Mengenal Jumlah Hitungan Ayat dalam Al-Qur’an
5/13/2015
Ada pandangan umum yang berkembang di masyarakat yang
menyebutkan bahwa jumlah keseluruhan ayat Al-Qur’an adalah 6.666 ayat. Dalam
perbincangan di beberapa mailing list di internat, muncul pro
dan kontra terkait angka ini. Beberapa kalangan mencoba bersikap objektif
dengan merujuk riwayat dan beberapa kitab ulumul-Qur’an yang
membahas ‘addul ayi (hitungan ayat), namun beberapa yang lain
bersikap emosional dan bahkan menuduh bahwa jumlah hitungan di atas dihasilkan
oleh “ulama palsu”. Bahkan yang tidak mau “ambil pusing” mengambil jalan pintas
dan ‘prematur’, bahwa yang paling benar adalah 6.236 ayat sesuai dengan jumlah
ayat yang dicetak oleh Saudi Arabia (Mushaf Madinah). Akibatnya, diskusi
tentang jumlah ayat dalam 30 juz Al-Qur’an menjadi ajang debat kusir yang tidak
jelas arahnya.
Bagaimana sebenarnya duduk persoalan penghitungan ayat
Al-Qur’an dalam prespektif ulumul-Qur’an? Manakah yang betul?
Untuk menjawab pertanyaan ini, kiranya dapat dimulai dari
komentar salah seorang pakar ulumul-Qur’an awal, as-Suyuti (w.
911 H/1505 M) dalam karya monumentalnya al-Itqan fi Ulumil-Qur’an mengutip
pendapat Abu Amr ad-Dani (w. 444 H/1052 M), para sarjana Al-Qur’an menyepakati
(ajma’u) bahwa jumlah ayat Al-Qur’an adalah 6000 ayat, para ulama
berbeda pendapat terkait lebihannya.[1] Pendapat
ini juga dikuatkan oleh Ibnu Katsir.[2] Mengapa
demikian? Menurut az-Zarkasyi (w. 794 H/1391 M) karena Nabi Muhammad SAW
terkadang berhenti pada akhir ayat karena waqaf, namun keesokan harinya Nabi
tidak lagi berhenti (waqaf) pada tempat semula, bahkan menyempurnakan
bacaannya, sehingga para sahabat yang mendengarnya menyangka berhentinya Nabi
tersebut karena faktor akhir ayat (fasilah).[3]
سبب اختلاف السبب في عدد الآي أن
النبي صلى الله عليه وسلم كان يقف على رؤوس الآي للتوقيف فغذا علم محلها وصل للتمام
فيحسب السامع حينئذ أنها ليست فاصلة
Dalam studi ulumul-Qur’an yang membahas
disiplin ini lebih lanjut didapati beberapa riwayat yang menginformasikan
tentang pembahasan terkait. Kajian yang secara khusus membahas hal ini
setidaknya dapat dibaca dalam kitab al-Bayan fi ‘Addi Ayil Qur’an karya
Abu Amr ad-Dani (w. 444 H/1052 M), Nadzimatuz-Zahr karya
as-Syatibi (w. 590 H/1194 M), al-Faraidul Hisan fi ‘Addi Ayil-Qur’an karya
Abdul Fatah Abdul-Gani al-Qadhi (w. 1403 H/1982 M), dan al-Muharrar
al-Wajiz fi ‘Addi Ayil Kitabil-Aziz karya Abdur-Razaq Ali Ibrahim Musa
yang terinspirasi dari karya gurunya Muhammad al-Mutawalli (w. 1313 H/1895 M).
