Kalau Sudah Ma'rifat, Tidak Shalat?
8/24/2015
Pertanyaan
Saya pernah berjumpa dengan seseorang yang mengaku ma’rifat. Menurut penjelasan muridnya, bahwa guru
mereka sudah tak butuh shalat lagi karena telah manunggaling
kawulo gusti.
Jadi yang dikerjakan orang itu sehari-hari hanyalah mu’amalahkepada sesama makhluk, dan perlu
diketahui juga bahwa selama saya mendengarkan ceramah guru mereka, tidak ada
satu ayat Al-Quran pun yang keluar dari bibirnya. Malah yang ditekankan tentang
filosofi Jawa (kejawen), orang tersebut juga pernah berkata bahwa sering
jalan-jalan ke akhirat, bisa bercakap-cakap dengan malaikat dan segudang
kemampuan ghoib lainnya. Nah pertanyaan saya,
1.
Apakah ada dalilnya jika manusia yang telah wushul maka sudah tidak ada kewajiban lagi seperti shalat dll ?
2.
Apakah orang tersebut jelas-jelas telah menyimpang, atau
sebaliknya ? Mohon penjelasan Bapak Luqman Hakim.
Gandhi
Wibisono
Jawaban
:
Dalam
tradisi tasawuf, semakin seseorang naik derajat ma’rifatnya semakin ketat dan
disiplin syariatnya. Sebab semakin mengenal Allah, semakin mengenal rahasia
syariat dan agungnya perintah Allah di balik syariat.
Kalau ada yang ma’rifat lalu meninggalkan syariat, pasti
keblinger, dan itu bukan sufi juga bukan ajaran Islam, apa pun namanya. Mereka
biasanya berpandangan bahwa syariat adalah Jalan menuju Hakikat, kalau sudah
sampai hakikat untuk apa bersyariat ? Nah, di sinilah keblingernya. Syariat itu
bukan jalan menuju hakikat. Tetapi bersyariat itu adalah menjalankan perintah
dari Yang Maha Hakiki, Allah Rabbul ‘Izzah. Jika
ia ma’rifat lalu meninggalkan syariat, berarti ia tidak ma’rifat kepada Allah,
tapi ma’rifat kepada jin dan syetan, serta hawa nafsunya sendiri, walaupun
perilakunya kelihatan bagus dan lembut serta memilki dimensi ghoib yang tinggi
misalnya. Tapi tipudaya itu bisa kelihatan lembut dan bisa kasar, bisa hebat
dan bisa membuat orang tersihir.
Mungkin
saja dia beralasan, saya juga menjalankan perintah shalat tetapi shalat saya
berbeda dengan shalatnya orang awam yang lima waktu itu. Shalat saya adalah
shalat hakikat tidak perlu berbunyi dan bergerak dan berkata-kata.
Nah, ia
tidak menyadari betapa lemah dirinya. Orang ma’rifat kok merasa bisa shalat,
ini jadi janggal. Sejak zaman Nabi sampai besok kiamat, teknis dan tata cara
shalat tetap sama. Selama manusia masih memilki kesadaran ruang, waktu,
dimensi, arah dan akalnya sehat, masih wajib shalat. Yang tidak wajib shalat
orang gila, orang tidur, orang lupa, anak kecil yang belum baligh.
Oleh: Dr. KH. M. Luqman Hakim,
Pimpinan Redaksi Majalah Cahaya Sufi ,
Sufiolog dan Pengajar Pesantren Ciganjur
Sumber
: Konsultasi, Majalah Cahaya Sufi , Edisi 76, 2012
Jika kesulitan untuk mendownload, silahkan baca petunjuk disini: Cara Mendownload