Poligami adalah Surga yang Dinanti; Sebuah Jawaban
8/07/2015
Apa ada yang salah dengan poligami? Satu
kata yang begitu gurih untuk diperbincangkan, dipergunjingkan dengan memberi
sampel nama-nama ulama. Dikampanyekan dengan seruannya “poligami itu nista,
menimbulkan luka”. Dikampanyekan melalui suara riuh rendah dalam film, seruan
ramai-ramai seakan bilang “katakan tidak pada poligami”. Benarkah Istana Kedua
itu Surga yang Tidak Dirindukan?
Lalu usai nonton tentang riuh rendah
“antipoligami” muncul deretan pertanyaan yang menyusul, yang ditujukan kepada
yang sepakat akan syariat.
1.
Tentang “adil” dalam poligami. Kalau tentang perasaan atau
hati tentu Rasulullah juga bukan orang yang adil tentang istrinya bukan?
2.
Rasulullah setia dengan Khadijah selama 28 tahun, baru
kemudian poligami. Nah, kita yang
pengikut? (kita?)
3.
Sebenarnya bosan dan jengah dengan pernyataan “kalau mau
poligami sono gih sama janda-janda yang renta seperti Rasulullah, bukan dengan perempuan yang lebih muda dan
lebih cantik dari istri pertama. Itu mah nafsu doang!”
4.
Itu si penulis kenapa mengkoarkan yang sebenarnya “ngga
apa” dalam Islam. Padahal masih banyak permasalahan bangsa ini dari sekadar hal
yang “bukan apa-apa”. Mungkin seks bebas,
zina dan lain sebangsanya bukan tema yang seksi.
5.
Nah, ukuran poligami
yang happy story seperti apa?
Baiklah, puan tuan. Semua harus didudukkan
dalam kerangka syariat saja. Jadi clear dan tidak main perasaan.
1.
Adil dalam poligami = adil yang bersifat tangible,
fisik/tampak. Misalnya : membagi waktu/malam, nafkah, hadiah, etc. Soal
perasaan memang tidak bisa adil, tidak dosa.
2.
Rasulullah tidak poligami era Khadijah bukan sebuah sunnah
yang masyru’.
Sama
halnya apakah nikah usia 25 itu sunnah. Wafat usia 63 juga sunnah. Andai itu
sunnah masyru’iyyah, maka para sahabat lebih dahulu mempraktikkannya.
Kenyataannya? Tidak.
3.
Faktanya: istri nabi ada yang cantik dan muda. Walau
kebanyakan janda renta.
Nikah
karena nafsu?
Bukankah
hadits mendorong nikah pemuda demi menjaga kemaluan dan kehormatan?
Bahasa
haditsnya vulgar: aghoddu lil bashor wa ahshonu lil farj. Bayangkan, soal
kemaluan disebut-sebut..
4.
Poligami sudah lama jadi pintu tasywih yang seksi buat kaum
liberalis. dan feminis. Seakan mereka happy nemu “kelemahan” Islam dan akan
terus dieksploitasi.
5.
Happy story: anak istri taat, sholeh, mujahid.
Keluarga
“bahagia” tapi tidak menghasilkan anak-anak sholeh dan keluarga yang taat agama
apalagi mujahid adalah sia-sia belaka.
Tapi
keluarga penuh dinamika seperti Asma binti Abu Bakar dan Zubayr bin Awwam lebih
mulia karena mereka tetap istiqomah dalam jihad dan melahirkan
keturunan-keturunan pejuang.
Paradigmanya
beda sekali dan mendasar.
Seorang
kawan penulis bercerita, adik ibunya masuk kristen, suaminya dulu pura-pura
masuk Islam dan balik kristen lalu berhasil membawa istri dan anak-anaknya
murtad.
Metode
sederhananya hanya menjadi suami yang amat penyayang keluarga dan “setia”.
Apakah setia itu tentang “satu”? Apakah “dua” atau “tiga” bukan setia? Jika
mengangguk iya, berarti Rasulullah tidak setia? Anda tahu jawabnya.
Jika
pelan-pelan menggerogoti yang sebenarnya sudah jelas hukumnya, bukan tidak
mungkin syariat lain akan dibonsai, oleh mereka yang kerdil.
Wallahua’lam.
Oleh:
M. Sholich Mubarok
Sumber:
Bersama Dakwah
Jika kesulitan untuk mendownload, silahkan baca petunjuk disini: Cara Mendownload