Abdur-Razaq Ali Ibrahim Musa dalam al-Muharrar
al-Wajiz fi ‘Addi Ayil Kitabil-Aziz (h. 47) menginformasikan bahwa
para ulama berbeda pendapat tentang jumlah ayat Al-Qur’an. Menurut pendapat
terkuat kriteria dan jumlah pengelompokan ini terkait erat dengan enam copy
naskah Usmaniyah yang didistribusikan ke beberapa garnisun wilayah Islam waktu
itu (al-Amshar). Oleh karena itu, hitungan Madinah ada dua (Madani Awal
dan Akhir), Mekah, Syam, Kufah, dan Basrah, demikian menurut ad-Dani. Sementara
al-Ja’biri menambahkan satu lokasi lagi, yakni hitungan dari daerah Hims. Dari
kronologi ini kemudian para ulama setelahnya menggenapkannya menjadi 7 riwayat
yang memberikan keterangan tentang jumlah ayat dalam Al-Qur’an.[4]
1.
Al-Madani
(Madinah), hitungan jumlah ayat dalam kelompok ini dibagi lagi menjadi dua,
yaitu Madani Awal danMadani Akhir.
a.
Madani
Awal disandarkan pada riwayat Abu
Amr ad-Dani dengan jalur dari Imam Nafi dari riwayat Abu Ja’far bin Yazid
al-Qa’qa’dari Imam Syaibah bin Naskah, seorang anak laki-laki dari mantan
budaknya Ummu Salamah (istri Rasulullah), jumlahnya adalah 6217 ayat;
b.
Madani
Akhir disandarkan pada riwayat Abu
Amr ad-Dani dengan jalur dari Imam Nafi dari riwayat Ismail bin Ja’far dari
Sulaiman bin Jammaz dari Abu Ja’far dan Syaibah bin Nashah secara marfu dari
keduanya, jumlah ayatnya adalah 6214 ayat;
2.
Al-Makki
(Mekah) disandarkan pada riwayat Abu Amr ad-Dani dengan jalur Abdullah bin
Katsir al-Makki dari Mujahid bin Jubair dari Ibnu Abbas dari Ubay bin Ka’ab, 6219 dan 6210 ayat.
Jumlah 6210 adalah pendapat Ubay bin Ka’ab sendiri, mayoritas orang-orang Mekah
memakai hitungan 6219, demikian komentar ad-Dani.
3.
As-Syami
(Syria) disandarkan dari riwayat Abu Amr ad-Dani dengan jalur Yahya bin Harits
ad-Dimari dari al-Akhfasy dari Ibnu Dzakwan dan al-Halwani dari Hisyam, Ibnu
Dzakwan dan Hisyam dari Abu Ayyub bin Tamim al-Qari dari Abdullah bin Amir
al-Yahshibi dari Abu Darda, jumlah ayatnya adalah 6226 ayat;
4.
Al-Kufi
(Kufah, Irak) disandarkan dari riwayat Abu Amr ad-Dani dengan jalur
Hamzah bin Hubaib bin Ziyat dari Ibnu Abu Laila dari Abu Abdirrahman bin Habib
as-Sulami dari Ali bin Abi Talib, jumlah ayatnya adalah 6236ayat;
5.
Al-Bashri
(Basrah, Irak) disandarkan dari riwayat Abu Amr ad-Dani dengan jalur ‘Ashim
al-Jahdari dan Atha bin Yasar, jumlah ayatnya adalah 6204 ayat;
6.
Al-Himsyi,
menurut al-Mutawalli disandarkan dari riwayat Syuraikh bin Yazid al-Himsyi
al-Hadrami. Sementara menurut Abdul Ali Mas’ul hitungan ini disandarakan kepada
Khalid al-Ma’dan seorang tabi’in senior dari Syam. Meskipun terjadi perbedaan
sumber, keduanya sepakat jumlah ayatnya adalah 6232 ayat.
