهِ
فَاِنَّكُمْ لاَتَدْرُوْنَ لَعَلَّ ذَلِكَ يُعْرَضُ عَلَيْهِ فَقَالُوْا
لَهُ : فَعَلِّمْنَا, قَالَ: اَللَّهُمَّ اجْعَلْ صَلَوَاتِكَ وَرَحْمَتَكَ وَبَرَكَاتكَ
عَلَى سَيِّدِ الْمُرْسَلِيْنَ وَاِمَامِ الْمُتَّقِيْنَ وَخَاتَمِ النَّبِيِّيْنَ
مُحَمَّدٍ عَبْدِكَ وَرَسُوْلِكَ اِمَامِ الْخَيْرِ وَقَائِدِ الْخَيْرِ
وَرَسُوْلِ الرَّحْمَةِ , الَّهُمَّ ابْعَثْهُ مَقَامًا مَحْمُوْدًا يَغْبِطُهُ
بِهِ اْلاَوَّلُوْنَ وَاْلاَخِرُوْنَ (رواه ابن ماجه)
“Abdullah bin Mas’ud berkata: “Apabila
kalian berselawat kepada Rasulullah SAW, maka buatlah redaksi selawat yang
bagus kepada beliau, siapa tahu barangkali selawat kalian itu diberitahukan
kepada beliau.” Mereka bertanya: “Ajari kami cara selawat yang bagus kepada
beliau.” Beliau menjawab: “Katakan, ya Allah jadikanlah segala selawat, rahmat
dan berkah-Mu kepada sayyid para rasul, pemimpin orangorang yang bertakwa,
pamungkas para nabi, yaitu Muhammad hamba dan rasul-Mu, pemimpin dan pengarah
kebaikan dan rasul yang membawa rahmat. Ya Allah anugerahilah beliau maqam
terpuji yang menjadi harapan orang-orang terdahulu dan orang-orang
terkemudian.”
Hadis sahih ini diriwayatkan oleh Ibn Majah
(906), Abdurrazzaq (3109), Abu Ya’la (5267), al-Thabarani dalam al-Mu’jam
al-Kabir (9/115) dan Ismail al-Qadhi dalam Fadhl al-Shalat (hal.
59). Hadis ini juga disebutkan oleh Ibn al-Qayyim dalam kitabnya Jala’
al-Afham (hal. 36 dan hal 72).
c.
Hadis
Ali bin Abi Thalib
عَنْ
سَلاَمَةَ الْكِنْدِيِّ قَالَ: كَانَ عَلِيٌّ رَضِِيَ اللهُ عَنْهُ
يُعَلّمُ النَّاسَ الصَّلاَةَ عَلَى النَّبِّيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ يَقُوْلُ : اَللَّهُمَّ دَاحِىَ الْمَدْحُوَّاتِ, وَبَارِئَ
الْمَسْمُوْكَاتِ, وَجَبَّارَ الْقُلُوْبِ عَلَى فِطْرَتِهَا شَقِيِّهَا
وَسَعِيْدِ هَا,اجْعَلْ شَرَائِفَ صَلَوَاتِكَ وَنَوَاميَ بَرَكَاتِكَ
وَرَأْفَةَ تَحَنُّنِكَ , عَلَى مُحَمَّدٍ عَبْدِ كَ وَرَسُوْلِكَ, الْفَاتِحِ
لِمَا أُغْلِقَ وَالْخَاتِمِ لِمَا سَبَقَ وَالْمُعْلِنِ الْحَقَّ
بِالْحَقِّ وَالدَّامِغِ لِجَيْشْاتِ اْلاَبَاطيِْ كَمَا
حُمِّلَ ,فَاضْطَلَعَ بِأَمْرِكَ بِطَاعَتِكَ ,مُسْتَوْفِزًا فِى
مَرْضَاتِكَ,بَغَيْرِ نَكْلٍ فِى قَدَمٍ وَلاَوَهْيٍ فِى عَزْمٍ ,وَاعِيًا
لِوَحْيِكَ ,حَافِظًا لِعَهْدِ كَ ,مَاضِيًّا عَلَى نَفَاذِ أَمْرِكَ ,حَتَّى
أَوْرَ ى قَبَسًا لِقَابِسٍ , آلا ءَ اللهِ تَصِلُ بِهِ أَسْبَابَهُ ,بِهِ
هُدِيَتِ اْلقُلُوْبُ بَعْدَ حَوْضاتِ الْفِتَنِ وَاْلاِثْمِ ,وَأَبْهَجَ مُوْ
ضِحَاتِ اْلاَعْلاَمِ وَنَائِرَاتِ اْلاَحْكاَمِ وَمُنِيْرَاتِ اْلاِسْلاَمِ, فَهُوَ
أَمِيْنُكَ الْمَأْمُوْنُ وَخَازِنُ عِلْمِكَ الْمَخْزُوْنِ وَشَهِيْدُكَ يَوْمَ
