Shalahuddin Al-Ayyubi dan Beberapa Madrasahnya
5/12/2015
Sebelum abad
keempat Hijriyah / Abad 10 M, Peradaban Islam belum mengenal madrasah dengan
makna yang sekarang kita pahami. Madrasah pertama yang dibangun di Negeri Islam
adalah madrasah Al-Baihaqiyyah di Naisabur, setelah itu madrasah Nizhamiyyah di
Baghdad. Kedua madrasah ini menjadi pioner tumbuh kembangnya lembaga pendidikan
dan madrasah lainnya di beberapa negeri seperti di Iraq, Khurasan dan
lain-lain. Di Mesir sendiri saat itu masih dikuasai oleh Dinasti Fathimiyyah
yang merupakan kerajaan berakidah Syiah. Dan lembaga pendidikan disana semuanya
bermazhab Syiah.
Shalahuddin
Al-Ayubi, salah satu tokoh besar sejarah Islam yang kemudian menduduki jabatan
sebagai Sultan di Mesir, ketika memasuki Mesir pernah berceletuk bahwa ‘Disini,
tidak ada satu madrasah pun’, namun yang beliau maksud adalah madrasah
Syafi’iyyah dan Malikiyyah. Hal ini mengingat bahwa pada saat itu sudah ada
Al-Azhar, namun masih dalam kekausaan Syiah dan merupakan lembaga pendidikan
Syiah yang notabenenya adalah aliran sesat dan sempalan dari Islam Ahlussunnah.
Guru beliau, Nuruddin Mahmud Zanki yang berjasa atas berdirinya beberapa
madrasah –terutama Madrasah Syafi’iyyah dan Hanafiyah- di Negeri Syam kemudian
menganjurkan Shalahuddin Al-Ayubi untuk membangun madrasah di Mesir.
Madrasah
sendiri saat itu memiliki peran dan fungsi strategis di tengah masyarakat.
Selain sebagai lembaga pendidikan dimana transformasi ilmu berjalan dengan
lancar yang ditandai dengan bangkitnya Ilmu pengetahuan, ia juga berfungsi
sebagai tonggak peradaban. Makanya tidak heran kenapa Nuruddin Zanki dan
Shalahuddin Al-Ayubi banyak mendirikan madrasah di Mesir dan Syam, tujuannya
selain hal diatas adalah agar para penuntut ilmu tidak banyak menghabiskan
waktunya untuk rihlah ilmiah kesana kemari lantaran sudah ada madrasah di
negeri mereka.
Madrasah pada
masa itu juga terkenal sebagai tempat perkumpulan para sarjana dan ilmuwan dari
berbagai belahan negeri. Jabatan guru dan dosen merupakan jabatan elit yang
sangat dihargai oleh pemerintah. Pada masa Shalahuddin Al-Ayubi, gaji seorang
pengajar di Damaskus mencapai 300 ribu Dinar. Dengan jumlah pengajar yang waktu
itu mencapai 600 orang, tak heran kalau kita katakan bahwa Pemerintah saat itu
makmur dan berkah. Sumber dana untuk pendidikan sendiri kebanyakan berasal dari
wakaf dan infaq para dermawan yang dikelola dengan apik dan adil sesuai standar
Islam. Madrasah waktu itu pun menjadi tempat dimana seseorang hanya fokus
untuk mengembangan ilmu pengetahuan dan sebagai tempat belajar saja. Masalah
nafkah dan kehidupan sudah diatur oleh Negara.
Diantara
Madrasah yang beliau dirikan di Mesir adalah sebagai berikut:
1. Madrasah
An-Nashiriyyah. Madrasah ini dibangun di Fustat-Mesir pada tahun 566 H/1170 M.
Shalahuddin Al-Ayubi pada waktu itu masih menjabat sebagai wazir. Madrasah ini
beliau konsentrasikan sebagai tempat pendidikan bermazhab Syafi’i.
2. Madrasah Al-Qamhiyyah.
Madrasah ini dibangun oleh Shalahuddin juga pada masa jabatannya sebagai wazir.
Madrasah ini beliau konsentrasikan sebagai tempat pendidikan bermazhab Maliki.
