Parenting Nabawiyah
9/18/2015
Lelah mendidik anak? Itu adalah bukti bahwa
anda belum menikmati proses dan hasil mendidik anak. Apakah kita bahagia
setelah anak kita sukses (sarjana, dapat kerja, dll)? Itu terlalu lama. Apalagi
kalau anaknya banyak. Anak-anak itu aset. Bukan beban. Anak sholeh yang bisa
mendoakan orang tuanya, itu aset. Ketika kita meninggal, maka yang paling
berhak mensholatkan kita adalah anak kita. Itu aset.
Sholat jenazah itu isinya doa semua. Anak itu
kekayaan di dunia dan akhirat. Rosululloh bersabda: “Kamu (anak lelaki) dan
hartamu milik orang tuamu.”Artinya, walaupun sudah menikah, orang tua punya hak
atas harta kita. Anak-anak yang kita dorong untuk menghafal Al Qur’an 30 juz
kelak di hari kiamat yang mendapat keistimewaan bukan hanya anak itu, tapi juga
orang tuanya (mahkota). Hilangkan anggapan bahwa anak-anak itu beban. Anak-anak
kita tidak numpang hidup pada kita. Numpang? Anda sombong. Bayi lahir sudah
membawa rezekinya. Yang menjadi masalah adalah kita belum “percaya” pada
Alloh.Tidak ingin punya anak banyak karena biaya pendidikan mahal? Logis. Tapi
itu iman belum berperan. Kalau anak adalah aset, maka kita ingin punya sedikit
atau banyak? Apa fungsinya sabar dan syukur kalau bukan untuk bahagia.
Tawakkal.
Petani itu bahagia saat tanamannya tumbuh baik,
padahal belum panen. Saat hujan turun, padahal belum menanam. Jadi bahagia itu
jangan tunggu panen, jangan tunggu sampai anak besar. Asal prosesnya baik.
Kalau seperti ini, maka orang tua akan bahagia sepanjang usia anaknya. Ada
masanya ketika orang tua panen raya. Syaratnya, hanya dengan cara Islam.
Mendidik anak itu persis seperti menanam pohon.
Alloh berfirman dalam QS. 3:35-37, didik anak dengan pertumbuhan yang baik. Di
akhir QS. Al Fath berbicara tentang proses pertumbuhan tanaman hingga ia kokoh.
Tapi dalam ayat ini Alloh tidak membahas hingga tanaman tersebut berbuah. Namun
hingga tahap ini sudah menyenangkan hati penanamnya. Alloh berbicara ini
(tanaman) ketika Rosul mendidik sahabat-sahabatnya. Dalam surat ini, belum
panen saja Alloh sudah memberikan kebahagiaan.
Anak kita yang menanam siapa? Kita. Setiap
proses pertumbuhannya kita merasakan bahagia.Lalu kapan Alloh bicara buahnya?
Di QS. Ibrohim: 24-25. Baiknya anak kita nanti, maka itu adalah hak Alloh.
Tugas kita adalah menanamnya dengan baik. Semoga kelak Alloh mengizinkan agar
hasilnya baik juga. Tapi ingat, pohon itu kan yang kita konsumsi bukan hanya
buahnya. Mendidik anak juga sama. Tetapi itu dengan izin Alloh. Maka didiklah
anak kita dengan maksimal. Ikuti caranya.
Dalam sebuah hadits Rasulullah menyampaikan
bahwa ada sebuah pohon. Dimana Keberkahan pohon itu seperti keberkahan seoranng
mukmin. Pohon apa itu? Pohon kurma. Pelajari pohon kurma untuk mendidikan anak
kita. Pohon kurma itu berkah, kata Rosul. Kurma itu berbuahnya perlu waktu lama,
sekitar 8 tahun. Tapi hasilnya juga sesuai dengan kesabaran kita memetik
buahnya.Sama seperti pohon zaitun yang bisa menopang perekonomian Spanyol. Jika
pohon ini baik, maka ia akan lebih panjang dari usia kita. Pohon ini usianya
ratusan tahun. Terus berbuah. Nutrisi kurma berbeda dengan nasi. Sesuai dengan
kesabaran menunggunya berbuah. Yang tumbuh pertama dari pohon kurma adalah
thol/ mayang/ bakal buah, tapi perlu dikawinkan dulu. Berdasarkan hasil
penelitian, mayang jantan kurma, memiliki warna, aroma, dan fungsi yang mirip
seperti sperma manusia. Mayang, akan tumbuh berwarna hijau (kholal),
menyenangkan dari segi pemandangan walau rasanya belum manis.
Anak kita pun demikian. Susui dengan cara yang
benar. Usia 3-6 tahun adalah usia yang sangat penting mendapatkan sentuhan dari
orang tuanya karena sedang pandai untuk meniru. Konsep pendidikan yang paling
tepat di saat itu adalah keteladanan. Memang belum manis. Tapi kalau anak
berperilaku baik dan lucu akan menyenangkan. Setelah kholal kemudian akan menjadi
berwarna kuning. Mulai ada sedikit rasa manisnya. Setiap fase ada warna-warna
indah pada anak-anak kita.Kemudian berwarna merah (balah). Rasanya sudah mulai
enak. Kalau sudah usia 7 tahun Nabi perintahkan untuk sholat. Dijaga hingga 10 tahun. Evaluasi. Bacaannya. Masih
disuruh-suruh atau tidak. Bahkan Nabi memerintahkan untuk memukul dengan
pukulan pendidikan. Jika sholatnya baik, yang lainnya akan baik. Dan perjelas
status dia laki-laki atau perempuan. Pisahkan tempat tidur mereka. Apalagi
dengan orang lain. Usia 10 tahun seharusnya sudah tidak boleh cium tangan
dengan gurunya. Sebaiknya pendidikan dipisah mulai usia 10 tahun. Pelanggaran
di tahap ini akan buruk di usia berikutnya.
Tanamkan ilmu agama terlebih dahulu. Bukan ilmu
umum dulu. Bacakan ayat-ayat Al Qur’an. Sucikan hati mereka. Ajari ilmu tafsir
dan ilmu hadits Nabi. Sesuai dengan QS. Al Jumu’ah: 2. Lalu kemana ilmu eksak?
Itu nanti. Ada di dalam QS. Al Baqoroh. Fase rusyda. Usia baligh. Bicara
masalah harta. QS. An-nisaa': 5 dan 6. Kemampuan menyimpan dan mengembangkan
uang dengan baik,dll. Kemudian kurma itu dari berwarna merah menjadi ruthob.
Warnanya coklat. Rasanya manis sekali. Pada saat inilah anak akan berperilaku
baik dengan sendirinya karena telah ditanamkan nilai-nilai kebaikan pada fase-fase
sebelumnya.
Semoga kelak anak kita menjadi anak yang sholih
dan sholihah.
Oleh: Ustadz Budi Ashari, Lc.
Sumber: fb Ummu Tsabita wa Habibah
Jika kesulitan untuk mendownload, silahkan baca petunjuk disini: Cara Mendownload