PBNU: Gagasan Pemindahan Otoritas Pengelolaan Tanah Suci dari Kerajaan Arab Saudi itu Konyol
9/27/2015
Ketika
musibah jamaah haji seakan bertubi-tubi, dari robohnya tower hingga peristiwa
Mina, berbagai isu yang menyudutkan Arab Saudi datang bertubi-tubi. Mulai dari
tersebarnya video Pangeran Saudi menjadi sebabnya (padahal video itu terjadi
tahun 2012) hingga pelayanan haji yang tidak nyaman. Namun memang yang pasti,
evaluasi dan perbaikan tentu perlu dilakukan dengan segera.
Atas
keadaan di atas, ada keinginan untuk memindahkan otoritas pengelolaan tanah
suci dari tangan kerajaan Arab Saudi. Keinginan yang paling kuat datang dari
Iran. Namun jika dilihat, wajar juga ketika Iran begitu bersemangat. Mengingat,
Iran adalah salah satu Negara yang sejak awal sudah berseteru dengan Arab Saudi,
seperti dalam permasalahan Suriah dan Yaman. Seakan ada kesempatan, Iran terus
mendorong gagasan itu, bahkan membawa masalah tersebut ke markas PBB.
Terkait
munculnya gagasan di atas, Katib Aam PBNU KH Yahya Cholil Staquf menganggapnya
sebagai gagasan yang tidak solutif, bahkan terbilang konyol.
“Gagasan
merampas kedaulatan atas Haramain dan manajemen tuan rumah ibadah haji dari
tangan kerajaan Arab untuk diserahkan kepada otoritas multinasional dengan
segala wujudnya, adalah gagasan konyol, produk gelap mata,” katanya beberapa
waktu lalu di laman NU
Online, Ahad (27/9).
Menurut
kyai yang biasa dipanggil dengan Gus Yahya ini, perampasan kedaulatan in hanya
melahirkan instabilitas dunia Islam dan ancaman keamanan tak berkesudahan atas
tanah suci.
“Tak
ada prospek di dalamnya. Membiarkan kerajaan Arab berkuasa atas tanah suci
seperti sekarang ini adalah pilihan paling aman,” katanya.
Pengasuh
pesantren Raudlatut Thalibin Rembang ini meyakini, kalau kedaulatan atas tanah
suci dijadikan multilateral, negara-negara Islam hanya akan menjadikannya obyek
pertengkaran tak berujung karena rebutan saham kuasa.
Jika kesulitan untuk mendownload, silahkan baca petunjuk disini: Cara Mendownload