Pohon Gharqad; antara Keadaan Yahudi dan Sabda Rasulullah
6/18/2015
Peperangan
Muslim versus Yahudi merupakan salah tanda akhir zaman (ashra tussa’ah) yang
disampaikan Nabi Muhammad SAW. Tapi, peperangan tersebut, merupakan sesuatu
yang sulit terbayangkan selama belasan abad. Sebabnya, entitas Yahudi bukanlah
sebuah kekuatan politik dan militer. Tapi, semua itu kemudian menjadi nyata
dengan berdirinya Israel pada pertengahan abad ke-20. Sejak itu, peperangan
Muslim dan Yahudi berkobar, dan Timur Tengah terus membara, sampai detik ini.
Sekitar
14 abad lalu, Nabi Muhammad SAW, telah menyampaikan bahwa peperangan itu akan
terjadi, dan akan membuat batu dan pepohonan ikut berbicara. Namun, ada satu
pohon yang tetap diam. Pohon itu bernama Gharqad.
Abu
Hurairah RA meriwayatkan bahwa Rasulullah
SAW bersabda, “Hari kiamat belum akan terjadi sampai kaum Muslimin memerangi
bangsa Yahudi. Mereka diserang oleh kaum Muslimin hingga bersembunyi di balik
batu dan pohon. Namun, batu maupun tumbuhan akan berkata, ‘Wahai Muslim, wahai
hamba Allah, di belakang ku ada orang Yahudi. Kemari dan bunuhlah dia!’ kecuali
pohon Gharqad. Sebab, pohon Gharqad adalah pohon orang Yahudi.” (HR Muslim).
Hadits
dengan konten senada juga tertulis dalam berbagai kitab hadits terkemuka, yang
berasal dari berbagai riwayat. Ada yang meriwayatkan bahwa yang berbicara
adalah batu, seperti tertulis dalam hadits riwayat Bukhari berikut: Abu Umar RA
meriwayatkan Rasulullah SAW bersabda, “Bangsa Yahudi nanti akan berperang
melawan kalian dan kalian akan mengalahkan mereka, sampai batu pun akan
berkata, ‘Wahai Muslim, di belakangku ada orang Yahudi. Bunuhlah dia’.”
A.
Apakah Pohon Gharqad itu?
Lantas, pohon apakah Gharqad itu? Umumnya, orang merujuk pada dua
tanaman berduri yang hidup di padang pasir. Ada yang menyebut Gharqad adalah
tanaman yang dalam bahasa Arab disebut Ausaj. Para ilmuwan menyebut spesies ini
sebagai Lycium
Shawii.
Pohon ini kerap pula disebut dengan istilah Boxt
horn. Menurut laman milik The Hebrew University of Jerusalem, istilah lainnya
adalah Lycium
Arabicum Boiss atau Arabian
Boxthorn. Tanaman ini masuk kategori semak belukar, yang tingginya
satu hingga empat meter.
Namun, sumber lain menyebut Gharqad adalah Nitraria Retusa. Bentuk kedua pohon ini mirip, begitu pun dengan tingginya. Namun, Lycium Shawii dan Nitraria Retusa sebenarnya sangat berbeda dari sisi klasifikasi tumbuhan, sejak ordo, family, hingga genus.
Namun, sumber lain menyebut Gharqad adalah Nitraria Retusa. Bentuk kedua pohon ini mirip, begitu pun dengan tingginya. Namun, Lycium Shawii dan Nitraria Retusa sebenarnya sangat berbeda dari sisi klasifikasi tumbuhan, sejak ordo, family, hingga genus.
Perdana Menteri
Israel, Benjamin Netanyahu, beberapa kali menanam pohon, yang kemudian ramai
diberitakan sebagai pohon Gharqad. Antara lain penanaman pohon pada Februari
1999 lalu. Juga penanaman pohon di beberapa tempat lainnya di beberapa
pemukiman di wilayah pendudukan Israel, yang disponsori oleh Jewish National
Fund (JNF).
