Sayyid Muhammad Al-Maliki: Disembelih, Ulama Syi'ah Menjadi Babi
1/19/2016
Pada
perayaan Maulid Nabi Muhammad s.a.w di Ponpes Anwarut Taufiq, Kota Batu
(17/1/2016), yang diasuh oleh Habib Achmad Jamal bin Thoha Baagil, salah satu
penceramah yang berasal dari Malang, KH. Nur Hasanudin bertutur tentang kisah
pribadinya ketika bersama gurunya ulama besar Aswaja Sayyid Prof. DR. Muhammad
bin Alawy Al Maliki di Makkah.
Beliau mengisahkan dari Sayyid
Maliki yang mendengar langsung dari salah satu cucunya bahwasanya ada salah
satu Ulama Sunni dan Ulama Syiah di sebuah kota. Pada satu ketika, ulama syiah
ini mengundang ulama sunni untuk mengisi ceramah di rumahnya. Namun tidak serta
merta dipenuhi undangan tersebut hingga sampai yang ketiga kalinya.
Pada undangan yang ketiga, ulama
sunni memenuhi undangan tersebut dan datang ke rumah ulama syiah. Sesampai di
rumahnya, dia teringat akan sesuatu dan disampaikan kepada tuan rumah, “Saya
tadi lupa belum melaksanakan shalat dhuha, bolehkah saya numpang shalat dhuha
di rumah ini?” ujar ulama sunni tersebut. “Oh, baik. Silahkan anda shalat dhuha
dulu,” jawab ulama syiah.
Ketika ulama sunni melaksanakan
shalat dhuha, samar-samar dia mendengar obrolan ulama syiah dengan keluarganya,
“Alhamdulillah, akhirnya dia berkenan datang ke rumah kita. Saya ingin
menjamunya dengan jamuan yang istimewa. Siapkan ‘Aisyah’ untuk disembelih dan
hidangkan untuk tamu kita.” ujarnya.
Mendengar ucapan ulama syiah, dia
terkejut dan penasaran, apa yang dia maksud dengan ‘menyembelih Aisyah?’. Maka
dia percepat shalat dhuha-nya dan dia datangi tuan rumah, “Maaf, ditengah
shalat dhuha tadi saya mendengar kau akan menghidangkan sesuatu kepada saya. Apa
itu?” tanyanya kepada ulama syiah yang mengundangnya. “Ya, saya akan
sembelihkan ‘Aisyah’ untuk anda. Karena ketika saya mengundangmu yang pertama
kali, saya menyembelih ‘Abu Bakar’, namun anda tidak datang. Undangan yang
kedua, saya menyembelih ‘Umar’, namun lagi-lagi anda tidak datang. Dan sekarang
yang tersisa dari kambing saya cuma si ‘Aisyah’, jadi akan saya sembelih dia
untuk anda.” jelas ulama syiah kepada tamunya.
Mendengar penjelasan dari tuan
rumah, ulama sunni tersebut terkejut dan kaget. “Apa? Kamu akan menyembelih
kambing yang kau sebut ‘Aisyah’? Baiklah jika begitu tunggulah sebentar, saya
akan pulang ke rumah untuk mengambil sesuatu,” ujar ulama sunni.
Selang beberapa saat kemudian
datanglah ulama sunni kembali di rumah ulama syiah sambil membawa sebuah pedang
yang terhunus. Dia berkata kepada tuan rumah, “Sebelum kau sembelih ‘Aisyah’,
saya akan menyembelihmu terlebih dahulu,” ujarnya sambil langsung menebas
kepala ulama syiah yang disaksikan oleh beberapa anggota keluarganya.
Setelah menyembelih ulama syiah, dia
kembali pulang ke rumahnya dan tertidur.
Dalam tidurnya ulama sunni itu
sayup-sayup mendengar kegaduhan di luar rumahnya, dan dia bangkit dari tempat
tidur untuk melihat apa yang terjadi. Ternyata di luar rumah sudah berkumpul masyarakat
yang ingin menghakiminya. Melihat suasana itu, sang ulama sunni ketakutan dan
kembali ke kamarnya. Di tengah ketakutannya, dia tertidur dan bermimpi di
datangi oleh Rasulullah dengan pakaian serba putih seraya berkata, “Keluarlah,
temui mereka dan katakan : Saya tidak membunuhnya!”
Melihat mimpi itu, sang ulama sunni
terbangun kemudian beranjak keluar dari kamar dan melihat ke arah jendela. Dia
mengurungkan niatnya dan kembali lagi ke kamar kemudian tertidur.
Dalam tidurnya, dia kembali bermimpi
didatangi oleh Rasulullah sambil berkata, “Keluarlah, temui mereka dan katakan
: Saya tidak membunuhnya!”
Kembali dia terbangun dan merenung
dalam ketakutan, benarkah apa yang disampaikan Rasulullah?. Ulama sunni
tersebut bimbang dan akhirnya kembali tertidur. Dalam tidurnya kali ini
Rasulullah kembali datang sambil berkata,
ما قتلته إﻻ خنزيرا
“Keluarlah
sekarang, dan katakan pada mereka : Saya tidak membunuhnya, karena sesungguhnya
yang saya sembelih adalah seekor ‘babi’.”
Mendengar ucapan Rasulullah kali ini
dia beranikan diri untuk keluar dan menemui masyarakat. “Wahai
saudara-saudaraku, saya tidak membunuhnya!” ujarnya kepada warga yang hadir.
“Bohong, kamulah yang membunuh ayah saya!” jawab anak dari ulama syiah.
“Tidak,
saya tidak menyembelihnya. Yang saya sembelih adalah seekor babi hutan. Kalo
tidak percaya, ayo kita lihat ke rumahnya,” jelas ulama sunni.
Mendengar itu, warga yang sudah
geram dan ingin menghakimi ulama sunni kembali berbondong-bondong pergi ke
rumah ulama syiah untuk membuktikan apa yang terjadi. Ketika sudah tiba di
rumah ulama syiah, mereka tidak menemukan apapun kecuali bangkai babi yang
tergeletak di lantai dengan kepala yang terputus.
Dalam kisah ini, KH. Nur Hasanudin
mendengar langsung dari Sayyid Prof. DR. Muhammad bin Alawy Al Maliki. Sayyid
Maliki mendengar cerita dari cucunya yang bertemu langsung dengan ulama sunni
dalam kisah di atas.
Begitulah kondisi kaum syiah yang
hobi menghujat para sahabat Nabi dan isteri-isteri Nabi s.a.w. Nabi pun tidak
rela dengan kondisi itu dan menunjukkan siapa jati diri sesungguhnya bagi
siapapun yang menghina keluarga serta sahabatnya.
Syekh as-Shalihi menyebutkan dalam
Subulul Huda war-Rasyad (XI/169), mengutip riwayat Ibnu Asakir dan Abu al-Hasan
al-Khal’i bahwa Rasulullah saw pernah bersabda kepada Sayidah Aisyah:
يا عائشة، إنه ليهون علي الموت أني قد رأيتك زوجتي
في الجنة
“Aisyah,
mati terasa ringan bagiku karena aku tahu bahwa engkau tetap menjadi istriku di
surga.”
Radliyallallahu anhum. Wallahu Alam.
Sumber: nugarislurus.com, 18/1/16
Sumber: nugarislurus.com, 18/1/16
Jika kesulitan untuk mendownload, silahkan baca petunjuk disini: Cara Mendownload