3. Madrasah
Ash-Shalahiyyah. Madrasah ini dibangun saat beliau telah menjadi Sultan di
Mesir. Dibangun disisi makam Imam Syafi’i di daerah Qarafah. Madrasah ini juga
beliau konsentrasikan sebagai tempat pendidikan bermazhab Syafi’i. Pengajar
pertama di Madrasah ini adalah Imam Faqih dan Zuhud yang bernama Najmuddin
al-Khabusyani (587 H/1191 M). Beliau digaji oleh Shalahuddin perbulannya
sekitar 40 Dinar plus 10 dinar sebagai konselor Madrasah. Selain itu beliau
juga mendapatkan tunjangan berupa Roti, lauk dan air. Bukti tingginya
kesejahteraan guru pada masa itu.
4. Madrasah As-Saifiyyah.
Madrasah ini juga didirikan saat Shalahuddin telah menjadi penguasa di Mesir.
Madrasah ini beliau konsentrasikan sebagai tempat pendidikan bermazhab Hanafi.
Diantara ulama yang pernah mengajar disini adalah Syekh Majduddin Muhammad bin
Muhammad al-Jini. Setiap bulan beliau digaji 11 dinar serta tunjangan kehidupan
lainnya.
Adapun madrasah yang beliau dirikan di Negeri Syam, diantaranya:
1. Madrasah
Ash-Shalahiyyah di Damaskus. Didirikan oleh Shalahuddin Al-Ayubi sebagai tempat
pendidikan bermazhab Syafi’i.
2. Madrasah Al-Kalasah.
Didirikan saat pemerintahan Nuruddin Mahmud Zanki dimana Shalahuddin
mendapatkan perintah untuk mendirikan bangunannya pada tahun 575 H / 1179 M.
3. Madrasah
Al-Ghazaliyyah. Didirikan juga pada masa pemerintahan Nuruddin Zanki dimana
Shalahuddin diperintahkan untuk memugarnya kembali. Diantara ulama yang pernah
mengajar disini adalah Quthbuddin Mas’ud An-Naisaburi Asy-Syafi’i (578 H/ 1182
M)
4. Madrasah
Ash-Shalahiyyah di al-Quds Palestina. Didirikan tahun 588 H/1192 M.
Madrasah ini juga merupakan tempat pendidikan bermazhab Syafi’i.
5. Madrasah Dar Al-Ghazal.
Madrasah ini dikonsentrasikan sebagai tempat pendidikan bermazhab Maliki.
Adapun saat
beliau memerintah Dinasti Ayyubiyyah, ada beberapa madrasah yang juga didirikan
atas perintah beliau, diantaranya :
1. Madrasah Al-Iqbaliyah.
Didirikan oleh Jamaluddin bin Jamal Ad-Daulah, salah seorang khadim
Shalahuddin. Madrasah ini kemudian diklasifikasikan sesuai mazhab yakni mazhab
Syafi’i dan Hanafi.
2. Madrasah Manazil
Al-Uzza. Madrasah ini awalnya adalah sebuah bangunan yang menyatu kedalam
kekaisaran Fathimiyah di Cairo-Mesir. Lalu bangunan ini dibeli oleh Al-Amir
Taqiyuddin bin Umar bin Ayyub, keponakan Shalahuddin Al-Ayubi. Bangunan ini
lalu dijadikan madrasah yang bermazhab Syafi’i pada tahun 574 H/1178 M. Al-Amir
Taqiyuddin sendiri, selain membangun madrasah ini, juga membangun madrasah
At-Taqwiyyah di Damaskus, serta dua madrasah lain di Fayyum yang bermazhab
Syafi’i dan Maliki.
3. Madrasah al-Adiliyah.
Didirikan oleh saudara Shalahuddin yang bernama Abu Bakar bin Ayyub di Cairo.
4. Madrasah Asy-Syamiyah.
Didirikan oleh saudari perempuan Shalahuddin di Syam. Madrasah ini bermazhab
Syafi’i.
5. Madrasah
Ash-Shahibiyyah. Didirikan oleh Rabi’ah Khaton di Damaskus yang
dikonsentrasikan sebagai lembaga pendidikan bermazhab Hanbali.
6. Madrasah Al-Azkisyiyah.
Didirikan oleh Al-Amir Saifuddin Al-Asadi, salah satu panglima Shalahuddin.
Madrasah ini bermazhab Hanafi.
7. Madrasah
Al-Asyuriyyah. Awalnya, madrasah ini adalah rumah seorang yahudi yang bernama
Ibn Jami’ Ath-Thayyeb yang merupakan sekretaris Al-Amir Baha’uddin Qaraqawuys.
Madrasah ini bermazhab Hanafi.
