Biografi Imam Thabari
5/15/2015
Ath-Thabari (bahasa
Arab: الطبري, AD 838 - AD 923 / 310 H) adalah seorang
sejarawan dan pemikir muslim dari Persia, lahir di daerah Amol, Tabaristan
(sebelah selatan Laut Kaspia). Nama lengkapnya adalah Abu Ja'far Muhammad bin
Jarir bin Yazid bin Katsir bin Ghalib al-Amali ath-Thabari, lebih dikenal
sebagai Ibnu Jarir atau ath-Thabari. Semasa hidupnya, ia belajar di kota Ray,
Baghdad, kemudian Syam dan juga di Mesir.
Di
antara karyanya yang terkenal adalah Tarikh ar-Rusul wa al-Muluk (Sejarah Para
Nabi dan Raja) atau lebih dikenal sebagai Tarikh ath-Thabari. Kitab ini berisi
sejarah dunia hingga tahun 915, dan terkenal karena keakuratannya dalam
menuliskan sejarah Arab dan Muslim. Karya lainnya yang juga terkenal berupa
tafsir Quran bernama Tafsir al-Tabari, yang sering digunakan sebagai sumber
oleh pemikir muslim lainnya, seperti Al-Baghawi, as-Suyuthi dan juga Ibnu
Katsir.
Masa Remaja
Tanda-tanda kesuksesan
terlihat jelas pada diri Muhammad bin jarir ath-Thabari sejak masih remaja.
Beliau telah berhasil menghafal Al-Quran pada umur 7 tahun dan mulai menjadi
imam shalat pada umur 8 tahun. Dan pada usia 9 tahun beliau sudah menulis kitab
hadis. Kesuksesan ath-Thabari adalah berkat dorongan ayahnya yang selalu
menuntutnya untuk terus belajar. Ayahnya selalu memberikan semangat kepada
ath-Thabari untuk tetap rajin belajar dan menuntut ilmu. Beliau menghabiskan
beberapa tahun dari umurnya menimba ilmu di kota Amol, kota kelahirannya, lewat
para ulama dan guru setempat. Ketika beranjak remaja, keinginan belajarnya
meningkat dan sering keluar kota untuk memperdalam menimba ilmu, sering
berpindah-pindah tempat, dan tinggal di antara kota-kota thibristan.
Tidak hanya itu, ia juga
merambah daerah-daerah tetangga sekitar kotanya, daerah yang banyak terdapat
berkumpulnya para ulama. Ia menimba ilmu dari mereka, seperti ilmu tafsir,
hadis dan sejarah. Setelah selesai menimba ilmu dari mereka. Ath-Thabari merasa
belum cukup dan memutuskan untuk pergi menuju kota baghdad. Sebelumnya, beliau
pernah mendengar nama besar seorang ulama terkenal di Baghdad, Ahmad bin
Hanbal. Karena itu, ia sangat ingin bertemu dengannya dan menimba ilmu
sebanyak-banyaknya dari ulama terkenal tersebut. Akhirnya beliau berangkat ke
kota Baghdad pada tahun 241 H/855 M. Namun cita-citanya itu kandas ketika
beliau baru sampai di pinggiran kota Baghdad setelah mendengar berita kematian
sang ulama besar yang dikaguminya itu, Ahmad Bin Hambal. Keinginannya untuk
meneruskan perjalanan ke kota Baghdad pun menurun, hilang harapannya. Namun
kecintaan terhadap ilmu dan pelajaran tetap terjaga kuat dan terus berusaha
mencari sumber pengetahuan lainnya. Ath-Thabari tidak langsung ingin segera
kembali ke kota asalnya, tetapi ia malah berbelok arah menuju kota Basrah, di
mana di kota itu berkumpul sejumlah ulama besar.
Kemudian, ia pergi lagi
ke kota Wasith dan menghabiskan beberapa waktu di kota tersebut. Barulah
setelah itu, ath-Thabari pindah lagi ke kota kufah. Di kota terakhir inilah ia
belajar ilmu hadis dan qira’at pada ulama dan ahlinya langsung. Selanjutnya, ia
pergi juga ke kota Baghdad untuk melengkapi pelajarannya lewat ulama yang lebih
ahli.
