Kisah Penyerangan PKI atas Pondok Gontor Madiun
10/01/2015
Saya masih menyimpan cerita itu dari ayah dan Budhe saya. Hari itu Gontor
tegang. Semua santri diliburkan. Para Guru bersiaga, sedang para santri banyak
yang terdiam, tidak tahu apa yang harus dilakukan.
Kabar yang mndebarkan itu akhirnya sampai juga. Partai Komunis
Indonesia sudah mencapai Jabung (barat Gontor) . Tinggal menunggu jam saja maka
mereka akan tiba di Gontor. KH Imam Zarkasyi dan KH Ahmad Sahal dibantu kakak
Tertua beliau berdua, KH Rahmat Soekarto tengah berembug, bagaimana
menyelamatkan para santri dan Pondok. Beliau tidak peduli nasib mereka sendiri,
yang beliau-beliau fikirkan nasib para santri. Bagaimana agar mereka selamat,
diungsikan kemana, bagaimana setelah itu. Terjadilah percakapan di bawah ini
(seperti yang diceritakan Budhe saya) :
"Wis Pak Sahal, penjenengan ae sing Budhal ngungsi karo santri. PKI kuwi sing dingerteni Kyai Gontor yo panjengan. Aku tak jogo Pondok wae, ora-ora lek dikenali PKI aku iki.(Sudah Pak Sahal, antum saja yang berangkat mengungsi dengan para santri. Yang diketahui Kyai Gontor itu ya antum. Biar saya yang menjaga Pesantren, tidak akan dikenali saya ini)." Kata KH Imam Zarkasyi
Kemudian Pak Sahal menjawab, "Ora, dudu aku sing kudu ngungsi. Tapi kowe Zar, kowe isih enom, ilmu-mu luwih akeh, bakale pondok iki mbutuhne kowe timbangane aku. Aku wis tuwo, wis tak ladenani PKI kuwi. Ayo pak Zar, njajal awak mendahno lek mati."(Tidak, bukan saya yang harus mengungsi, tapi kamu Zar -karena KH Imam Zarkasyi adalah adik kandung beliau. Kamu lebih muda, ilmumu lebih banyak, pesantren ini lebih membutuhkan kamu daripada saya. Saya sudah tua, biar saya hadapi PKI-PKI itu. Ayo pak Zar, mencoba badan, walau sampai mati."
Kedua Kyai itu berusaha meminta salah satu diantara mereka untuk
pergi mengungsi. Sungguh bukan nasib mereka yang difikrikan, tapi nasib para
santri. Akhirnya diputuskanlah bahwa beliau berdua pergi mengungsi dengan para
santri. Penjagaan pesantren diberikan kepada KH Rahmat Soekarto. Lurah desa
Gontor sekaligus Imam Jumatan di Gontor sampai beliau wafat. Menuju ke arah
timur, ke arah Gua Kusuma (masyarakat lebih mengenalnya dengan Gua Sahal).
Jarak yang harus ditempuh beliau berdua dengan para santri bukan terbilang
dekat, dengan kondisi jalan yang jauh dari dibilang bagus saat itu. Tapi
semangat beliau berdua memang luar biasa.
Akhirnya PKI betul-betul datang. Mereka berteriak-teriak mencari
Kyai Gontor.
"Endi kyai-ne?? Endi Kyai-ne?? Kon ngadepi PKI kene. Asu
Kabeh...!!"
(Mana Kyainya, Mana Kyainya? Suruh menghadapi PKI sini, Anjing semua..!!)
(Mana Kyainya, Mana Kyainya? Suruh menghadapi PKI sini, Anjing semua..!!)
Mereka mulai merusak pesantren. Gubuk-gubuk asrama santri yang
terbuat dari Bambu dirusak. Kasur-kasur dibakar, buku-buku santri dibakar
habis. Peci, baju-baju santri yang tidak terbawa di bawa ke pelataran asrama,
diinjak-injak dan dibakar. Termasuk beberapa Kitab Suci Al-quran.
Suasana mencekam, PKI berusaha masuk ke Rumah KH Rahmat Soekarto
(Pendopo saat ini, sekaligus Rumah TRIMURTI) sambil teriak-teriak tidak jelas.
(Pendopo saat ini, sekaligus Rumah TRIMURTI) sambil teriak-teriak tidak jelas.
"Endi lurahe?? Gelem melu PKI po ra?? Lek ra gelem dibeleh
sisan neng kene..!!"
(Mana Lurahnya? Mau ikut PKI apa tidak? Kalau ndak mau sembelih sekalian disini)
(Mana Lurahnya? Mau ikut PKI apa tidak? Kalau ndak mau sembelih sekalian disini)
Tapi kuasa Allah, para PKI itu seakan-akan menjumpai dinding
kokoh tak terlihat. Mereka saling dorong untuk masuk pendopo tanpa dinding itu,
KH Rahmat Soekarto terdiam dalam dzikirnya, memohon keselamatan Gontor dan para
santrinya. PKI itu semakin beringas, mereka mengacung-acungkan clurit dan
cangkul. Tapi tetap tidak bisa menembus barikade "pagar ghaib" yang
ada di Pendopo.
Akhirnya lasykar Hizbullah dan Pasukan Siliwangi datang. Pasukan
Pimpinan KH Yusuf Hasyim, itu merangsek dan mengusir PKI dari Gontor. Para PKI
itu lari tunggang langgang, karena serbuan itu. Mereka meninggalkan apa yang
mereka bawa, dan akhirnya membiarkan Gontor dalam keadan porak poranda.
Oleh: Oky Rachmatullah
Jika kesulitan untuk mendownload, silahkan baca petunjuk disini: Cara Mendownload