Tabel Jumlah Ayat dan Rawinya
No
|
Jumlah Ayat
|
Kategorisasi
|
Rawi
|
1
|
6217
|
Madani
Awal
|
Nafi
dari riwayat Abu Ja’far bin Yazid al-Qa’qa’
|
6214
|
Madani
Akhir
|
Nafi
dari riwayat Ismail bin Ja’far
|
|
2
|
6219
|
Makki
|
Abdullah
bin Katsir al-Makki dari Mujahid bin Jubair
|
3
|
6225
|
Syami
|
Abu
Ayyub bin Tamim al-Qari dari Abdullah bin Amir al-Yahshibi
|
4
|
6236
|
Kufi
|
Hamzah
bin Hubaib bin Ziyat dari Ibnu Abu Laila dari Abu Abdirrahman bin Habib
as-Sulami
|
5
|
6205
|
Bashri
|
‘Ashim
al-Jahdari dan Atha bin Yasar
|
6
|
6232
|
Himsy
|
Khalid
al-Ma’dan
|
Dari beberapa riwayat di atas, yang sampai saat ini riil
banyak dipakai dalam penerbitan Al-Qur’an ada dua. Mazhab al-Kuffiyun yang
diriwayatkan Hamzah bin Hubaib bin Ziyat dari Ibnu Abu Laila dari Abu
Abdirrahman bin Habib as-Sulami dari Ali bin Abi Talib dengan jumlah ayat 6236 ayat
dan Madani Awal disandarkan pada riwayat Imam Nafi dari riwayat Abu Ja’far bin
Yazid al-Qa’qa’, 6217 ayat. Bertolak dari keadaan sekarang
yang hanya menyisakan dua mazhab dari tujuh riwayat, menurut ad-Dani pada
masanya (setidaknya dalam kisaran abad ke-5 hijriah) kelima mazhab hitungan
ayat di atas saat itu semuanya berlaku di kawasan bersangkutan.[1]
Dua mazhab ‘addul-ayi yang masih berkembang
dapat dilihat sebagai berikut. Mazhab pertama dipakai oleh
mayoritas negara-negara muslim termasuk Mushaf Madinah terbitan Mujamma’ Malik
Fahd dan Mushaf Standar terbitan Indonesia. Mazhab kedua,
setidaknya telah dipakai oleh Mushaf al-Jamahiriyah dengan riwayat Qalun ‘an
Nafi yang diterbitkan oleh Libya. Selebihnya untuk masa sekarang tampaknya
sudah tidak ada yang menerapkannya lagi, dan hanya terdokumentasi dalam
literatur-literatur klasik ulumul-Qur’an, khususnya yang membahas addul-ayi.
Bagaimana dengan jumlah 6.666 ayat?
Menurut sebuah sumber, angka ini berasal dari keterangan
Syekh Nawawi al-Bantani (w. 1316 H/1897 M) dalam kitabnya Nihayatuz-Zain
fi Irsyadil-Mubtadiin.[2] Menurut al-Bantani, bilangan ayat Al-Qur’an itu 6666
ayat, yaitu 1000 ayat di dalamnya tentang perintah, 1000 ayat tentang larangan,
1000 ayat tentang janji, 1000 tentang ancaman, 1000 ayat tentang kisah-kisah
dan kabar-kabar, 1000 ayat tentang ‘ibrah dan tamsil, 500 ayat tentang halal
dan haram, 100 tentang nasikh dan mansukh, dan 66
ayat tentang du’a, istighfar dan dzikir.[3]
Sumber lain dengan jumlah yang sama tetapi dengan penjelasan
berbeda adalah pandangan az-Zuhaily dalam at-Tafsir al-Munir
fil-‘Aqidah wasy-Syari’ah wal-Manhaj,(2003, jilid 1/45), “membenarkan”
jumlah ayat Al-Qur’an dalam(tariqah) hitungan al-Kufiyyun adalah
6236 ayat, namun demikian ia juga menyebutkan menurut (tariqah) hitungan
yang lain berjumlah 6.666 ayat. Perhitungan ini sepertinya didasarkan pada
