Kurang Laku di Negeri Sendiri, Kompor Buatan Dosen Malang Diproduksi Masal di Norwegia
10/30/2015
Kompor biomassa
hasil penelitian yang dilakukan dosen Fakultas MIPA Universitas Brawijaya (UB)
Malang Muhammad Nurhuda kini sudah menembus pasar internasional, bahkan sudah
diproduksi secara massal di Norwegia.
"Selain
dipasarkan dan diproduksi massal di Norwegia, pemasaran dan produksi biomassa
yang ditangani pihak ketiga, yakni Primecookstove ini juga dipasarkan di sejumlah
negara, seperti India, Meksiko, Peru, Timor Leste, Kamboja dan negara-negara di
belahan Afrika," kata Nurhuda ketika ditemui di area pameran hasil
penelitian UB di kampus setempat, Kamis (22/10).
Ia mengemukakan
kompor biomassa ini hemat bahan bakar daripada kompor tradisional (minyak
tanah), bahkan tidak menimbulkan asap seperti dapur yang menggunakan bahan
bakar kayu atau minyak tanah. Keunggulan lainnya adalah emisi gas buangnya jauh
di bawah ambang batas yang ditetapkan Badan Kesehatan Dunia (WHO).
Bahan bakar yang
bisa digunakan adalah kayu cacahan yang sudah diproduksi dengan mesin
berkapasitas sekitar 20 ton per hari. Sehingga pengguna kompor biomassa
tersebut tidak perlu khawatir kekurangan bahan bakar, apalagi kalau penggunanya
bermukim di perdesaan yang masih banyak pepohonan.
Selain kayu
cacah yang menjadi bahan bakar utama, bahan bakar lainnya juga bisa menggunakan
pelet, sawit atau butiran kayu. Bahkan, bahan bakar butiran kayu atau pelet
akan menghasilkan masakan yang lebih beraroma.
Nurhuda mengatakan untuk menghasilkan
kompor biomassa berbahanstainless itu, ia melakukan penelitian sejak
2008 dan akhirnya menciptakan kompor biomassa. "Kompor biomassa ini memang
belum diproduksi dalam jumlah terlalu besar untuk ukuran ekspor dan untuk memenuhi
kebutuhan dalam negeri," ujarnya.
Ia mengakui
produksi di dalam negeri justru lebih sedikit, bahkan hanya berdasarkan pesanan
dibandingkan dengan yang dipasarkan di sejumlah negara karena berbagai
pertimbangan, salah satunya adalah persaingan yang cukup ketat dengan elpiji.
Menurut dia,
subsidi elpiji di Indonesia sangat besar, khususnya yang berukuran tiga
kilogram. "Kalau pengguna kompor biomassa tinggal di perdesaan yang masih
banyak pepohonan dan bisa dijadikan bahan bakar, tentu tidak masalah, namun
bagi yang tinggal di perkotaan dan harus membeli kayu cacah atau pelet, memang
lebih hemat kompor elpiji," katanya.
Kompor biomassa
yang terdiri dari tiga komponen itu di Indonesia dijual dengan harga Rp 195
ribu (harga ritel), namun jika pesan lebih banyak harganya lebih murah. (republika.co.id, edisi 22/10/15)
Jika kesulitan untuk mendownload, silahkan baca petunjuk disini: Cara Mendownload