Biografi Imam Ghazali
5/15/2015
Profil
Singkat Imam Ghazali
Nama
lengkap
|
:
|
Muhammad
bin Muhammad bin Muhammad bin Ahmad Ath Thusi asy-Syafi'i, Abu Hamid
Al-Ghozali
|
Tempat,
tahun lahir
|
:
|
Thus
– Iran, 1058 M / 450 H
|
Tempat,
tahun meninggal
|
:
|
Thus
– Khurasan (Iran), 1111 M/ 505 H
|
Hidup
Era
|
:
|
Zaman
keemasan Islam
|
Tradisi
|
:
|
Sunni,
Syafi’iyah, Asy’ariyah
|
Minat
utama
|
:
|
Teologi,
Filsafat Islam, Fiqih, Sufisme, Mistisisme, Psikologi, Logika, Kosmologi
|
Gelar
|
:
|
Hujjatul Islam
|
Latar
Belakang Imam Al-Ghazali
Beliau
dilahirkan dari keluarga yang sangat sederhana, ayahnya adalah seorang
pengrajin wol sekaligus sebagai pedagang hasil tenunannya/kain shuf (yang
dibuat dari kulit domba) dan menjualnya di kota Thusi.
Imam
al-ghozali taat beragama, mempunyai semangat keagamaan yang tinggi, seperti
terlihat pada simpatiknya kepada 'ulama dan mengharapkan anaknya menjadi 'ulama
yang selalu memberi nasehat kepada umat.
Itulah
sebabnya, ayahnya sebelum wafat menitipkan anaknya (imam al-Ghazali) dan
saudarnya (Ahmad), ketika itu masih kecil dititipkan pada teman
ayahnya,temannya dari kalangan orang yang baik. seorang ahli tasawuf untuk
mendapatkan bimbingan dan didikan. Dia berpesan, "Sungguh saya menyesal
tidak belajar khat (tulis menulis Arab) dan saya ingin memperbaiki apa yang
telah saya alami pada kedua anak saya ini. Maka saya mohon engkau mengajarinya,
dan harta yang saya tinggalkan boleh dihabiskan untuk keduanya."
Setelah
meninggal, maka temannya tersebut mengajari keduanya ilmu, hingga habislah
harta peninggalan yang sedikit tersebut. Kemudian dia meminta maaf tidak dapat
melanjutkan wasiat orang tuanya dengan harta benda yang dimilikinya. Dia
berkata, "Ketahuilah oleh kalian berdua, saya telah membelanjakan untuk
kalian dari harta kalian. Saya seorang fakir dan miskin yang tidak memiliki
harta. Saya menganjurkan kalian berdua untuk masuk ke madrasah seolah-olah
sebagai penuntut ilmu. Sehingga memperoleh makanan yang dapat membantu kalian berdua."
Lalu
keduanya melaksanakan anjuran tersebut. Inilah yang menjadi sebab kebahagiaan
dan ketinggian mereka. Demikianlah diceritakan oleh Al Ghazali, hingga beliau
berkata, "Kami menuntut ilmu bukan karena Allah ta'ala , akan tetapi ilmu
enggan kecuali hanya karena Allah ta'ala." (Dinukil dari Thabaqat
Asy-Syafi'iyah 6/193-194).
Beliau
pun bercerita, bahwa ayahnya seorang fakir yang shalih. Tidak memakan kecuali
hasil pekerjaannya dari kerajinan membuat pakaian kulit. Beliau berkeliling
mengujungi ahli fikih dan bermajelis dengan mereka, serta memberikan nafkah
semampunya. Apabila mendengar perkataan mereka (ahli fikih), beliau menangis
dan berdoa memohon diberi anak yang faqih. Apabila hadir di majelis ceramah
nasihat, beliau menangis dan memohon kepada Allah ta'ala untuk diberikan anak
yang ahli dalam ceramah nasihat.
