Berani Hidup tak Takut Mati, Takut Mati Jangan Hidup. Takut Hidup Mati Saja
8/10/2015
Mata ini
terpekur sayu.
Memandang tanah kuburan di depan saya.
Inilah makam Kyai saya. Makam pendiri Pondok Modern Gontor. Pesantren yang
telah melahirkan banyak sekali tokoh-tokoh penting di negeri ini. Beliau sudah
wafat puluhan tahun yang lalu.
Tapi nasehat-nasehat beliau senantiasa
terngiang di telinga ini seakan-akan beliau masih ada. Beliau masih mendampingi
kami disini. Seakan-akan beliau turut hadir menyaksikan riuh rendah para santri
yang menghafal pelajaran.
Menyaksikan ketegangan para santri yang
sedang praktikum mengajar. Menyaksikan gelombang semangat para santri yang
sedang berlatih pidato. Menyaksikan para santrinya berkreasi dalam seni dan
berprestasi dalam olah raga. Meskipun beliau sudah tiada.
Tak terasa mata ini menetes. Membayangkan beliau meletakkan pondasi dasar pendidikan pesantren ini. Teringat kembali salah satu nasehat beliau yang terkenal sekali : BERANI HIDUP TAK TAKUT MATI, TAKUT MATI JANGAN HIDUP, TAKUT HIDUP MATI SAJA.
Tak terasa mata ini menetes. Membayangkan beliau meletakkan pondasi dasar pendidikan pesantren ini. Teringat kembali salah satu nasehat beliau yang terkenal sekali : BERANI HIDUP TAK TAKUT MATI, TAKUT MATI JANGAN HIDUP, TAKUT HIDUP MATI SAJA.
Sebuah filsafat kehidupan yang begitu
tepat dan mengena. Sebuah simbol dari kerasnya perjuangan di masa lalu yang
senantiasa berhadapan dengan kematian. Sebuah “fatwa” yang memantik semangat
para santri untuk senantiasa berjuang dan berusaha maksimal dalam kehidupan,
sebab dia selalu berada dibawah “ancaman” kematian yang sewaktu-waktu bisa saja
datang menghampiri.
BERANI HIDUP TAK TAKUT MATI. Sebab
kematian adalah haq. Dia pasti akan datang menghampiri kepada siapapun yang
bernama makhluk hidup. Maka hidup ini memang tidak lain dan tidak bukan
hanyalah hamparan perjuangan untuk menggapai kematian yang Mulia. Dia sekedar
mampir ngombe (numpang minum) kata orang jawa, dan bukan mampir wedangan (minum
kopi). Kalau misalkan minum kopi itu ada santainya, ada ngobrolnya, ada acara
nunggu hangatnya kopi dulu. Tapi ini numpang minum. Setelah dahaganya hilang,
maka ya sudah selesai.
Sebentar sekali, sangat sebentar. Maka
kesanggupan kita untuk mengarungi kehidupan ini, haruslah berbading lurus
dengan kesiapan kita menghadapi kematian.
Kenapa kita harus lari dari kematian?
Bukankah kemanapun kita pergi, kematian akan datang menghampiri jika waktunya
tiba? Kesiapan kita-lah yang membuat kita berani menghadapinya. Kesiapan
menghadapi kematian yang akan datang seaktu-waktu seharusnya bukanlah membuat
kita duduk termenung dan atau memikirkan kapan datangnya kematian itu.
Justru karena kita tidak pernah tahu
kapan datangnya kematian itu maka seharusnya kita lebih serius lagi bekerja dan
beribadah. Lebih serius lagi menuntut ilmu. Lebih serius lagi berusaha. Lebih
banyak lagi menolong orang dan tidak pernah mengeluh.
Sebab keluhan hanya datang dari orang
yang kehilangan kepercayaan bahwasanya akan ada hari pembalasan dimana sedikit
apapun amal perbuatan manusia akan ditampakkan. Orang yang punya keyakinan dan
keimanan akan hal itu, sama sekali tidak pernah mengeluh kepada Allah. Karena
dia yakin, bahwa apa yang dia perbuat selama ini tidak pernah luput dari
perhatian Allah. Bahwa apapun yang diperbuat orang, kelicikan orang, kebohongan
yang orang lakukan dihadapannya, tidak akan dapat terlepaskan begitu saja dari
pandangan Allah. Dan masing-masing akan menerima balasannya. Maka oleh karena
itu, kematian adalah pintu bagi seseorang itu untuk menembus hari pembalasan itu.Saya ingat sekali kata-kata Almarhum Guru
Saya, KH Imam Badri dalam sebuah ceramah beliau :
“Jika ditanya orang berapa usia saya. Maka saya akan menjawabnya …saya baru saja berusia 65 tahun. Kenapa saya harus katakan demikian dan bukannya “Saya sudah berusia 65 tahun…” ?? Karena saya baru saja menikmati 65 tahun perjalanan panjang saya. Saya baru saja lahir di dunia ini, lalu kemudian akan mati menuju alam barzakh, lalu dikumpulakn di padang makhsyar, lalu masuk di hari pengadilan untuk dimasukkan ke syurga atau na’udzubillah ke neraka. Jadi masih panjang perjalanan saya ini…makanya saya jawab begitu…”
TAKUT MATI JANGAN HIDUP. Jika ketakutan
akan kematian menjadi sebuah hal yang mengganggu anda, ya sebaiknya jangan
hidup. Sebab hidup pasti mati. Karena sekali lagi bahwa kematian adalah pintu
bagi kita untuk berpindah alam. Setiap makhluk hidup itu terdiri dari dua hal :
Ruh dan Jasad. Hal ini sudah dibuktikan bahkan secara ilmiah, bukan sekedar
doktrin keagamaan.