Langkah Netanyahu menanam pohon yang diduga
Gharqad, itu, menuai banyak perbincangan hingga hari ini. Di Yahoo! Answer, misalnya, seseorang
bertanya seperti ini, “Mengapa Israel menanam Boxthorn (Gharqad) lebih daripada
pohon-pohon lainnya? Apakah ada alasan spesifik?”
Respons pengguna internet bermacam-macam. Seorang bernama Evergreen
menyatakan, “Pohon Box-thorn adalah bagian kunci nubuat tentang Israel di akhir
zaman.”
Penjawab lainnya, Sameer, menulis, ”Karena pohon Gharqad tidak akan
memberi tahu ….”
“Karena Israel berpikir bahwa ramalan Islam tentang
Israel akan terjadi, sehingga lebih baik menanam banyak Boxthorn,” tulis
Waleed.
Seorang bernama Arilou, berbeda dengan yang lain. Dia mengatakan,
“Israel tidak menanam pohon Boxthorn. Kebanyakan pohon yang ditanam Israel saat
ini adalah pinus. Maaf memecahkan gelembungmu.”
“Itu adalah pohon Yahudi,” tulis Redland.
Sedangkan, Kimberly, hanya menulis, “Hmmm…”
Perdebatan di internet, memang selalu berakhir menjadi debat kusir
belaka.
B.
Israel Gencar Memobilisasi Kaum Yahudi ke Palestina
Tapi,
Israel memang gencar melakukan penghijauan di sana. Bahkan, upaya penanaman
pohon itu telah dilakukan sebelum berdirinya negara Israel pada 1948. Jewish
National Fund (JNF) meru pakan salah satu organisasi yang gencar melakukan
penanaman itu. JNF atau Keren Kayemet LeYisrael (KKL), didirikan pada Kongres
Zionis kelima di Basel, 1901 lalu.
Sejak
didirikan, JNF/KKL gencar membeli tanah saat wilayah Palestina masih berada di
bawah Khilafah Turki Usmani. Pada 1935 lalu, misalnya, JNF mengklaim menanam
1,7 juta pohon di kawasan seluas tujuh kilometer persegi, di tanah Palestina.
Gerakan
Zionis sendiri sejak 1882 berulangkali memobilisasi kaum Yahudi dari berbagai
negara, terutama Eropa, untuk kembali ke Yerusalem. Saat itu, Palestina
merupakan wilayah Khilafah Usmani.
Pendiri
Zionisme, Theodorl Herlz, pernah meminta kepada Khilafah Usmani untuk membeli
Palestina. Saat itu kebetulan sedang banyak utang. Herlz ke Istanbul, ibu kota
Khilafah, pada 1901, untuk menemui Sultan Abdul Hamid II, dan menawarkan 150
juta pound emas, sehingga Khilafah bisa membayar utang-utangnya.
Namun,
permintaan tersebut ditolak oleh Sultan Abdul Hamid II. Bahkan, Sultan menolak
menemui dedengkot Zionisme itu.
Lewat
salah seorang menterinya, Sultan berpesan, “Katakan kepada Tuan Herlz untuk
tidak mengambil langkah lebih lanjut. Saya tidak bisa memberikan sejengkal pun
tanah yang bukan milik saya, tapi milik umat Islam. Untuk mendapatkan tanah
itu, umat Islam berjuang mengorbankan jiwa. Darah mereka tertumpah di atas
tanah itu. Orang-orang Yahudi silakan menyimpan uangnya. Jika suatu hari
Khilafah Islamiyah ini dihancurkan, maka mereka bisa mengambil Palestina tanpa
perlu membayar.”
Sultan
melanjutkan, “Selama saya masih hidup, saya lebih baik menusukkan pedang ke
tubuh saya dari pada menyaksikan Tanah Palestina dicabut dari Daulah Islamiyah.
Ini tidak akan terjadi. Saya tidak akan memulai memotongi tubuh kami, selama
kami masih hidup.”
C.