Kiranya
Allah mengabulkan kedua doa beliau tersebut. Imam Al Ghazali menjadi seorang
yang faqih dan saudaranya (Ahmad) menjadi seorang yang ahli dalam memberi
ceramah nasihat. (Dinukil dari Thabaqat Asy Syafi'iyah 6/194).
Meskipun Imam
Al-ghazali dibesarkan dalam keadaan keluarga yang sederhana tidak
menjadikan beliau merasa rendah atau malas, justru beliau semangat dalam
mempelajari berbagai ilmu pengetahuan, dikemudian beliau menjelma menjadi
seorang 'ulama besar dan seorang sufi. Dan diperkirakan imam Ghozali hidup
dalam kesederhanaan sebagai seorang sufi sampai usia 15 tahun (450-456)
Imam
Al-Ghozali adalah
seorang ulama, ahli pikir, ahli filsafat Islam yang terkemuka yang banyak
memberi sumbangan bagi perkembangan kemajuan manusia. Ia pernah memegang
jawatan sebagai Naib Kanselor di Madrasah Nizhamiyah, pusat pengajian tinggi di
Baghdad.
Imam Al-Ghazalimeninggal dunia pada 14 Jumadil Akhir tahun 505 Hijriah bersamaan dengan tahun 1111 Masehi di Thus. Jenazahnya dikebumikan di tempat kelahirannya.
Imam Al-Ghazalimeninggal dunia pada 14 Jumadil Akhir tahun 505 Hijriah bersamaan dengan tahun 1111 Masehi di Thus. Jenazahnya dikebumikan di tempat kelahirannya.
Sifat
Kepribadian Imam Al-Ghazali
Imam
al-Ghazali mempunyai daya ingat yang kuat dan bijak berhujjah. Ia digelar
Hujjatul (argumentator islam) Islam karena kemampuannya tersebut. Ia sangat
dihormati di dua dunia Islam yaitu Saljuk dan Abbasiyah yang merupakan pusat
kebesaran Islam.
Ia
berjaya menguasai pelbagai bidang ilmu pengetahuan. Imam al-Ghazali sangat
mencintai ilmu pengetahuan. Ia juga sanggup meninggalkan segala kemewahan hidup
untuk bermusafir dan mengembara serta meninggalkan kesenangan hidup demi
mencari ilmu pengetahuan. Sebelum beliau memulai pengembaraan, beliau telah
mempelajari karya ahli sufi ternama seperti al-Junaid Sabili dan Bayazid
Busthami. Imam al- Ghazali telah mengembara selama 10 tahun. Beliau telah
mengunjungi tempat-tempat suci di daerah Islam yang luas seperti Mekkah,
Madinah, Jerusalem, dan Mesir. Ia terkenal sebagai ahli filsafat Islam yang
telah mengharumkan nama ulama di Eropa melalui hasil karyanya yang sangat
bermutu tinggi.
Sejak
kecil lagi beliau telah dididik dengan akhlak yang mulia. Hal ini menyebabkan
beliau benci kepada sifat riya, megah, sombong, takabur, dan sifat-sifat
tercela yang lain. Ia sangat kuat beribadat, wara', zuhud, dan tidak gemar
kepada kemewahan, kepalsuan, kemegahan dan mencari sesuatu untuk mendapat ridha
Allah SWT.
Perjalanan
Pendidikan Imam Al-Ghazali
Perjalanan imam
Al-Ghazali dalam memulai pendidikannya di wilayah kelahirannya,
Pada tingkat dasar, beliau mendapat pendidikan secara gratis dari beberapa orang guru karena kemiskinan keluarganya. Pendidikan yang diperoleh pada peringkat ini membolehkan beliau menguasai Bahasa Arab dan Parsi dengan fasih.
Pada tingkat dasar, beliau mendapat pendidikan secara gratis dari beberapa orang guru karena kemiskinan keluarganya. Pendidikan yang diperoleh pada peringkat ini membolehkan beliau menguasai Bahasa Arab dan Parsi dengan fasih.