kalkulasi pertimbangan isi keseluruhan ayat dalam Al-Qur’an. Dalam pandangan
ini, ayat-ayat Al-Qur’an dapat diklasifikasi dan dijumlahkan sebagai berikut; al-amr (perintah)
1000 ayat, an-nahy (larangan) 1000 ayat, al-wa’d (janji)
1000 ayat, al-wa’id (ancaman) 1000 ayat, al-qasas
wal-akhbar (kisah-kisah dan informasi) 1000 ayat, al-ibr
wal-amtsal (pelajaran dan perumpamaan) 1000 ayat, al-haram wal
halal (halal dan haram) 500 ayat, ad-du’a (doa) 100
ayat, dan an-nasikh wal-mansukh 66 ayat.[4]
Dari beberapa informasi dan telaahan di atas, dapat
disimpulkan sementara terkait jumlah bilangan ayat dalam Al-Qur’an. Pertama,
jumlah 6.666 adalah jumlah hitungan ayat Al-Qur’an berdasarkan kandungan isi
ayat dari sebagian ulama, bukan hitungan dalam pengertian menghitung satu per
satu ayat dalam perspektif ilmu addul-ayi.Kedua, jumlah
6.236 bukanlah jumlah satu-satunya ayat Al-Qur’an yang “paling benar”, namun
hal itu adalah pilihan riwayat.
Sebab jumlah hitungan ini sangat terkait erat dengan
periwayatan dan qira’ah. Seperti yang terjadi di Mushaf al-Jamahiriyah Libya
yang lebih memilih menggunakan qira’ah Qalun dari Imam Nafi dengan hitungan
ayat Madani awal (6217 ayat).
Dengan demikian, terkait kepastian jumlah ayat-ayat dalam
Al-Qur’an tidak ada yang “paling benar” dan “paling salah”. Selama hal itu
argumentatif dan didasarkan pada periwayatan dan pilihan yang bertanggung
jawab, semua dapat dimungkinkan, meskipun tidak dapat disangkal sebuah pendapat
barangkali “lemah” (marjuh) secara metodologis. Diskusi
terkait khilafiyah jumlah ayat tidak selamanya harus
bersepakat dalam kesamaan ataupun saling mencaci dalam ketidaktahuan! Wallahu
a’lam.
Footnote
[2] Ibnu Katsir, Tafsir
al-Qur’an al-Azim, Bairut: Darul-Fikr, 1997, cet. Ke-1, h. 14.
[3] Az-Zarkasyi, al-Burhan
fi Ulumil-Qur’an, al-Qahirah: Darul-Hadis, 2006, h. 176. Fasilah adalah
akhir ayat, sama halnya qafiyah dalam sajak.
[4] Abdur-Razaq Ali
Ibrahim Musa, al-Muharrar al-Wajiz fi ‘Addi Ayil Kitabil-Aziz, Riyad:
Maktabah al-Ma’arif, 1988, h. 47-48.
[5] Ad-Dani tahqiq Ganim al-Hamd, al-Bayan
fi ‘Addi Ayil-Qur’an, Kuwait: Markaz al-Maktutat al-Wtsaa’iq , 1994, h. 80
[6] http://kampoengsantri.wordpress.com/2012/08/10/berapakah-jumlah-ayat-dalam-al-quran-3/ diunduh
tanggal 14 januari 2013.
[7] Abu Abdul Mu’ti Muhammad bin Umar bin Ali
Nawawi al-Jawi, Nihayatuz-Zain fi Irsyadil Mutbadi’in, Jakarta:
al-Haramain, 2005, cet. ke-1, h. 34.
[8] Az-Zuhaili, at-Tafsir al-Munir
fil-‘Aqidah was-Syari’ah wal-Manhaj. Bairut: Darul-Fikr, 2003, jilid
1, h. 45.
Oleh: Zaenal Arifin M
Sumber: lajnah.kemenag.go.id, edisi 11 September 2013, diakses 13 Mei
2015 pukul 13.00 WIB
Jika kesulitan untuk mendownload, silahkan baca petunjuk disini: Cara Mendownload