الدِّيْنِ وَبَعِيْثُكَ نِعْمَةً وَرَسُوْلُكَ بِالْحَقِّ رَحْمَةً.َ اَللَّهُمَّ
افْسَحْ لَهُ فِى عَدْنِكَ وَاجْزِهِ مُضَا عَفَاتِ الْخَيْرِ مِنْ فَضْلِكَ لَهُ
مُهَنّئَاتٍ غَيْرَ مُكَدَّرَاتٍ مِنْ فَوْزِ ثَوَابِكَ الْمَحْلُوْلِ وَجَزِيْلِ
عَطَائِكَ الْمَعْلُوْلِ . اَللَّهُمَّ أَعْلِ عَلَى بِنَاءِ النَّاسِّ
بِنَاءَهُ وَأَكْرِمْ مَثْوَاهُ لَدَيْكَ وَنُزُلَهُ وَأَتْمِمْ لَهُ
نُوْرَهُ وَاجْزِهِ مِنِ ابْتِعَاثِكَ لَهُ مَقْبُوْلَ الشَّهَادَةِ وَمَرْضِيَّ
اْلمَقَالَةِ ذَا مَنْطِقٍ عَدْلٍ وَخُطَّةٍ فَصْلٍ وَبُرْهَانٍ عَظِيْمٍ
“Salamah al Kindi berkata,” Ali bin Abi
Thalib r.a mengajarkan kami cara verselawat kepada Nabi SAW dengan
berkata:” Ya Allah, pencipta bumi yang menghampar, pencipta langit yang tingi,
dan penuntun hati yang celaka dan yang bahagia pada ketetapanya, jadikanlah selawat
–Mu yang mulia, berkah-Mu yang tidak terbatas dan kasih saying-Mu yang lebut
pada Muhammad hamba dan utusan-Mu, pembuka segala hal yang tertutup, pamungkas
yang terdahulu, penolong agama yang benar dengan kebenaran,dan penkluk bala
tentara kebatilan seperti yang dibebankan padanya, sehingga ia bangkit membawa
perintah-Mu dengan tunduk kepada-Mu, siap menjalankan ridha-Mu, tanpa gentar
dalam semangat dan tanpa kelemahan dalam kemauan, sang penjaga wahyu-Mu,
pemelihara janji-Mu, dan pelaksana perintah-Mu sehingga ia nyalakan cahaya
kebenaran pada yang mencarinya, jalan – jalan nikmat Allah terus mengalir pada
ahlinya dengan Muhammad hati yang tersesat memperoleh petunjuk setelah menyelami
kekufuran dan kemaksiatan, ia (Muhammad) telah memperindah rambu – rambu
yang terang, hukum – hukum yang bercahaya, dan cahaya – cahaya Islam yang
menerangi, dialah (Muhammad) orang yang jujur yang dipercayai oleh-Mu dan
penyimpan ilmu-Mu yang tersembunyi, saksi-Mu di hari kiamat, utusan-Mu yang
membawa nikmat, rasul-Mu yang membawa rahmat dengan kebenaran. Ya Allah,
luaskanlah surga-Mu baginya, balaslah dengan kebaikan yang berlipat ganda dari
anugerah-Mu baginya, yaitu kelipatan yang mudah dan bersih, dari pahala-Mu yang
dpat diraih dan anugerah-Mu yang agung dan tidak pernah terputus . Ya Allah,
berilah ia derajat tertinggi diantara manusia, muliakanlah tempat tinggal dan
jamuannya di surga-Mu, sempurnakanlah cahayanya, balaslah jasanya sebagai
utusan-Mu dengan kesaksian yang diterima, ucapan yang diridhai, pemilik ucapan
yang lurus, jalan pemisah antara yang benar dan yang batil dan hujah yang kuat.