Kepada
ayahnya beliau belajar Al-qur'an dan dasar-dasar ilmu keagamaan yang lain,Oleh
sebab minatnya yang mendalam terhadap ilmu, beliau mula mempelajari ilmu
ushuluddin, ilmu mantiq, usul fiqih, dan filsafat. dan mempelajari segala
pendapat keeempat mazhab hingga mahir dalam bidang yang dibahas oleh
mazhab-mazhab tersebut.
Imam
Al Ghazali memulai belajar di kala masih kecil antara tahun 465-470 H, mempelajari
fiqih dari Syaikh Ahmad bin Muhammad Ar Radzakani di kota Thusi. Kemudian
berangkat ke Jurjan untuk mengambil ilmu dari Imam Abu Nashr Al Isma'ili dan
menulis buku At Ta'liqat. Kemudian pulang ke Thusi (Lihat kisah selengkapnya
dalam Thabaqat Asy Syafi'iyah 6/195).
Beliau
mendatangi kota Naisabur dan berguru kepada Imam Haramain Al Juwaini dengan
penuh kesungguhan. Sehingga berhasil menguasai dengan sangat baik fikih mazhab
Syafi'i dan fiqih khilaf, ilmu perdebatan, ushul, manthiq, hikmah dan filsafat.
Beliau pun memahami perkataan para ahli ilmu tersebut dan membantah orang yang
menyelisihinya. Menyusun tulisan yang membuat kagum guru beliau, yaitu Al
Juwaini (Lihat Adz Dzahabi, Siyar A'lam Nubala' 19/323 dan As Subki, Thabaqat
Asy Syafi'iyah 6/191).
Setelah
Imam Haramain meninggal, berangkatlah Imam Al-Ghozali ke perkemahan
Wazir Nidzamul Malik. Karena majelisnya tempat berkumpul para ahli ilmu,
sehingga beliau menantang debat kepada para ulama dan mengalahkan mereka.
Kemudian Nidzamul Malik mengangkatnya menjadi pengajar di madrasahnya di
Baghdad dan memerintahkannya untuk pindah ke sana. Maka pada tahun 484 H /1091
M beliau berangkat ke Baghdad dan mengajar di Madrasah An Nidzamiyah dalam usia
tiga puluhan tahun. Disinilah beliau berkembang dan menjadi terkenal. Mencapai
kedudukan yang sangat tinggi.
Kehidupan
Intelektual Imam Al-Ghazali
Kehidupan
intelektual al-ghazali diisi dengan memberikan kuliah dan menulis kitab. tak
kurang dari seratus kitab yang telah menjadi buah karyannya. Beberapa kitab
karangan al-imam al-ghazali yang terkenal di kalangan masyarakat adalah Ihya’
ulumuddin, Tahafut al-falasifah, al-munqidz min al-dhalalah, maqashid al-falasifah,
misykatul anwar dan bidayatul hidayah.
Kepopuleran
harta maupun jabatan starategis dari pemerintah pun diperolehnya lewat
pengabdian intelektualnya itu. Uangpun mengalir dengan sendiri ke kantongnya,
namun semua itu ternyata tak mampu memuaskan hatinya. Ia masih bertanya-tanya
tentang kebenaran jalan yang selama ini di tempuh nya. Ia pun menjadi gamang
dan lebih banyak merenung. Ia pun kemudia meninggalkan apa yang selama ini di
peroleh nya berupa harta duniawi yang melimpah dan lebih memilih untuk
berkontempolasi. Dalam perenungan nya yang tak kurang dari 10 tahun, ia
meyakini telah memperoleh kebenaran lewat tasawuf. Ia pun bertekad untuk
menyampaikan ajaran tasawuf dan mengoreksi bebagai hal yang menurutnya keliru.