8. Madrasah
Al-Fadhiliyyah. Didirikan oleh Qadhi Al-Fadhil Abdurrahim bin Ali Al-Baysani
(596 H/1200M). Madrasah ini beliau dirikan pada tahun 580 H/1184 M dan
diwakafkan sebagai madrasah bermazhab Syafi’i dan Maliki. Selain itu, beliau
juga mewakafkan kurang lebih 100 ribu kitab.
9. Madrasah
Al-Ashruniyyah. Didirikan oleh Qadhi Al-Qudhah (Hakim Agung) Al-Faqih
Syarafuddin Abu Sa’id Abdullah bin Muhammad bin Abi Ashrun (585 H/1189 M)
10. Madrasah Al-Quthbiyyah.
Didirikan oleh Quthbuddin Khasru bin Balbal bin Syuja’ Al-Hadbani pada tahun
570 H/1174 M. Madrasah ini bermazhab Syafi’i.
11. Madrasah Al-Arsuqiyyah.
Didirikan oleh seorang pedagang kaya bernama Afifuddin Abdullah bin Muhammad
Al-Arsuqi (593 H/1197 M). Madrasah ini berdiri tahun 570 H/1175 M).
12. Dan
Madrasah-madrasah lainnya
Selain hal
diatas, salah satu prestasi besar Shalahuddin Al-Ayubi adalah berhasil
mengkonversi Universitas Al-Azhar awalnya bermazhab Syiah menjadi sebuah
lembaga tempat pendidikan bermazhab Ahlussunnah wal Jama’ah . Lembaga
pendidikan yang didirikan oleh Dinasti Fathimiyyah di Mesir dan dimaksudkan
sebagai pencetak kader Syiah untuk melawah Ahlussunah, pada masa Shalahuddin berbalik
arah menjadi lembaga pendidikan dan pencetak kader Ahlusunnah yang tangguh.
Kegemilangan
dan prestasi Shalahuddin Al-Ayubi dalam memajukan pendidikan dan peradaban Umat
Islam adalah contoh yang luar biasa. Pada masa beliau, Ulama dan Ilmu dijadikan
pioner utama dalam membentuk bangsa. Salah satu penyebab hal ini tentu saja
adalah posisi beliau yang juga merupakan seorang alim dan Fakih dalam Mazhab
Syafi’i Beliau juga raja yang senantiasa menyibukkan diri di Majelis Ilmu para
Ulama serta banyak mendengar dari mereka.
Selain hal
diatas, salah satu ciri khas Shalahuddin dalam pengembangan Ilmu Pengetahuan
dan Peradaban Islam adalah dengan memadukannya dengan Ilmu Tasawuf. Hal ini
dibuktikan sejarah bahwa Shalahuddin adalah seorang yang sangat tawadhu dan
zuhud. Beliau sendiri dikabarkan sangat terinspirasi oleh kitab Ihya’ Ulumiddin
karangan Imam Ghazali.
Dan yang juga
sangat menarik dari sejarah dan peran penting beliau dalam memajukan Ilmu
pengetahuan dan Peradaban Islam adalah beliau tidak membeda- bedakan ikhtilaf
mazhab dalam fiqh. Hal ini kita lihat bahwa pada masa beliau, seluruh mazhab
memiliki madrasah masing-masing yang juga disubsidi oleh negara. Kondisi ini
menjadikan wilayah kekuasaan beliau, terutama Mesir sebagai tempat berlangsungnya
harmonisasi dan pergaulan antar mazhab fiqh dalam Ahlusunnah wal jama’ah tanpa
adanya gontok-gontokan dan egoisme menang sendiri. Harmonisasi ini bahkan
menjadikan Mesir dan Al-Azhar sebagai rujukan dan Kiblat ilmu umat Islam hingga
saat ini.
Wallahu A’lam
bish-Shawab
Catatan:
1. Wilayah Kekuasaan
Shalahuddin al-Ayubi waktu itu meliputi Mesir, sedikit Sudan, Syria, Yaman,
Iraq, Hijaz dan daerah al-Quds
2. 1 dinar = sekitar
Rp.1.900.000 , jadi gaji guru/dosen waktu itu mencapai 77 juta dalam konversi
Rupiah saat ini.
Oleh: Zamzami Shaleh, Mahasiswa Tingkat Akhir,
Fakultas Syariah Islam, Universitas Al-Azhar – Kairo
Sumber: Muslimedianews.com, edisi 4 Agustus 2013, diakses 12 Mei 2015 pukul 09.00 WIB
Jika kesulitan untuk mendownload, silahkan baca petunjuk disini: Cara Mendownload