Inggris Dukung Imigrasi Yahudi ke Palestina
Pada
1909, Sultan Abdul Hamid II dilengserkan oleh Turki Muda yang dipimpin Kemal
Ataturk. Turki Muda kemudian menunjuk Mahmud Rasyid–saudara Abdul Hamid
II—sebagai sultan, namun dia hanyalah simbol yang relatif tak memiliki
kekuasaan. Dan, pada 1924, Ataturk resmi membubarkan Khilafah, melalui Majelis
Nasional Turki.
Akhir
1914, Inggris mengumandangkan perang melawan Khilafah Usmani. Dua bulan
setelahnya, Herbert Louis Samuel, politisi liberal Inggris—Yahudi pertama yang
memimpin partai besar di Inggris—mengajukan memorandum bertajuk “Masa Depan
Palestina”, kepada Kabinet Inggris. Dia meminta perlindungan Inggris untuk
mendukung imigrasi Yahudi ke Palestina. Sebagai jawabannya, pada 2 November
1917, pemerintah Inggris mengeluarkan Deklarasi Balfour.
Deklarasi
ini adalah sebuah surat dari Menteri Luar Negeri Inggris, James Balfour, kepada
pemimpin komunitas Yahudi Inggris, Baron Rothschild. Isinya, pemerintah Inggris
mendukung pendirian Tanah Air untuk orang Yahudi di Palestina, dan akan
melakukan usaha terbaik agar tujuan itu tercapai. Sebulan kemudian, pasukan
Inggris di bawah pimpinan Jenderal Allenby, memasuki Yerusalem, setelah
mengalahkan tentara Usmani pada Perang Yerusalem.
Pada
14 Mei 1948, negara Yahudi pun diproklamasikan oleh David ben Gurion–yang
kemudian menjadi perdana menteri pertama Israel—yang langsung didukung oleh
Amerika Serikat. Tak lama kemudian, terjadi perang sipil antara Muslim dan
Yahudi, yang berlanjut dengan perang-perang berikutnya. Yang paling terkenal
adalah Perang Enam Hari (1967) dan Perang Yom Kippur (1973).
Dan,
terus berlanjut hingga Intifada dan Perang Israel-Gaza. Sekitar satu juta orang
Palestina terusir dari rumah-rumah mereka, dan kini menjadi pengungsi di
sejumlah negara.
D.
Israel Penguasa Palestina, tapi Belum Menguasai Al-Aqsha
Dan,
kini Israel menjadi satu-satunya kekuatan nuklir di Timur Tengah, dengan
kepemilikan sekitar 60 hingga 200 rudal berhulu ledak nuklir. Meskipun Israel
sudah menguasai Yerusalem Timur, sampai hari ini mereka belum menguasai kawasan
Masjid al-Aqsa.
Kini,
apa yang disampaikan Nabi sekitar 14 abad silam, telah menjadi nyata. Muslim
telah berperang dengan Yahudi. Zaman sedang menunggu terwujudnya pertanda
lainnya, yaitu ketika batu dan pohon berbicara dan mengatakan, “Wahai Muslim,
wahai hamba Allah, di belakangku ada orang Yahudi. Kemari dan bunuhlah dia!”
serta diamnya pohon Gharqad.
Lantas,
sudah berapa banyak pohon Gharqad yang ditanam di Israel? Sampai saat ini, tak
ada data pasti. Bahkan, data-data tentang pohon ini terkesan menghilang dari
situs-situs di Israel, termasuk situs milik JNF.
Situs
organisasi ini mengklaim hanya menanam Zaitun, Pinus, dan Akasia. Hingga 2007,
organisasi yang menggalang dana untuk menanam pohon, dengan harga 18 dolar AS
per pohon, ini, mengklaim telah menanam lebih dari 240 juta pohon. Jumlah pohon
yang ditanam JNF, hampir sama dengan jumlah penduduk Indonesia.
___________
Oleh: Harun Husein, wartawan Republika
Sumber: ROL
Oleh: Harun Husein, wartawan Republika
Sumber: ROL
Jika kesulitan untuk mendownload, silahkan baca petunjuk disini: Cara Mendownload