Al-imam
al-ghazali mengkritik tentang filsafat. Kitab tahafut al-falasifah jadi karya
monumentalnya yang membuat mati gairah berfilsafat yang ada di dunia islam
timur. Dengan legitimasi nama besar al-ghazali, filsafat menjadi barang yang
terlarang untuk di pelajari. Perlawanan itu di berikan karena ia melihat
filsafat mengandung kerancuan dan justru membawa orang yang mempelajarinya
kepada kesesatan. Ia melihat filsafat yang bersandar ada rasionalitas
manusia semata tidak akan pernah bisa membawa kepada kebahagiaan yang hakiki.
Karena keterbatasan pikiran manusia tidak akan mampu menyingkap hakikat
kebenaran ilahian yang di pancarkan Allah swt.
Sungguhpun
demikian, al-ghazali tidak menafikan filsafat secara keseluruhan, yang di
tentangnya adalah yang di anggapnya rancu, yakni pada bidang metafisika yakni
yang membahas persoalan ghaib dan ilmu ketuhanan, dimana para filsuf pada saat
itu menyatakan tentang keabadian alam. Inilah satu diantara sejumlah ajaran
filsafat tentang oleh al-ghazaliadapn tentang bagian filsafat yang lain seperti
logika, matematika dan fisika menurutnya amatlah layak dan dianjurkan untuk
dipelajari. Al-ghazali bahkan tidak pernah menyuruh untuk membakar buku-buku
filsafat yang berkaitan dengan ilmu-ilmu tersebut. Yang banyak terjadi adalah
kesalahpahaman seseorang dalam memahami pernyataan al-ghazali.
Kekecewaan
a;-ghazali terhadap ilmu kalam dan filsafat inilah yang membuatnya lari kedalam
tasawuf. Disini al-ghazali menemukan kedamain. Ia merasakan kebahagiaan yang
sebenarnya. Lewat ajaran tasawuf inilah ia dapat melihat cahaya kebenaran yang
dipancarkan tuhan. Ia juga menganjurkan manusia untuk menempuh jalan itu jika
ingin memperolh kebahagiaan.
Menurut
al-ghazali, kebenaran nya hanya bisa dicapai dengan jalan kembali kepada tuhan
dengan hati yang bersih dan jiwa yang suci, tuhan akan memancarkan cahaya
kebenaran kedalam batin seseorang. Dari situlah seseorang akan mendapatkan ilmu
atau hikmah. Hikmah adalah puncak pengetahuan tertinggi. Ia tak dapat dicapai
hanya lewat argumentasi-argumentasi filosofis dan pemmikiran rasional. Dengan
kata lain, siapa saja yang ingin mendapatkan hikmah sebagai pengetahuan
tertinggi, dia harus dengan jalan yang benar, dan itu mesti di tempuh oleh
tasawuf.
Sebelum
masa al-ghazali, tasawuf masih di anggap ajaran yang menyimpang. Orang masih
ingat betul bagaimana al-hallaj dengan paham hulul-nya mengaku sebagai tuhan.
Namun, dengan peranan al-ghazali di tambah dengan ke piawaiannya memadukan
tasawuf itu dengan unsur sunni, jadilah corak tasawuf yang baru. Jika dulu
al-hallaj di musuhi karena corak tasawufnya yang falsafi, maka sekarang tasawuf
menjadi barang yang banyak di cari orang dengan corak sunninya yang kental.
Atas peranannya itu pula muncullahh berbagai aliran tarekat yang berpola sunni
yang hidup pascaera al-ghazali. Tanpa jasa besarnya, rasanya mustahil tasawuf
bisa bertahan dan merebut begitu banyak pengikut hingga akhir-akhir ini.
Al-ghazali
pula orang yang punya andil terhadap pembentukan pemikiran ahlus sunnah wal
jama’ah secara keseluruhan, baik dari segi teologi, fiqh, tasawuf dan filsafat.
Argumentasinya yang bersifat tradisionalis terlihat sangat conddong membela
al-asy’ariyang bisa kita saksikan dengan jelas dalam ihya’ ulumuddin. Ia pula
yang punya andil dalam membakukan madzhab syafi’i sebagai madzhab yang identik
dengan ahlus sunnah wal jama’ah. Bahkan, pemikiran al-ghazali berpengaruh pada
semua cabang atau aspek pada madzhab ahlus sunnah wal jama’ah.
