Berapa Jumlah Rekaat Salat Tarawih; 8, 20 atau 36?
7/03/2015
Sahabat
Pustama yang berbahagia
Diakui atau
tidak, keadaan masyarakat kita kadang masih mempertentangkan atau setidaknya
bertanya-tanya tentang jumlah rakaat salat Tarawih. Terlebih mereka bingung
manakala melihat di suatu daerah menjalankan salat Tarawih 20 rakaat. Namun di
daerah lain, mereka menjalankan salat Tarawih Cuma 8 rakaat. Bahkan, ternyata
ada juga yang menjalankan salat Tarawih 36 rakaat.
Maka pada
kesempatan ini, Pustaka Madrasah sebagai Media Belajar Bersama akan berbagi
kepada sahabat-sahabat Pustama semua tentang permasalahan ini. Pustaka Madrasah
akan mengambil uraian Syeikh Prof Dr Ali Jum’ah Muhammad
asy-Syafi’I, seorang mantan mufti Mesir dalam mau’izah hasanah beliau
sebagaimana ditulis oleh mahasiswa al-Azhar, Abdul Hamid M Jamil. Perlu diketahui bahwa Syeikh
Ali Jum’ah adalah ulama besar ahli hadis yang sanadnya bersambung kepda Syeikh
Muhammad Yasil al-Fadani ra..
__
Alkisah,
salah seorang bertanya pada Syeikh Ali Jum’ah. Di manakah perbedaan antara salat
Tahajud, Tarawih, dan Qiyamullail, dan mana yang lebih afdal saya lakukan dari
ketiga-tiganya itu dalam bulan Ramadan?
Syeikh Ali Jum’ah menjawab:
“Ketiga-tiganya itu memiliki makna yang bersamaan. Kalimat
Qiyamul Lail maknanya bahwa kamu melakukan ibadah untuk mendekatkan diri kepada
Allah sejak setelah salat Isya. Maka ibadah apapun yang kamu laksanakan mulai
setelah salat Isya sampai azan Subuh itu dinamakan dengan Qiyamul Lail.
Sahabat ra selalu beribadah sesuai dengan apa yang diajarkan
Rasulullah saw. Setiap ibadah yang dilakukan sesudah salat Isya sampai dengan
azan subuh dinamakan Qiyamul Lail yang selalu dilakukan baginda Nabi.
Rasulullah saw tidak pernah melakukan salat 11 rakaat atau 13
rakaat di bulan Ramadan dan di luar Ramadan. Dengan kata lain, beliau tidak melaksanakan
salat lebih dari 11 rakaat atau 13 rakaat baik di bulan Ramadan atau di bulan
lainnya.
Akan tetapi, Saidina Umar Ibn Khattab manakala mengumpulkan para
sahabat dalam satu jamaah untuk melakukan salat Tarawih, beliau menambah rakaat
salat dimaksud menjadi 20 rakaat. Penduduk Mekah kala itu melakukannya 20
rakaat, dengan beristirahat (tarawih) pada tiap-tiap 4 rakaat. Dalam
waktu istirahat pada tiap 4 rakaat mereka melakukan tawaf.
Ketika penduduk Madinah mengetahui perihal ibadahnya penduduk
Mekkah yang melakukan tawaf pada tiap-tiap 4 rakaat, mereka menambahkan 4
rakaat salat terawih sebagai gantian tawaf penduduk Mekkah. Sehingga jadilah
jumlah salat Tarawih dalam sebuah pendapat Imam Malik ra 36 rakaat. Hal itu
tidak mengapa, karena menambah-nambah dalam ibadah sunah dan kebaikan merupakan
sunnahnya Rasulullah, khulafaur rasyidin, dan salafus salih.
Dengan demikian, mayoritas kaum Muslimin melakukan salat
dimaksud 20 rakaat yang akhirnya dinamakan dengan salat Tarawih yang wajib
dilakukan dua-dua rakaat. Adapun yang dilakukan sesudah salat Tarawih pada
pertengahan malam dinamakan dengan salat Tahajud. Dan kedua-duanya dilakukan
sekedar kemampuannya saja. Karena syariat tidak memaksa seseorang untuk
melakukan ibadah di luar kemampuannya. Hal ini senada dengan sabda Rasulullah
Saw, ‘Beribadahlah kepada Allah sesuai dengan kemampuanmu’.
Dengan demikian, barang siapa yang melakukannya 8 rakaat
kemudian menambahkan witir 3 rakaat tidak mengapa. Barangsiapa yang melakukan
20 rakaat kemudian menambahkan witir 3 rakaat juga tidak apa-apa. Dan
barangsiapa yang melakukan 8 rakaaat atau 20 rakaat, kemudian melakukan salat Tahajud
di pertengahan malam pun tidak apa-apa.”
__
Demikian
penjelasan Syeikh Ali Jum’ah. Pustaka Madrasah yakin sahabat Pustama tahu yang
dimaksud oleh Syeikh Ali Jum’ah di atas. Semoga penjelasan ini bermanfaat untuk
semuanya dan tentunya bukan dimaksudkan untuk menambah runcing sebuah ikhtilaf. Namun justru diharapkan dengan penjelasan ini, silaturahim antara umat Islam yang berbeda semakin kokoh. Amin
Jika kesulitan untuk mendownload, silahkan baca petunjuk disini: Cara Mendownload