Ketika 'Janggut' Haji Agus Salim Diledek
9/14/2015
Persoalan penampilan ternyata jadi soal pula dalam
panggung politik. Termasuk di Indonesia. Salah satu penampilan yang
dipersoalkan adalah Janggut. Dan salah seorang yang dikenal berjanggut
‘kambing’ adalah Haji Agus Salim. Haji Agus Salim adalah salah seorang tokoh
besar Umat Islam yang mempelopori pergerakan kemerdekaan, ia adalah tokoh yang
sudah aktif sejak zaman Sarekat Islam bersama HOS Tjokroaminoto. Haji Agus
Salim dikenal sebagai tokoh Islam yang jenius, menguasai banyak bahasa, seperti
Arab, Inggris, Belanda, Jepang, Tukri dan lainnya.
Sebagai tokoh Sarekat Islam, ia
sering mengadakan pertemuan-pertemuan terbuka. Suatu ketika ia sedang
berpidato, kemudian ia diejek soal janggutnya oleh Sutan Sjahrir dan
kawan-kawannya yang datang ke pertemuan terbuka itu.
Sutan Sjahrir sendiri
menceritakan, “Kami sekelompok besar pemuda, bersama-sama mendatangi rapat di
mana Pak Salim akan berpidato, dengan maksud mengacaukan pertemuan itu. Pada
waktu itu Pak Salim telah berjanggut kambing yang terkenal itu, dan setiap
kalimat yang diucapkan pak haji disambut oleh kami dengan mengembik yang
dilakukan bersama-sama.
Setelah untuk ketiga kalinya kami menyahut dengan “Me,
me, me”, maka Pak Salim mengangkat tangannya seraya berkata,
“Tunggu sebentar. Bagi saya
sungguh suatu hal yang sangat menyenangkan bahwa kambing-kambing pun telah
mendatangi ruangan ini untuk mendengarkan pidato saya. Hanya sayang sekali
bahwa mereka kurang mengerti bahasa manusia sehingga mereka menyela dengan cara
yang kurang pantas. Jadi saya sarankan agar untuk sementara mereka sekedar
makan rumput di lapangan. Sesudah pidato saya ini yang ditujukan kepada manusia
selesai, mereka akan dipersilakan masuk kembali dan saya akan berpidato dalam
bahasa kambing khusus untuk mereka. Karena di dalam agama Islam bagi kambing
pun ada amanatnya, dan saya menguasai banyak bahasa.
“Kami tidak tinggalkan ruangan,”
kata Sjahrir, “tetapi kami terima dengan muka merah, gelak tawa dari hadirin
lainnya. Kami ingin tahu apa lagi yang beliau bicarakan, makin lama beliau bicara,
makin asyik kami dengarkan. Tetapi beliau tidak dapat meyakinkan kami, dan
sesudah peristiwa itu pun kami masih melawannya, tetapi tidak pernah lagi kami
mencoba mencemoohkannya.”
Oleh: Beggy Rizkiyansyah
Sumber : Last, Jef. 1996. In
Memoriam dalam Seratus Tahun Haji Agus Salim. Jakarta: Sinar Harapan.
Jika kesulitan untuk mendownload, silahkan baca petunjuk disini: Cara Mendownload