Di Amerika, sebuah organisasi ilmuwan
menbuktikan hal itu. Bahwa sebelum manusia itu mati, maka berat badannya lebih
berat beberapa Mili Gram dibandingkan ketika dia sudah meninggal. Ada yang
hilang dari tubuhnya ketika dia mati. Itulah Ruh. Dan itulah sebenarnya inti
dari kehidupan.
Ya, jasad tanpa ruh akan kehilangan
harganya. Jasad tanpa ruh bahkan lebih hina dari patung manusia. Jika ada
patung manusia yang mirip dengan aslinya, maka orang akan berfoto dengannya,
membersihkannya, mengelapnya, merawatnya. Tapi jika sebuah jasad tanpa ruh
terbujur kaku di pembaringan, maka jangankan mau berfoto, bahkan mendekat-pun,
jika lebih dari dua hari orang sudah tidak akan mau. Bahkan Istri dan anak yang
katanya cinta sehidup dan semati-pun, hanya akan mengantarnya sampai ke
keburan, tidak ada yang mau ikut-ikutan masuk menemani si jasad tanpa ruh.
Maka sesungguhnya yang menggerakkan tubuh
ini, yang memikirkan tubuh ini, yang mempercantik tubuh ini adalah Ruh. Maka
perhatikanlah “makanan” ruhani ini. Sebab ruh-lah yang mengatur senang atau
susahnya hati ini. Karena Ruh-lah kunci segala ketenteraman yang ada. Sebab
Ruh-lah yang mengunci segala keberanian dan menjadikannya kekuatan. Jika Ruh
ini kuat, maka kekuatan batin dan kedahsyatan fikiran akan membuat semuanya
menjadi nyata. Konsep “The Secret” yang digagas oleh Rhonda Byrne telah
membuktikannya. Bahwa hanya dengan modal keyakinan yang utuh dan kekal saja,
maka semua mimpi yang kita bayangkan akan menjadi nyata. Nah, jika memang Ruh
adalah kunci dari semua kebahagiaan yang ingin kita rengkuh, maka berilah
“makanan” yang bergizi kepada Ruh ini. Kedekatan kepada Tuhan, seringnya
bercengerama dengan Tuhan, menyebut-nyebut selalu asma-Nya disetiap kesempatan
adalah makanan bergizi itu. Bersyukur, berharap, berdoa, memohon, mengadu
kepada-Nya atas segala persoalan dan tantangan adalah “jajan” dari Ruh.
Meninggalkan semua yang dilarang, menjauhi apa yang Tuhan benci adalah salah
satu cara menghindar dari “bebal”-nya Ruh yang kita miliki ini. Maka sungguh,
kekuatan Ruhani-lah yang membuat kita tidak terbebani beban kehidupan. Untuk
berani mengatakan bahwa saya siap untuk mati, karena kematian tidaklah
mematikan Ruh, tapi sekedar memindahkan Ruh dari jasad.
TAKUT HIDUP, MATI SAJA. Ini adalah
kategori terhina dari dua golongan sebelumnya. Bayangkan saja, jangankan
membayangkan kematian, bahkan hidup dan mengisinya dengan kebaikan saja dia
ketakutan. Padahal Allah sudah membekalinya dengan bekal yang teramat cukup
untuk mengarungi kehidupan ini. Jasad yang sehat, akal yang sempurna, anggota
tubuh yang komplit, rekan hidup yang baik, dan nama yang baik pula, belum
tercemar namanya. Sungguh hanya kemiskinan ruhani saja yang membuatnya
terbebani dengan semua beban kehidupan ini. Bahkan saking miskinnya, dia tidak
lagi memikirkan pertanggung jawaban semua bekal yang Allah sudah berikan
kepadanya untuk mengarungi kehidupan, dan memilih untuk mengakhirinya. Ini
adalah Golongan orang-orang tercela, yang bahkan kita dilarang menyolatkan
jenazah orang yang matinya karena bunuh diri. Karena dia adalah orang yang
menyerah oleh keadaan, orang yang angkat tangan sebelum perang, orang yang
mendendangkan irama kematian sebelum kehidupan dia jalani. Sungguh hina,
sungguh tercela.
….
….
Saya tak habis-habis menangis di makam
ini. Betapa para pendiri pesantren ini, dengan dilandasi jiwa yang ikhlas dan
peluh yang bercucuran telah berjibaku dengan sejarah. Kemudian telah
mengemasnya menjadi sedemikian cantik untuk dikenang sebagai sebuah ladang
perjuangan. Sebuah medan juang yang telah mereka kelola dengan satu tujuan
luhur : membina umat untuk senantiasa berani hidup dan siaga mempertahankan
agama Allah. Ya, Agama ini akan selalu dan senantiasa, perlu dibela, dibantu
dan diperjuangkan.
Wallahu a’lam
Jika kesulitan untuk mendownload, silahkan baca petunjuk disini: Cara Mendownload