Ahmad Musthafa Al-Maraghi, Ulama Kontemporer Terbaik
9/05/2015
Tafsir al-Maraghi merupakan salah satu tafsir al-Qur'an kontemporer. Nama al-Maraghi diambil dari nama belakang penulisnya, Ahmad Musthafa al-Maraghi.
Tafsir ini merupakan hasil dari jerih payah dan keuletan sang
penulis selama kurang lebih 10 tahun, dari tahun 1940-1950 M.
Nama lengkapnya adalah Ahmad Musthafa bin Muhammad bin Abdul
Mun’im Al-Maraghi. Kadang-kadang nama tersebut diperpanjang dengan kata Beik,
sehingga menjadi Ahmad Musthafa Al-Maraghi Beik.
Ia berasal dari keluarga yang sangat tekun dalam mengabdikan
diri kepada ilmu pengetahuan dan peradilan secara turun-temurun, sehingga
keluarga mereka dikenal sebagai keluarga hakim.
Al-Maraghi lahir di Kota Maraghah, sebuah kota kabupaten di
tepi barat sungai Nil, sekitar 70 kilometer di sebelah selatan kota Kairo, pada
tahun 1300 H/1883 M. Nama Kota kelahirannya inilah yang kemudian melekat dan
menjadi nisbah (nama belakang) bagi dirinya, bukan keluarganya. Ini berarti
nama Al-Maraghi bukan monopoli bagi dirinya dan keluarganya.
Ia mempunyai delapan orang saudara. Lima di antaranya
laki-laki, yaitu Muhammad Musthafa Al-Maraghi (pernah menjadi Imam Besar
Al-Azhar), Abdul Aziz Al-Maraghi, Abdullah Musthafa Al-Maraghi, dan Abdul Wafa’
Musthafa Al-Maraghi. Hal ini perlu diperjelas sebab seringkali terjadi salah
kaprah tentang siapa sebenarnya penulis Tafsir Al-Maraghi di antara kelima
putra Musthafa itu.
Kesalahkaprahan ini terjadi karena Muhammad Musthafa
Al-Maraghi juga terkenal sebagai seorang mufassir. Sebagai mufassir, Muhammad
Musthafa juga melahirkan sejumlah karya tafsir, hanya saja ia tidak
meninggalkan karya tafsir Alquran secara menyeluruh.
Ia hanya berhasil menulis tafsir beberapa bagian Alquran,
seperti surah Al-Hujurat dan lain-lain. Dengan demikian, jelaslah yang dimaksud
di sini sebagai penulis Tafsir Al-Maraghi adalah Ahmad Musthafa Al-Maraghi,
adik kandung dari Muhammad Musthafa Al-Maraghi.
Masa kanak-kanaknya dilalui dalam lingkungan keluarga yang
religius. Pendidikan dasarnya ia tempuh pada sebuah Madrasah di desanya, tempat
di mana ia mempelajari Alquran, memperbaiki bacaan, dan menghafal ayat-ayatnya.
Sehingga sebelum menginjak usia 13 tahun ia sudah menghafal seluruh ayat Alquran.
Di samping itu, ia juga mempelajari ilmu tajwid dan dasar-dasar ilmu agama yang
lain.
Setelah menamatkan pendidikan dasarnya tahun 1314 H/1897 M,
atas persetujuan orang tuanya, Al-Maraghi melanjutkan pendidikannya ke
Universitas Al-Azhar di Kairo. Ia juga mengikuti kuliah di Universitas Darul
Ulum Kairo. Ia berhasil menamatkan studinya di kedua Universitas ini pada saat
bersamaan, tahun 1909 M.
Di kedua Universitas tersebut, Al-Maraghi mendapatkan
bimbingan langsung dari tokoh-tokoh ternama dan ahli di bidangnya masing-masing
pada waktu itu. Mereka antara lain Syekh Muhammad Abduh, Syekh Muhammad Bukhait
Al-Muthi’i, Ahmad Rifa’i Al-Fayumi, dan lain-lain. Para tokoh inilah yang
menjadi narasumber bagi Al-Maraghi, sehingga ia tumbuh menjadi sosok intelektual
Muslim yang menguasai hampir seluruh cabang ilmu agama.
Setelah menamatkan pendidikannya di Universitas Al-Azhar dan
Darul Ulum, Al-Marghi terjun ke masyarakat, khususnya di bidang pendidikan dan
pengajaran.
Dia mengabdi sebagai guru di beberapa madrasah dengan
mengajarkan beberapa cabang ilmu yang telah dipelajari dan dikuasainya.
Beberapa tahun kemudian, ia diangkat sebagai Direktur Madrasah Mu’allimin di
Fayum, sebuah kota setingkat kabupaten yang terletak 300 kilometer sebelah
barat daya Kota Kairo.
Dan, pada tahun 1916, ia diminta sebagai dosen utusan untuk
mengajar di Fakultas Filial Universitas Al-Azhar di Qurthum, Sudan, selama
empat tahun.
Pada tahun 1920, setelah tugasnya di Sudan berakhir, ia
kembali ke Mesir dan langsung diangkat sebagai dosen Bahasa Arab di Universitas
Darul Ulum serta dosen Ilmu Balaghah dan Kebudayaan pada Fakultas Bahasa Arab
di Universitas Al-Azhar.
Pada rentang waktu yang sama, Al-Maraghi juga menjadi guru di
beberapa madrasah, di antaranya Ma’had Tarbiyah Mu’allimah, dan dipercaya
memimpin Madrasah Utsman Basya di Kairo. Karena jasanya di salah satu madrasah
tersebut, Al-Maraghi dianugerahi penghargaan oleh Raja Mesir, Faruq, pada tahun
1361 H.
Dalam menjalankan tugas-tugasnya di Mesir, Al-Maraghi tinggal
di daerah Hilwan, sebuah kota yang terletak sekitar 25 kilometer sebelah
selatan Kota Kairo. Ia menetap di sana sampai akhir hayatnya. Ia wafat pada
usia 69 tahun (1371 H/1952 M). Untuk mengenang jasa dan pengabdiannya, namanya
kemudian diabadikan sebagai nama salah satu jalan yang ada di kota tersebut.
Al-Maraghi adalah ulama kontemporer terbaik yang pernah
dimiliki oleh dunia Islam. Selama hidup, ia telah mengabdikan diri pada ilmu
pengetahuan dan agama. Banyak hal yang telah ia lakukan.
Selain mengajar di beberapa lembaga pendidikan yang telah
disebutkan, ia juga mewariskan kepada umat ini karya ilmiyah. Salah satu di
antaranya adalah Tafsir Al-Maraghi, sebuah
kitab tafsir yang beredar dan dikenal di seluruh dunia Islam sampai saat ini.
Karya-karyanya yang lainnya adalah Al-Hisbat fi al-Islam, Al-Wajiz fi Ushul al-Fiqh, 'Ulum al-Balaghah,
Muqaddimat at-Tafsir, Buhuts wa A-ra' fi Funun al-Balaghah,dan Ad-Diyanat
wa al-Akhlaq.
Sumber: republika.co.id, edisi 13/3/12, diakses 5/9/15 pukul
09.30 wib
Jika kesulitan untuk mendownload, silahkan baca petunjuk disini: Cara Mendownload