Ketika Sang Kyai Lebih Memilih Membeli Gamelan daripada Membangun Masjid
7/23/2015
Islam
adalah agama rahmat. Berdakwah kepada masyarakat seringkali perlu strategi jitu
agar memperoleh simpati dari masyarakat. Tidak bisa dengan pendekatan tekstual
yang bisa-bisa malah menjauhkan masyarakat dari Islam. Salah satu kisah
kearifan dalam berdakwah dilakukan oleh Kiai Chudlori di Pesantren Tegalrejo
Magelang yang lebih memilih membeli gamelan daripada membangun masjid.
Suatu
ketika Kiai Chudlori didatangi oleh Lurah Kopeng beserta rombongannya yang
meminta nasehat bagaimana membagi bandha desa atau kas desa. Persoalannya
adalah sebagian rakyat ingin dana desa tersebut untuk membangun masjid
sedangkan separuhnya lagi ingin membeli gamelan karena saat itu kebetulan
sekali ada seperangkat gamelan yang dijual dengan harga murah. Kalau tidak dibeli
sekarang, akan dibeli oleh orang lain dan kesempatan langka tersebut akan
hilang.
Setelah
mendengar persoalan yang dihadapi, lalu Kiai Chudlori bertanya, “Kalau dibagi
dua gimana, separo untuk bangun masjid, separo untuk beli gamelan.”
Kelompok
yang berniat membangun masjid setuju tetapi yang mau membeli gamelan tidak
setuju. Alasannya, ini lagi butuh, kalau cuma separo kurang. Nanti keburu
dibeli sama orang lain.
Dengan
kearifannya Santri Kiai Hasyim Asy'ari ini bilang, "Ya sudah untuk beli gamelan
saja." Tapi tentu saja kelompok yang berencana membangun masjid protes karena
bangunan masjid belum selesai dan duitnya kurang.
Kiai
Chudlori dengan tenang bilang, “Kalau soal masjid, semua orang Islam memikirkan
masjid, karena ada ajaran sedekah jariyah untuk membangun masjid, tapi sedekah
jariyah beli gamelan belum ada. Siapa tahu setelah beli gamelan,
saudara-saudara kita mau memikirkan masjid.”
Semua
kelompok akhirnya sepakat dengan pendapat Kiai Chudlori tersebut dan uang kas
desa tersebut dibelikan gamelan.
Kebijakan
Kiai Chudlori yang seperti didengar oleh semua orang. Seluruh kelompok abangan,
tidak hanya di kawasan Tegalrejo tetapi sampai di Magelang dan Jogja, merasa
terketuk hatinya oleh akhlaknya Kiai Chudlori yang merelakan kepentingannya
tertunda demi kesenangan kelompoknya. Akhirnya, orang abangan di daerah itu
ikut memikirkan bagaimana membangun masjid. Dan terbukti bangunan masjidnya
sempurna lebih cepat dari rencana awal karena terpikat oleh akhlaknya kiai
Chudlori.
Kiai
Chudlori merupakan figur yang tidak egois bahwa membangun masjid harus jadi
dengan segera. Membangun masjid merupakan perintah Allah sementara tidak ada
tuntunan dalam Qur’an dan hadist yang memerintahkan untuk membeli gamelan.
Inilah bentuk sikap bijaksana kiai yang mendakwahkan Islam dengan
mengutamakan kepentingan orang lain. Tidak mengandalkan sikap formal legalistik
dalam beragama. (Mukafi Niam)
Sumber: nu.or.id
Jika kesulitan untuk mendownload, silahkan baca petunjuk disini: Cara Mendownload