Bacaan 'Alaihu' pada Surah al-Fath Ayat 10
5/21/2015
Teman-teman Pustama.
Perhatikanlah surah al-Fath ayat 10 di atas dengan cermat! Adakah yang ‘ganjil’
dari bacaan tersebut? Maksudnya, perhatikanlah lafal (عليه)
pada ayat tersebut! Biasanya lafal tersebut itu dibaca ‘Alaihi’, namun
ternyata pada ayat sepuluh itu dibaca Alaihu. Tahukah penyebabnya?
Lafal عليه (Alaih) pada
ayat di atas dibaca dengan kasrah menurut jumhur (mayoritas ahli
qiraat). Sedangkan imam Hafsh dari dua riwayat yang beliau dapatkan dari imam
Ashim dibaca dhummah menjadi Alaihu, bukan Alaihi.
Penyebab perbedaan bacaan tersebut adalah yang membaca Alaihu dengan rafa’
melihat bahwa kronologi dhamir Hu adalah Huwa yang merupakan dhamir
munfashil (kata ganti terpisah). Ha tersebut asalnya adalah dhummah, seperti dengan jelas kita lihat pada kata ‘fawakazahu’ dan ‘Lahu’ serta
contoh lain sebagainya.
Memang jika Ha dhamir didahului kasrah dan huruf Ya
yang sukun, maka Ha dhamir tersebut dikasrahkan lantaran
menyesuaikan kondisi keduanya. Ini merupakan pendapat mayoritas ahli qiraat. Sehingga
jumhur ahli qiraat mengkasrahkan lafal Alaihi pada bacaan di atas karena
akidah umum tersebut.
Adapun imam Hafsh meriwayatkan dari imam Ashim membaca dhummah
menjadi Alaihu lantaran mempertahankan keaslian asal kata Ha
adalah Hu. Kaidah ini juga dipraktikkan oleh imam Hafsh pada surah
al-Kahfi ayat 63.
وَمَا أَنْسَانِيْهُ إِلاَّ
الشَّيْطَانُ (الكهف: 63)
Imam Ashim membaca Ansanihu dengan dhummah sekalipun
mayoritas ahli qiraat membaca dengan kasrah menjadi Ansanihi.
Ketahuilah bahwa isim dhamir yang majrur dengan Ala
hukumnya tetap dimabnikan bagaimanapun keadaannya. Harakat tersebut
adalah mabni (tidak berubah) selamanya baik dibaca dhummah
ataupun kasrah.
Imam Ibnu Malik mengatakan dalam Alfiyahnya:
وكل مضمر له البنا يجب # ولفظ ما
جر كلفظ ما نصب
Setiap isim dhamir (kata ganti) hukumnya wajib dimabnikan. Isism-isim
dhamir yang dijarkan sama hukumnya seperti dhamir yang dinashabkan.
Disarikan dari: yayasanalmuafah.blogspot.com, edisi 24 Maret 2015, diakses 21 Mei 2015; yang mengutip dari kitab Ittihaful Amajid bi Nafaisil Fawaid, karya H. Rizqi Zulqornain al-Batawiy
Jika kesulitan untuk mendownload, silahkan baca petunjuk disini: Cara Mendownload