Karya-karya ath-Thabari
Di antara karya besar
ath-Thabari dalam bidang tafsir adalah Jaami’ul Bayaan fii Ta’wiilil Qur’an.
Ath-Thabari menulis kitab ini di akhir abad ketiga Hijriyyah. Dalam pendahuluan
kitab ini, Beliau memulainya dengan menjelaskan sebuah hadis Nabi Saw yang
berbunyi ” unzilal Qur’an ’alaa sab ’atil ahruf” dan diakhiri dengan diskusi
atas pendapat yang berbeda- beda. Dalam sejarahnya, Beberapa ahli Qira’at pada
zaman nabi SAW pernah mendatangi Beliau seraya meminta penjelasan tentang hadis
tersebut, Rasul bersabda bagi mereka, “Al-Quran ini telah diturunkan dengan
tujuh huruf (dialek), maka bacalah apa yang menurut kalian mudah”.
Dalam bidang
sejarah beliau mengarang Kitab Taariikhul Umam Wal Muluuk. Kitab ini selesai
ditulis pada tahun 303H/915 M. Kitab ini memiliki dua tahapan. Pertama, dimulai
sejak awal penciptaan sampai sesaat sebelum datangnya Islam. Kedua, sejak munculnya
Islam hingga tahun 302 H/914 M. Pada fase pertama, ath-Thabari berbicara
tentang awal mula penciptaan dan beberapa lama waktu terjadinya. Ia menyebutkan
pula berita tentang iblis dan kedudukannya sebelum diciptakannya adam, lalu
aksi pembangkangan serta kesombongan untuk sujud kepada Adam dan diakhiri
dengan pengusiran iblis dari rahmat Allah. Dalam bidang fiqih, karyanya
berjudul ikhtilaaful Fuqahaa’ atau ikhtilaaful ’Ulama’al-Amshaarfii Ahkamami
Syaraa’i’il Islam. Dalam kitab ini beliau berbicara tentang sejumlah hukum fiqh
yang berkaitan dengan jual beli, pilihan jual beli, keuntungan yang boleh, jual
beli kontan, pegadaian, dan jaminan dalam jual beli barang yang tidak ada
ditempat.
Selain
yang disebut di atas beliau juga menulis dalam bidang fiqih, sejarah dan
akhlak, antaranya:
1.
Kitab Dzailul Mudziil, adalah kitab yang berjumlah
sekitar 1000 halaman. Kitab ini membahas sejarah para sahabat, tabi’in,
tabi’tabi’in, hingga masa ath-Thabari.
2.
Kitab Lathiful Qaul fii Ahkami Syara’il Islam, terdiri atas
2500 halaman. Kitab ini dikarang setelah kitab ikhtilaaful Fuqahaa’. dalam
kitab ini dipaparkan aliran fiqhnya dan berbicara tentang sejumlah masalah
fiqh.
3.
Kitab al-Khafiif fii Ahkaami Syara’i’il Islam adalah
ringkasan buku sebelumnyan, Lathiiful Qaul yang terdiri dari 400 halaman.
4.
Kitab Adaabul Qudhaat. Disini dipaparkan tentang jaksa dan
pekerjaan apa saja yang pantas dilakukan oleh mereka, jumlah sekitar 1000
halaman.
5.
Kitab Basiithul qaul fii Ahkaamil Syaraa’i’il Islam. Buku
ini berbicara tentang silsilah fiqh di kota Madinah, Mekkah, Kufah, Bashrah,
Syam dan Khurasan
Referensi
Muhammad bin Jarir ath-Thabari, Taarikhul
Umam wal Muluuk.
Hasan Ibrahim Hasan, Tariikul Islam
As-Siyaasi wad Diini wats Tsaqaafi wal Ijtimaa’i
Sumber: umdah.co, edisi 5 Mei 2015, diakses 15 Mei 2015
Ket. gbr di atas adalah ilustrasi Imam Thabari di depan perpustakaan Nasional Tajikistan
Jika kesulitan untuk mendownload, silahkan baca petunjuk disini: Cara Mendownload