Hadis ini diriwayatkan oleh Sa’id bin
Manshur, Ibn Jarir (224- 310 H/839-923 M) dalam Tahdzib al-Atsar, Ibn
Abi Ashim, Ya’qub bin Syaibah dalam Akhbar ‘Ali, Ibn Abi Syaibah dalam al-Mushannaf
(29520), al-Thabarani dalam al-Mu’jam al-Ausath (9089) dan lain-lain.
Hadis ini juga dikutip oleh ahli hadis sesudah mereka seperti al-Hafizh al-
Qadhi Iyadh dalam al-Syifa, al-Hafizh al-Sakhawi dalam al-Qaul al-
Badi’, Ibn Hajar al-Haitami dalam al-Durr al-Mandhud, al-Hafizh al-
Ghummari dalam Itqan alShan’ah dan lain-lain. Menurut al-Hafizh Ibn
Katsir, redaksi selawat ini populer dari Ali bin Abi Thalib.
d.
Hadis
Abdullah bin Abbas
Lebih dari itu, ada beberapa sahabat
yang membuat selawat tersendiri untuk Rasulullah saw. Diantaranya adalah sahabat
Abdullah bin Abbas seperti yang disebutkan pada hadis berikut ini:
وَعَنِ
ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ اَنَّهُ كَانَ اِذَا صَلَّى عَلَى النَّبِيِّ
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قاَلَ : اَللَّهُمَّ تَقَبَّلْ شَفَاعَةَ
مُحَمَّدٍ الْكُبْرَى وَارْفَعْ دَرَجَتَهُ الْعُلْيَا وَأَعْطِهِ سُؤَلَهُ
فِى اْلاَخِرَةِ وَاْلاُوْلَى كَمَا اَتَيْتَ اِبْرَاهَيْمَ وَمُوْسَى
“Ibn Abas r.a apabila membaca selawat
kepada Nabi SAW beliau berkata,” Ya Allah kabulkanlah syafaat Muhammad yang
agung, tinggikanlah derajatnya yang luhur, dan berilah permohonanya di dunia
dan akhirat sebagaimana Engkau kabulkan permohonan Ibrahim dan Musa”
Hadis ini diriwayatkan oleh Abd bin Humaid
dalam al-Musnad, Abdurrazzaq dalam al-Mushannaf (3104) dan Ismail
al-Qadhi dalam Fahdl al-Shalat ‘Ala al-Nabiy (hal 52). Hadis ini juga
disebutkan oleh Ibn al-Qayyim dalam Jala’ al-Afham (hal 76). Al-Hafizh
al- Sakhawi mengatakan dalam al-Qaul al-Badi’ (hal. 46), sanad hadis ini
jayyid, kuat dan sahih.
Demikian pembaca Pustama, makna di balik selawat kepada Rasulullah saw. dan hal-hal yang mendasari umat Islam dalam ikhtilafnya tentang selawat ghairu ma'tsur. Oleh karena itu, hal yang perlu dikedepankan adalah sikap tasamuh dalam perbedaan furu' ini. Begitu juga, sudah selayaknya umat Islam juga memperhatikan adab-adab saat berselawat sebagai bentuk ta'dzim kita kepada Rasulullah saw..
__
Disarikan dari berbagai sumber
إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِىِّ يَاأَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا
Jadi ayat di atas menegaskan bahwa selawat itu adalah perintah dari Allah, lantas apakah itu berarti Nabi Muhammad belum selamat, sebagaimana persangkaan orang yang 'belum tahu' dan dugaan 'orang hasud'?
Sebagian umat Islam mencukupkan diri dengan selawat yang diajarkan oleh Rasulullah saw. saja atau biasa disebut dengan selawat ma’tsur. Sebagian lagi mereka tidak hanya menggunakan selawat ma’tsur, tetapi juga selawat gairu ma’tsur. Perbedaan ini tidak terjadi kecuali karena perbedaan cara menyikapi selawat itu sendiri.
Jika kesulitan untuk mendownload, silahkan baca petunjuk disini: Cara Mendownload