Kitab-Kitab
Imam Al-Ghazali
Imam
Al-Ghozali termasuk penulis yang tidak terbandingkan lagi, kalau karya imam Al
Ghazali diperkirakan mencapai 300 kitab, diantaranya adalah :
1.
Maqhasid al falasifah
(tujuan para filusuf), sebagai karangan yang pertama dan berisi masalah-
masalah filsafah.
2.
Tahaful al falasifah
(kekacauan pikiran para filusifi) buku ini dikarang sewaktu berada di Baghdad
di kala jiwanya di landa keragu-raguan. Dalam buku ini imam Al-Ghozali
mengancam filsafat dan para filusuf dengan keras.
3.
Mi'yar al-'ilmi/miyar almi
(kriteria ilmu-ilmu).
4.
Ihya' ulumuddin
(menghidupkan kembali ilmu- ilmu agama). Kitab ini merupakan karyanya yang
terbesar selama beberapa tahun dalam keadaan berpindah-pindah antara Damakus,
Yerusalem, Hijaz, Dan Thus yang berisi panduan fiqih, tasawuf dan filsafat.
5.
Al munqiz min al dhalal
(penyelamat dari kesesatan) kitab ini merupakan sejarah perkembangan alam
pikiran Al Ghazali sendiri dan merefleksikan sikapnya terhadap beberapa macam
ilmu serta jalan mencapai Tuhan.
6.
Al-ma'arif al-aqliyah
(pengetahuan yang nasional)
7.
Miskyat al anwar
(lampu yang bersinar), kitab ini berisi pembahasan tentang akhlak dan tasawuf.
8.
Minhaj al-abidin
(jalan mengabdikan diri terhadap Tuhan).
9.
Al iqtishad fi al i'tiqod
(moderisasi dalam aqidah).
10.
Ayyuha al walad.
11.
Al
musytasyfa
12.
Ilham al -awwam an 'ilmal kalam.
13.
Mizan al amal.
14.
Akhlak al abras wa annajah min al
asyhar
(akhlak orang-orang baik dan kesalamatan dari kejahatan).
15.
Assrar ilmu addin
(rahasia ilmu agama).
16.
Al washit (yang
pertengahan) .
17.
Al wajiz (yang
ringkas).
18.
Az-zariyah ilaa' makarim asy
syahi'ah
(jalan menuju syariat yang mulia)
19.
Al hibr al masbuq fi nashihoh al
mutuk
(barang logam mulia uraian tentang nasehat kepada para raja).
20.
Al mankhul minta'liqoh al ushul
(pilihan yang tersaing dari noda-noda ushul fiqih).
21.
Syifa al qolil fibayan alsyaban
wa al mukhil wa masalik at ta'wil (obat orang dengki penjelasan tentang hal-hal samar
serta cara-cara penglihatan).
22.
Tarbiyatul aulad fi islam
(pendidikan anak di dalam islam)
23.
Tahzib al ushul
(elaborasi terhadap ilmu ushul fiqiha).
24.
Al ikhtishos fi al 'itishad
(kesederhanaan dalam beri'tiqod).
25.
Yaaqut at ta'wil
(permata ta'wil dalam menafsirkan al qur'an)
Akhir
Kehidupan Imam Ghazali
Muhammad
bin muhammad al-ghazali tutup usia pada tahun 1111 Masehi di thus, persia.
Sampai sekrang namanya masih tetap di abadikan dengan harum dan akan selalu di
ingat oleh kaum muslimin sepanjang masa. Gelar hujjatul islam yang di
sandangnya pun hampir di pastikan tak akan diberikan kepada orang lain untuk
menghormati jasa-jasanya yang sangat besar terhadap islam dan kaum muslimin.
Jika kesulitan untuk mendownload, silahkan baca petunjuk disini: Cara Mendownload