18 Ramadan: Meninggalnya Khalid bin Walid
7/07/2015
Nama Khalid bin al-Walid begitu masyhur
di umat ini. Mendengar namanya, seseorang akan selalu terbayang akan
kepahlawanan dan jihad di jalan Allah. Sosoknya sangat dirindukan. Dan figurnya
selalu ingin ditiru dan diharapkan. Ia dijuluki saifullah, pedang Allah.
Ayahnya adalah al-Walid bin al-Mughirah, salah seorang tokoh Quraisy di
zamannya. Ibunya adalah Lubabah binti al-Harits, saudara dari Ummul Mukminin
Maimunah binti al-Harits.
Khalid
bin al-Walid memeluk Islam pada tahun 8 H, saat perjanjian Hudaibiyah tengah
berjalan. Ia turut serta dalam Perang Mu’tah. Nabi ﷺ memuji Khalid dalam
perang tersebut dengan sabdanya:
“أخذ الراية زيد فأصيب، ثم أخذها جعفر فأصيب،
ثم أخذها عبد الله بن رواحة فأصيب، ثم أخذها سيفٌ من سيوف الله، ففتح الله على
يديه”. ومن يومئذٍ سُمِّي “سيف الله”،.
“Bendera
perang dibawa oleh Zaid lalu berperang hingga syahid. Kemudian bendera diambil
oleh Ja’far dan berperang hingga syahid. Setelah itu, bendera perang dibawa oleh
pedang di antara pedang-pedangnya Allah (saifullah –yakni Khalid bin Walid-) hingga Allah
memenangkan kaum muslimin.”
Khalid
mengisahkan dahsyatnya Perang Mu’tah dengan mengatakan, “Sembilan pedang di
tanganku telah pata. Tidak tersisa kecuali pedang buatan Yaman.” (Diriwayatkan
al-Bukhari dalam Kitab al-Maghazi, Bab Ghazwatu Mu’tah min Ardhi Syam: 4017).
Sejak
saat itu Khalid dikenal dengan sebutan saifullah.
Khalid
juga turut serta dalam Perang Khaibar, Hunain, Fathu Mekah, dll.
Rasulullah
ﷺ pernah mengutusnya
untuk menghancurkan berhala Uzza. Khalid pun meluluhlantakkan wibawa berhala
itu di hadapan penyembahnya. Ia hancurkan Uzza. Setelah itu ia berkata, “Aku
mengingkarimu. Kamu tidak Maha Suci. Sesungguhnya Allah telah menghinakanmu”.
Kemudian Khalid bakar Tuhan jahiliyah itu (as-Sirah an-Nabawiyah oleh Ibnu Katsir: 3/597).
Abu
Bakar juga menjadikan Khalid pemimpin pasukan dalam peperangan melawan
orang-orang murtad. Abu Bakar mengatakan, “Sebaik-baik hamba Allah dan saudara
dekat adalah Khalid bin al-Walid. Khalid bin al-Walid pedang di antara
pedang-pedangnya Allah.” (as-Sirah al-Halabiyah oleh al-Halabi: 3/212).
Khalid
bin al-Walid radhiallahu
‘anhu mencatatkan
sejarah yang begitu luar biasa dalam menghadapi negara adidaya seperti Romawi
di Syam dan Persia di Irak. Dan ia pula yang memerdekakan Damaskus.
Panglima
perang yang sibuk dengan jihadnya ini meriwayatkan 8 hadits dari Nabi ﷺ.
Saat
kematian hendak menjemputnya, ia berkata, “Aku telah turut serta dalam 100
perang atau kurang lebih demikian. Tidak ada satu jengkal pun di tubuhku,
kecuali terdapat bekas luka pukulan pedang, hujaman tombak, atau tusukan anak
panah. Namun lihatlah aku sekarang, akan wafat di atas tempat tidurku. Maka
janganlah mata ini terpejam (wafat) sebagaimana terpejamnya mata orang-orang
penakut. Tidak ada suatu amalan yang paling aku harapkan daripada laa ilaaha
illallaah, dan aku terus menjaga kalimat tersebut (tidak berbuat syirik).” (Khulashah
Tadzhib Tahdzibul Kamal oleh
Shafiyuddin al-Anshari, Hal: 103).
Pada
tanggal 18 Ramadhan 21 H, Khalid bin al-Walid wafat. Umar bin al-Khattab sangat
bersedih dengan kepergian Sang Pedang Allah. Ketika ada yang meminta Umar agar
menenangkan wanita-wanita Quraisy yang menangis karena kepergian Khalid, Umar
berkata, “Para wanita Quraisy tidak harus menangisi kepergian Abu Sulaiman
(Khalid bin al-Walid).” (al-Bidayah wa an-Nihayah oleh Ibnu Katsir: 7/132).
Setelah
wafatnya, Khalid mendermakan senjata dan kuda tunggangannya untuk berjihad di
jalan Allah (ath-Thabaqat
al-Kubra oleh Ibnu
Saad: 7/397).
Semoga
Allah meridhaimu wahai Abu Sulaiman, mengampuni segala kesalahanmu, dan
mempertemukan kita semua di surga Allah yang penuh kedamaian.
____
Sumber: KisahMuslim, edisi 6 Juli 2015, diakses 7 Juli 2015 pukul 09.00 wib
Jika kesulitan untuk mendownload, silahkan baca petunjuk disini: Cara Mendownload